TANGGAPAN PEMBACA DAN DAMPAKNYA

Ilustrasi: dreamstime.com.

Sesudah menyelesaikan tulisan aku biasanya lang tayangkan di blog. Blog pribadi maupun blog keroyokan. Blog yang ramai pengguna. Blog yang bisa dan boleh diikuti oleh siapa saja sejauh ia memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

Layaknya sebuah lembaga, blog-blog bersama itu telah menetapkan aturan. Dan aturan itu harus dijalankan secara bertanggung jawab oleh para pengguna. Apabila terdeteksi ada pelanggaran di sana oleh siapa pun, pasti akan dikenai sanksi sesuai ketetapan itu.

Sesudah menayangkan tulisan di blog, biasanya aku kirim tautannya. Pastinya supaya karya intelektual itu bisa dibaca orang lain. Maka tautan itu aku kirimkan ke orang-orang yang aku kenal dan yang tersimpan nomor kontaknya. Termasuk media sosial yang kupunya.

Selain ke nomor-nomor WA teman yang kusimpan, juga ke FB (face book). Tujuanku tidak muluk-muluk. Yaitu agar teman-teman bisa membaca dan menikmatinya. Harapan selanjutnya adalah mereka dapat memperoleh sesuatu dari yang aku uraikan dalam tulisan.

Selain tujuan mulia tadi, ada tujuan tersembunyi di dalamnya. Tujuan yang tidak terbaca di dalam bacaan itu. Paling tidak itu menurutku dan memang itu yang aku maui inginkan. Yaitu agar sesudah membacanya, mereka bisa merespon yang baik.

Apa itu tujuan tersembunyinya? Jujur saja, sebagai manusia, kita atau aku mendambakan respon yang membesarkan hati. Harapanku adalah mendapat balasan tanggapan yang menyenangkan dan membanggakan. Kupikir sikap manusia yang manusiawi.

Sebab dengan mendapatkan tanggapan yang membanggakan terhadap hasil karya kita akan timbul rasa percaya diri. Dengan adanya rasa percaya diri, seseorang akan lebih giat dan terus berkarya. Dan pasti ada keinginan untuk terus menciptakan atau membuat yang lebih baik dari yang sebelumnya.

Seperti yang pernah kutulis dan tayangkan beberapa hari yang lalu bahwa narsis itu sehat. Yaitu tentang tanggapan para pembaca blog membesarkan hatiku. Sangat membanggakan. Dan tanggapan-tanggapan itu aku jadikan bahan tulisan.

Cara itu, menurutku lagi, memberi dampak ganda. Ia berdampak kepada penulis yang menerima tanggapan dan sekaligus memberi efek kepada yang menulis tanggapan. Bagi yang menerima tanggapan, seperti kubilang sebelumnya, akan menimbulkan rasa percaya diri. Sedangkan yang memberi tanggapan, ia akan merasa dihargai.

Indikasi lain dari tanggapan pembaca yang tertulis yang ditinggalkan di kolom tanggapan adalah dia sudah membacanya. Karena dia sudah membaca secara teliti maka dengan sendirinya dia bisa menuliskan kembali tanggapannya. Tentunya tanggapan kepada penulis artikel yang dia baca.

Sobat pembaca yang terhormat! Aku tidak bermaksud untuk menggugahmu meresponi tulisanku atau tulisan para penulis lainnya. Sebab ditanggapi atau tidak, mereka akan tetap dan terus menulis serta menayangkannya. Dengan begitu mereka telah menjalankan visi misinya, yaitu menjadikan orang lain lebih baik darinya lewat karya-karya inteleknya.

Kupikir itulah esensinya menulis. Maka seandainya ada tanggapan, itu sebuah nilai plus. Ia hanya tambahan. Itu sebuah konsekwensi saja. Itu dampak atau akibat dari suatu perbuatan, menulis. Mandapat tanggapan bukanlah tujuan utama para penulis. Jadi?

Bagi pembaca yang sering meninggalkan tanggapan berupa kesan dan pesan akan mendapat keuntungan ganda juga. Pertama, ia dihargai oleh sang penulis berupa merespon balik pada apa yang dipesankan. Yang kedua, secara tidak sengaja ia telah belajar menulis menyatakan pendapat (terutama bagi mereka yang belum hasilkan tulisan).

Dan sekiranya ia terus memaksakan diri untuk menulis, pasti ia mampu melakukannya dengan baik. Sebab dia telah memiliki alur berpikir yang terstruktur. Dia juga telah memiliki daya analisis yang tajam sehingga ia bisa memberi penilaian atas apa yang ia baca.

Yang kurang berdampak adalah tanggapan dengan memberi gambar jempol teracung. Dengan hanya menunjukkan jempol dengan serta merta orang yang diacungi jempol akan sadar bahwa ia bagus. Tetapi tidak akan diketahui apa yang terkandung di dalam pikiran orang yang mengacungi jempol. Orang lain tidak akan tahu alur berpikirnya.

Yang lebih celaka adalah tautan baru terkirim, hanya dalam hitungan detik sudah ada jempol nongol. Ini bisa kupastikan bahwa sesungguhnya dia tidak membaca isinya. Tapi dia hanya ingin menunjukkan respeknya pada penulis. Menurutku lagi, ini kurang elok. Sebab bukan itu tujuan utama para penulis membuang waktu dan energi.

Melalui tulisannya, mereka ingin memberdayakan pembaca. Mereka ingin membangun semangat literasi yang mencerdaskan anak bangsa. Mereka ingin membuka wawasan berpikir pembaca di mana saja tulisan itu menjangkau. Di mana dan kapan saja dia terbaca.

Itulah tujuan utama para penulis menguras daya nalar dan rasanya. Bahwa lewat tulisannya, mereka telah berbuat sesuatu demi meningkatkan harkat kemanusiaan seorang manusia. Bahwa lewat tulisannya, mereka bisa membuka dan memperlebar wawasan para pembaca.

Harkat kemanusiaan seorang manusia akan terbangun jika ia dibangun. Salah satu cara membangunnya adalah dengan membaca karya intelek para penulis. Wawasan seseorang akan semakin luas jika ia rajin melahap tulisan orang lain. Segala bentuk tulisan yang ditemui yang memberi pangan jiwa.  

Salahkah jikalau pembaca hanya menampilkan gambar jempol yang teracung gagah? Tidak, teman! Tidak sama sekali! Sebab sebagai penulis, ia sudah mendapatkan upahnya yaitu jempol yang terpampang. Tetapi sebagai pembaca, Anda tidak mendapat informasi apa-apa.

Aku mengibaratkan situasi ini dengan: Adanya kelaparan parah di antara limpahnya makanan. Malah terserang penyakit busung lapar kendati dikelilingi makanan bergizi. Sungguh suatu ironi. Dan ini tidak boleh terjadi.

Aku percaya Anda semua, sobat-sobat sejatiku tidak mau mengalami itu, bukan?

Tabe, Pareng, Punten!

 

Tilong-Kupang, NTT

Selasa, 14 September 2021 (17.25 wita) 

Comments

  1. Terimakasih Bapak atas Pencerahannya sore ini, sangat bermanfaat.
    Sebagai seseorang yg belum memiliki tulisan, mendapatkan pelajaran yang sangat berharga.
    Untuk setia meninggalkan jejak Positif.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Ibu Guru! Menulis saja dengan riang, jangan terpaksa.

      Suatu saat akan datang upahnya. Gb!

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

POIRHAQIE de KRISSIEN

BELAJAR = PEMAKSAAN PEMBIASAAN DIRI

TIDAK PAKE JUDUL