BELAJAR ITU BUKAN DI MANA, TAPI BAGAIMANA
![]() |
| Ilustrasi: koinworks.com. |
Waktu-waktu
sekarang ini mulai menunjukkan akan kembalinya kehidupan normal. Kehidupan yang
didambakan banyak orang setelah berlama-lama dicekik covid. Semua lini
kehidupan mulai menggeliat. Covid mulai berangsur dilupakan dan tinggalkan.
Kantor-kantor
telah membuka pintu lebar-lebar dengan segala kegiatannya. Para pegawai sudah
mulai melenggang melewati rute yang sama yaitu rumah – kantor – rumah. Mereka mulai
berkurang aktivitas bekerja dari rumah. Digantikan kesibukan dengan bekerja di
kantor.
Demikian juga
dengan lembaga-lembaga pendidikan. Mulai dari jenjang terendah hingga perguruan
tinggi. Mereka telah belajar membiasakan diri kembali ke kelas. Yaitu belajar
di sekolah yang ditemani para guru. Aktivitas belajar dari rumah yang
menggelisahkan mulai berkurang. Malah berangsur ditinggalkan.
Sebagai contoh
adalah hari ini, Selasa tanggal 7 September 2021 Kampus telah membuka diri. Ia
mengadakan sebuah pertemuan dengan mahasiswa baru. Mereka menyebutnya: Program
Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru. Tujuannya agar mahasiswa tidak
asing dengan lingkungan barunya ketika belajar serius kelak.
Tadi pagi di
halaman kampus UPG 1945 NTT, program itu dilaksanakan. Acaranya dimulai tepat
jam 07.00 wita dan berakhir di pukul 10.00 wita kurang lebih. Acara ini dibuka
secara resmi oleh Ketua BPH PB PGRI, Dr. Semuiel Haning, S.H., M.H.
Lalu pihak
universitas menyerahkan para mahasiswa baru ini ke masing-masing fakultas. Kemudian
dari fakultas diserahkan ke program studi masing-masing. Di sinilah mereka
mengenal lebih dekat dengan situasi bidang keilmuan yang mereka pilih.
Di program
studi inilah mereka bertatap muka secara langsung dengan para dosen. Yaitu
pribadi-pribadi yang bakal menjadi gurunya. Orang-orang yang akan mendampingi
mereka hingga tuntas pendidikannya. Di sinilah mereka akan menghabiskan delapan
semester agar mencapai gelar sarjana.
Di Program
Studi PJKR, sang ketua program yang mengendalikan acara. Sebagai komandan
tertinggi ia menyampaikan visi misi program studi. Ia juga memberitahukan semua
hal yang berkaitan budaya berpakaian, bersikap sikap dan budaya berpikir
ilmiah. Yaitu segala apapun yang berhubungan dengan cara hidup mahasiswa PJKR.
Beliau
mempersilakan masing dosen untuk memperkenalkan diri kepada para pendatang atau
anggota baru. Yang perlu disampaikan adalah nama dan segala pernak-perniknya.
Juga matakuliah asuhannya dengan segala kelebihannya. Serta spesialisasinya.
Akhirnya
datang juga giliranku bercakap di depan kelas mahasiswa baru. Sebagaimana
kebiasaanku kala mengajar, aku berdiri menghadap mereka. Setelah menatap merata
ke semua peserta, aku minta mereka memberi tepuk tangan yang sangat meriah
untuk prodi PJKR. Mereka bertepuk tangan hingga beberapa detik. Lalu hening.
Aku tidak
memperkenalkan nama terlebih dahulu. Aku malah bilang begini pada mereka: “Belajar
itu bukan di mana, tapi bagaimana!” Sesudah menyampaikan itu, aku diam. Aku
biarkan mereka mencerna kata-kataku. Tapi tidak ada interaksi saat itu. Maka
aku lanjutkan.
Belajar itu
tidak penting apakah di kampus ternama atau yang belum dikenal. Tidak penting apakah
di gedung mewah atau bangunan reyot. Tidak penting apakah di kota besar atau
kampung kecil yang udik sekali. Belajar itu bukan masalah di mananya tapi
bagaimananya.
Artinya walau
Anda kuliah di kampus hebat tapi tidak belajar, Anda tak jadi apa-apa. Mungkin
hanya pikul gelar. Jadi yang harus dilakukan adalah belajar sungguh-sungguh
walau menempuh pendidikan di kampus yang belum dikenal luas. Sebab cara kita
belajarlah yang membuat kita mampu menantang dunia dengan segala kepongahannya.
“Saya berharap
Anda semua akan belajar sungguh-sungguh. Semoga yang ada di dalam ruangan ini,
kelak menjadi orang-orang sukses karena cara belajar benar.” Lalu aku memperkenalkan
nama serta matakuliah yang kuasuh. Aku pun pamit demi memberi ruang kepada
dosen lain.
Sambil
beranjak, nalarku mengingatkan aku akan hal ini: “Menulis juga sama. Gak perlu
di mananya, tapi bagaimananya. Buktinya kamu. Walau di udik kampung Tilong, kamu
tetap produktif menulis.” Mendengar bisikannya, aku melangkah dengan gagah
kembali ke tempat duduk semula.
Tabe, Pareng, Punten!
Tilong-Kupang,
NTT
Selasa,
7 September 2021 (16.55 wita)

Keren artikelnya, thank you for sharing your experience...
ReplyDeleteTerima kasih kembali, Bu. Sedikit berbagi info saja.
DeleteMantaap Bapak.. sangat Inspiratif..
ReplyDeleteTerima kasih atas apresiasinya.
DeleteTerima kasih atas apresiasinya.
ReplyDeleteBelajar tidak kenal usia dan tdk kenal waktu, selama masih ada kemauan pasti ada jalan.. Terimakasih Pak
ReplyDeletePak Dosen, terima kasih qoute akhirnya sangat-sangat menginspirasi.
ReplyDeleteTerima Kasih kembali, Bu Lily sudah berkunjung. Terima Kasih pula atas apresiasinya. Gb!
DeleteHebat pak 😇
ReplyDeleteTerima Kasih, Pak Guru Aron.
DeleteTerima Kasih kembali, Pak Guru Yoman! Gb.
ReplyDelete