MENYUNTING DARI TILONG
![]() |
| Ilustrasi: store.ums.ac.id. |
Aku baru dua kali diberi tanggung jawab sebagai editor. Pertama, diberi kesempatan menyunting
buku Kumpulan Puisi dari seorang penulis muda NTT, Yohan Mataubana. Kedua, aku mendapat kehormatan mengemban
tugas menyunting buku Antologi Satu YPTD.
Buku Kumpulan Puisi sudah selesai diedit dua atau tiga bulan
lalu. Peran sebagai editor sudah tuntas. Terutama terhadap jeroan buku.
Sedangkan beberapa informasi penunjang lain dari penulis dan lain-lain masih
dalam proses penyelesaian.
Sebagai penyunting buku Antologi Satu YPTD hasil lomba
menulis di blog juga selesai. Yaitu
dari segi konten sudah rampung. Sementara informasi pendukung lainnya sedang
dalam perjalanan. Semoga mereka tiba tepat waktu sehingga tidak vakum berlama-lama.
Kenapa demikian? Sebab buku sudah harus terbit satu bulan
setelah lomba. Jadi Anda bisa bayangkan bagaimana tekanan yang dirasakan tim
penanggung jawab penerbitan. Jadi walau terhimpit oleh banyak kesibukan, mereka
harus menuntaskannya sebelum waktu yang ditentunkan.
Ini demi kualitas pelayanan YPTD kepada rekan-rekan penulis
sebagai mitranya. Cara itu juga wajib dilakukan demi tidak terhambatnya proses
penyabaran virus literasi. Wabah kecerdasan yang merambah lintas generasi. Ia
juga sekaligus sebagai bukti kredibilitas dan integritas pelayanannya.
Atas anugerah Tuhan, aku dipercayakan sebagai penyunting
naskah buku. Aku menyunting naskah-naskah itu dari Tilong. Kampung kecil yang sedang
beradaptasi dengan penetrasi peradaban. Karena itu, kegiatanku menyunting masih
sering diiringi merdu suara suitan bersahut-sahutan kawanan burung-burung kecil.
Mereka biasa berlompatan berjingkrak dari ranting ke ranting.
Berdansa bergirang dari perdu ke pepohonan besar di sekitar ‘padepokan’
tempatku berliterasi. Suara riuhnya bag nada-nada ceria September Ceria di awal
September ini. Lagu riang yang dilantunkan penyanyi lawas Indonesia, Vina
Panduwinata.
Dan sebagai editor, aku diberi hak penuh untuk memberi
pengantar. Pengantar itu merupakan jembatan yang akan menghubungkan pembaca dan
penulisnya. Atau seperti kaca pembesar untuk meneropong alam dan alur pikir
sang penulis.
Berikut ini adalah apa yang aku sampaikan di kedua buku yang
aku sunting. Sekali lagi, mereka adalah peretas jalan menuju penjelajahan
wilayah imajinasi yang dibentangkan para penulis.
Berakhir Pekan
di Matamu
Saya merasa bangga sekaligus
terhormat karena diberi tanggung jawab sebagai editor buku di grup menulis
daring MBI (Membuat Buku Inspirasi). Semoga tanggung jawab ini bisa saya
tunaikan dengan baik. Dengan begitu, ada kepuasan pada penulis dan sidang
pembaca.
Buku kumpulan puisi: Berakhir Pekan di Matamu hasil goresan Yohan Mataubana
ini adalah pengalaman menyunting buku yang pertama. Semoga hasil suntingan ini
tidak mengecewakan. Harapan sebaliknya adalah mendapat respon yang baik,
syukur-syukur menggembirakan.
Secara pribadi, saya mengucapkan
selamat kepada penulis yang telah menorehkan sejarah hidup dengan meninggalkan
jejak sejarah yang bakal menyejarah. Semoga akan tercipta karya-karya hebat
berikut yang menginspirasi banyak orang.
Selamat membaca. Selamat
bertualang di rimba imajinasi. Tuhan Memberkati!
Aku menyelesaikannya
pada hari Senin tanggal 7 Juni 2021. Sungguh sebuah pengalaman yang
mendebarkan. Bersebab aku kurang begitu tertarik dengan puisi. Menurutku seni
olahkata yang satu ini butuh rasa yang lebih kental dari nalar. Mungkin!
Antologi Satu YPTD
Akhirnya
selesai juga upaya penyuntingan tulisan para sahabat literasi. Kumpulan tulisan
yang berasal dari ajang bertarung kreasi nalar dan rasa menyikapi ultah YPTD
pertama. Hari jadi yang baru dirayakan tanggal 19 Agustus 2021. Ini adalah
kegiatan yang melelahkan, tapi menyenangkan.
Melelahkan
karena saya harus menyelesaikan suntingan di sela-sela menulis mengejar
tayangan. Yaitu menyelesaikan tulisan yang harus dimuat di blog YPTD sebagai
syarat mengikuti KMAA. Dalam waktu yang sama harus dua hal dirampungkan.
Sebaliknya
menyenangkan karena saya menikmati hasil karya orang-orang hebat. Mereka datang
dari berbagai penjuru nusantara dengan latar belakang yang beragam. Baik dari
segi pendidikan maupun profesi yang digeluti. Dengan demikian
tulisan-tulisannya sangat memperkaya saya.
Di
tengah penyelesaian, saya bertanya kepada Pak Thamrin apa judul bukunya? Beliau
menyampaikannya, tapi saya merasa kurang ‘seksi.’ Maka saya usulkan judul
sesuai yang tertera sekarang. Kemudian beliau menambahkan judul kecilnya.
Judulnya adalah: ANTOLOGI SATU YPTD (Sumbangan
Pemikiran Sahabat Penulis).
Kata
satu di judul merepresentasi ultah
pertama. Sedangkan makna filosofisnya adalah YPTD harus tetap satu dan tidak
boleh terpecah-pecah karena alasan apapun. Ya, harapannya yayasan atau lembaga
ini tetap menjadi dirinya demi melayani dan memberdayakan anak bangsa dengan
literasi.
Selamat menikmati bacaan yang tersaji dalam antologi ini.
Semoga pembaca mendapatkan pangan jiwa yang bergizi. Semoga pula ia dapat
memperkaya nurani dan memperluas khasanah serta cakrawala para pembaca yang
budiman.
Salam literasi dan salam hormat saya dari kampung kecil di
Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, NTT.
Aku rampungkan tugas mulia ini pada hari Rabu tanggal 1 Agustus 2021. Ada
kepuasan tersendiri bertindak sebagai ‘kaca pembesar’ untuk melihat secara
detail tulisan para sobat literasi. Semoga sumbangsih yang kuberikan ini
berterima.
Tabe, Pareng, Punten!
Tilong-Kupang,
NTT
Rabu, 2September 2021 (10.43 wita)

Comments
Post a Comment