Posts

Showing posts from July, 2021

TULIS TERBIT SEBARKAN

Image
Gambar: Perpusnas Press Perpustakaan Nasional mengadakan sebuah webinar pada hari Rabu tanggal 28 Juli 2021. Webinar ini diselenggarakan dalam rangka memperingati ulang tahun kedua Perpusnas Press. Panitia penyelenggara yang adalah redaksi Perpusnas Press mengusung tema yang menggugah, yaitu: Tulis Terbit Sebarkan . Kegiatan webinar ini dilaksanakan dengan menggunakan aplikasi zoom . Dimulai pukul 09.00-12.00 wib. Peserta yang tergabung berjumlah 299 orang yang berasal dari seluruh pelosok Nusantara. Jumlah itu adalah data statistik yang terpantau dan tertera di layar monitor. Mereka yang hadir dan bergabung rerata memiliki latar belakang sebagai penulis, guru, dosen dan juga pustakawan. Sayangnya tidak tercatat secara rinci berapa masing-masing profesi itu. Juga tidak terdata secara detail berapa jumlah laki-laki dan perempuannya. Acaranya dibuka oleh pembacara acara dilanjutkan dengan mendengarkan lagu Indonesia Raya. Kemudian peserta disuguhkan beberapa informasi seputar Perpu

BAGAIMANA CARA MENULISNYA?

Image
Ilustrasi: duniakaryawan.com. Judul di atas adalah pertanyaan lain yang biasa ditanyakan oleh banyak orang. Ketika mereka diimbau untuk menulis, maka salah satu pertanyaan yang dilontarkan adalah ini. Entah itu pertanyaan yang sungguh atau karena ingin menutupi keenggnannya menulis. Biarlah itu menjadi rahasia diri pribadi para penanya. Untuk itu, aku ingin mengurai sedikit tetangnya. Tentang bagaimana cara menulis. Bagaimana cara mewujudpindahkan pikiran jadi tulisan. Bagaimana menuangkan pikiran bernas ke atas sehelai kertas atau ke layar bening mesin tulis. Semoga uraian ini bisa memberi kelepasan atau jalan keluar. Semoga ia dapat menjadi solusi sederhana bagi siapa pun yang ingin menyatakan dirinya lewat tulisan. Semoga ia pun dapat menjadi asupan bergizi demi memberi tuntunan yang melegakan. Dengan begitu, makin banyak orang yang tergerak untuk mengungkapkan segala yang terkandung dalam benak dan hatinya. Hal apapun yang darinya banyak orang lain bisa belajar menemukan jati

MELUPAKAN YANG DI BELAKANG

Image
  Pernikahan Joy-Ayu: dokpri Hidup yang sekarang nyata menawan berawal dari masa silam Tapi jangan hidup di dan untuk masa lalu yang telah terbenam Bila itu dilakukan perlahan akan menghancurkan masa depan Tatap masa datang, kejarlah mimpi yang bertebar membentang Ya, mimpi bakal diraih dengan bemodalkan ini Lupakan masa yang di belakang biar takjadi benalu Arahkan pandang pada apa yang ada di depan diri Berlari kepada tujuan tertetapkan, ia bernilai penuh. Pernikahan kudus ada demi membangun mimpi sendiri pun mimpi berdua Keluarga itu wadah, anaktangga dan perkakas meraih cita-cita bersama Tapi, Tuhan pun rindu bermitra dengan kita berkarya mencapai tujuan-Nya Membawa semua orang yaitu kau, aku, kita semua masuk dalam firdaus-Nya Menikah itu sama dengan menciptakan suasana baru Suasana mana telah membelakangkan semua terdahulu Yakni segala hal ‘tuk memenuhi ego diri tatkala perlu Kini sikap egois mesti dikikis habis agar hati jangan haru Buang sikap egosent

MOTHER THERESA: MENGENAL DIRI SENDIRI MEMBUAT KITA BERLUTUT DENGAN RENDAH HATI

Image
  Gambar: dari aplikasi WA Aku mendapat kiriman informasi ini melalui aplikasi WA. Informasi yang sudah lama tersimpan di arsip. Dan aku menemukannya kembali secara tidak sengaja ketika sedang mencari-cari sesuatu. Ya, kata orang pintar, blessing in disguise . Berkat yang tersembunyi. Judul yang tertera terpampang di sana adalah: Cara-cara mencapai kerendahan hati . Kemudian diutarakan di bawahnya poin-poin yang harus dilakukan jika ingin memperoleh kerendahan hati. Atau sikap rendah hati yang mumpuni. Lalu tulisan yang paling bawah adalah petikan kutipannya, yaitu: Mengenal diri sendiri membuat kita berlutut dengan rendah hati. Kita harus mengenal diri baru bisa memiliki kerendahan hati. Dengan kata lain, seseorang tak akan mungkin bersikap rendah hati jika ia tak mengenal dengan baik siapa dia sesungguhnya. Kiranya tidak keliru bila kubilang bahwa sikap rendah hati itu tidak bisa diperoleh karena paksaan dari luar diri orang yang menginginkannya. Ia harus berani menaklukkan dir

MULAI DARI MANA?

Image
  Gambar ilustrasi: nyipenengah.com. Judul artikel di atas adalah pertanyaan yang sering dilontarkan. Ia akan keluar terlontar begitu saja ketika seseorang atau sekelompok orang diimbau untuk menulis. Pertanyaan yang tersampaikan itu seolah mewakili ketidakberdayaan atau rasa frustrasi. Benarkah sedemikian sulitnya? Susah sekalikah menyatakan buah pikiran melalui tulisan? Jika menulis sama dengan berbicara, maka seyogyanya tidak sulit. Sebab setiap saat setiap orang berbicara menyatakan apa saja yang terkandung dalam hati dan pikirannya. Maka semestinya segampang itu pula menulis itu. Sebagai jawaban dari judul tulisan ini, menurutku tidak ada rumus yang baku. Itu berdasakan sudut pandang dan pengalamanku. Tidak ada dalil yang pasti sebagai pedoman untuk memulai menulis. Karena menulis itu sebuah kreativitas padu antara nalar dan rasa, maka ia bebas. Terserah penciptanya.     Penulis bebas menentukan dari mana mau memulai. Ia bisa memulainya dari apa yang dilihat atau dari apa ya

TULIS APA?

Image
  Ilustrasi: id.lovepik.com. Banyak orang akan bertanya kembali ketika diimbau untuk menulis. Apakah itu imbauan yang diterima dari orang per orang atau pribadi lepas pribadi yakni secara personal. Atau yang didapat dalam sebuah kelompok atau grup menulis yaitu secara klasikal.   Pertanyaan yang paling sering dilontarkan atau yang timbul berkelindan di benak adalah: Tulis apa – menulis tentang apa? Menulis harus mulai dari mana? Kapan waktunya untuk menulis? Bagaimana cara menuliskannya? Sesungguhnya tidak sulit, rumit atau jelimet menulis itu. Tapi sebaliknya juga tidak gampang-gampang amat. Mesti ada sedikit perjuangan yang diperlukan dari setiap individu yang ingin mengejawantahkannya. Hanya perlu keberanian memaksa diri untuk memulainya. Berhenti memberi alasan yang melemahkan diri sendiri. Alasan-alasan yang justru membuat diri enggan memulai. Jangan lagi membombardir diri dengan tuduhan-tuduhan palsu yang mengerdilkan kemampuan sendiri. Sebab sesungguhnya semua orang bisa m

A SHOULDER TO CRY ON

Image
  Gambar ilustrasi: id-id facebook.com. “And when you need a shoulder to cry on When you need a friend to rely on When the whole world is gone You won't be alone, cause I'll be there I'll be your shoulder to cry on….” Itu adalah kutipan sebagian baris kata dalam bait refrain dari A shoulder to cry on . Sebuah lagu bergendre pop yang dipopulerkan oleh Tommy Page ini dirilis pada tahun 1988. Ia bercerita tentang seseorang yang rela menjadikan bahunya sebagai ‘bak’ penampung air mata. Air mata yang tumpah dari seorang teman lainnya. Entah dia sahabat, entah kekasih. Kata-kata potongan bait refrain di atas itu kira-kira artinya seperti ini (semoga tidak keliru): Ketika kaubutuhkan bahu untuk menangis, apakala kaubutuh seseorang untuk bersandar, manakala dunia ini lenyap, kau takkan sendiri sebab aku ada, aku akan menjadi bahumu tempat menumpahkan air mata. Mengikuti dan menelisik kata-kata dalam lagu tersebut, aku ingin membanggakan diri. Dan secara agak berani aku ma

RAWAT KREATIVITAS MENULIS

  Kreativitas menulis akan terus terawat baik Jika penulis menepis kritik tak mendidik Jika ia tak mampu bebaskan diri dari kritik Pasti ia akan dipaksa terus ‘tuk tak berkutik Hardiklah kritik yang bikin diri bergidik Biar nalar dan rasa tidak sampai terusik Terusik sentilan usil yang melukai sukma Supaya sukma tidak terpapar trauma Sebab jika sukma trauma berlama-lama Karena rasa, nalar tersayat sembilu hujat Jemari takmau menari lahirkan karya hebat Penulis niscaya hilang, tenggelam tiada gema       Tilong-Kupang, NTT Kamis, 1 Juli 2021 (16.26 wita)

MENULIS, BERAKSARA TANPA SUARA!

Image
Gambar ilustrasi: kompasiana.com. Menulis itu sejatinya adalah berujar, berbicara dan/atau berkata-kata tanpa suara. Saat menulis, kita sedang beraksara tanpa suara. Di sana kita bisa curhat. Kita bisa menyatakan kegalauan atau sukacita. Kemarahan atau kegembiraan. Ya, kita bisa berbicara tanpa suara tentang apa saja yang dirasa. Kita bisa mencurahmuntahkan segala isi di hati tentang apa pun saat beraksara tanpa suara itu. Kita bisa menyatakan segala kegalauan dan/atau keresahan. Bisa juga kita melampiaskan kemarahan tanpa berteriak atau sampaikan kegembiraan dalam diam. Kita dapat berkata-kata, berujar atau lantang berbicara tanpa suara. Berikut beberapa pengalaman batin sekaligus argumentasi pribadi sehubungan dengan menulis. Yang aku sebut sebagai tindakan beraksara tanpa suara. Ini bukan sebuah dalil dari sebuah olahan penelitian. Ia ada karena karib digauli setiap saat. Oleh karena itu, pembaca bisa menambah atau mengurangi sesuai pengalaman dan pemahamannya. Menulis = Berbi