BUKA PUASA


Tadi sore saat buka puasa ala kadarnya. Karena aku sendirian. Sedangkan orang-orang rumah sedang keluar pergi menengok saudara yang lagi sakit. Aku tidak ikut karena lagi sibuk menulis di depan laptop. Tak ada jedanya aku bercengkerama dengan mesin tulis ini sehingga sampai lupa harus berbuka. Ketika Tiba waktunya, aku bergegas ke warung depan membeli gorengan seadanya.

Aku beli lontong, pisang molen, ubi molen, jireng dan tempe goreng. Mba penjual gorengan membungkus sekalian dengan cabe dan sambelnya. Cabe untuk digado, sambel untuk dicelup dengan gorengan. Setelah membayar dan menerima semua belanjaan aku bergegas pulang. Kebetulan di rumah masih ada stok susu kental. Jadi tidak perlu aku beli.

Sesampai di rumah aku pilah-pilih di piring lalu aku gelar di lantai. Supaya tidak merepotkan aku ambil tisu yang masih tersisa sebagai persiapan untuk melap mulut dan tangan. Tapi aku penasaran. Kubuka kulkas dan kuambil sebuah mangkuk yang masih ada isinya. Susu kentalnya juga kuambil dan letakkan bersama rekan-rekannya yang sudah menunggu di lantai. Lalu aku duduk santai sambil sandaran di tembok berselonjor dan menikmati satu-satu hidangan itu. Kebetulan aku sudah membatalkan puasa dengan kumur dan meneguk sedikit air pelega tenggorokan.

Setelah menyantap semua kudapan di depanku baru aku sadar bahwa kurang air. Terutama air panas untuk menyeduh susu. Ah, sudah terlanjur. Biar saja habis makan baru sekalian ke kulkas untuk minum, pikirku. Maka kulahap semua. Termasuk cabe dan sambel. Ludes. Tak terasa aku mulai kepedesan. Akhirnya aku menuju kulkas. Tapi begitu kubuka tidak ada air dingin, apalagi air panas. Aku ke dapur membuka termos, kosong. Tidak ada air panas. Aku kembali nihil ke prasmanan kudapan.

Oh, lega aku melihat mangkuk yang penuh isinya. Puji syukur. “Susu. Kalau gak, air kelapa muda. Pas,” aku membatin. Kutuang ke dalam gelas dan lenyap sekejap. Setelah mendarat mulus di lambung baru tersadar. Wow, santan kelapa, desahku sesal. Aku ambil tisu sebagai penadah supaya aku muntahkan. Tapi tidak bisa. Santan dan teman-temannya bertahan nyaman di dalam. Ah, sudahlah. Yang penting pedes di bibir dan lidah bisa terhapuskan. “Paling-paling juga mules lalu mencret!” Umpatku seraya tinggalkan sisa-sisa yang masih berantakan dan kembali ke laptop meneruskan tulisan tantangan yang diminta Omjay.

                                                          SELAMAT BERBUKA!

Yolis Y. A. Djami (Tilong-Kupang, NTT)
Senin, 27 April 2020 (20.20 wita)

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

TEACHER

BERIRING

AKU ADA SEBAGAIMANA AKU ADA KARENA MEREKA ADA BAGIKU