AU PEO MONIT NAKO TILONG
Orang bercerita: sumberbelajar.belajar.kemdikbud. |
Au
peo monit nako Tilong adalah ungkapan bahasa Timor
Dawan. Bila kuartikan dalam bahasa Indonesia akan seperti ini: Ceritaku dari
Tilong tentang hidup atau aku bercerita tentang hidup dari Tilong. Itulah
cerita-cerita yang bakal kujadikan sebuah buku. Buku yang sengaja kutulis judulnya dalam
bahasa Timor juga, yaitu: Molok Noko
Tilong – Cerita dari Tilong.
Aku suka menggunakan
bahasa daerah ke dalam tulisan-tulisanku. Bagiku, itu kekayaan. Dan juga sebagai
ungkapan rasa cinta dan banggaku kepadanya. Kenapa itu kulakukan? Sebab tidak
akan ada orang luar yang mau berlelah-lelah melakukannya. Kecuali ada sebuah
pemaksaan, misalnya: Melakukan penelitian. Apapun bentuk penelitiannya.
Tapi kalau itu yang
diharapkan kemungkinannya satu banding seribu. Barangkali juga lebih. Jadi
caripada menunggu sesuatu yang tidak tentu, sesuatu yang tidak pasti lebih baik
aku melakukannya sendiri. Walau tidak mentereng, tidak wah, tapi yang penting
aku telah melakukannya dengan sepenuh hati.
Persoalan nanti ada
yang tertarik atau tidak itu bukanlah target utama. Tujuanku adalah menorehkan
sebuah sejarah hidup sebagai akamsi (anak
kampung sini). Begitu kekira para milenial menyebut seorang penghuni suatu
tempat. Sebagai orang Tilong aku telah memulainya, walau sangat sederhana. Biarlah
generasi berikut sesudah aku yang akan menyempurnakannya.
Aku juga belum bisa
memprediksi apakah buku ini bisa dipasarkan? Entah! Seandainya ya, apakah akan
dibeli dan dibacanya orang? Lagi-lagi, entah! Semua itu masih gelap. Sama
sekali tidak terbayangkan. Seperti tadi kubilang, aku hanya mau memulai sesuatu
yang baik. Sebuah bakti untuk kampung di mana aku ada sekarang.
Sehingga suatu saat
kelak, ketika aku tidak di sini lagi, jejakku masih bisa terlacak. Ia akan
terlihat melalui tulisan-tulisan dalam buku ini. Sebab hidup ini tidak ada yang
abadi, bukan? Jadi mumpung masih ada waktu dan kekuatan yang Tuhan karuniakan
padaku, aku buatlah apa yang bisa dan sanggup kerjakan. Untuk itu, aku
memproklamirkan diri sebagai pionir, orang Tilong pertama yang menulis tentang
Tilong.
Menulis adalah hal
yang paling bisa kulakukan untuk mengabadikan keberadaanku di Tilong. Intinya
adalah bagaimana caranya aku membawa nama Tilong agar dikenal dunia. Ini
kulakukan sekedar untuk memberitahukan kepada seluruh umat bahwa di dunia ini
ada sebuah kampung tak terjangkau yang bernama Tilong. Itu saja!
Oleh karena itu, cerita-cerita
yang kutulis kugoreskan semuanya terlahir di kampung kecil ini. Ia bisa tentang
Tilong dan segala kompleksitasnya atau cerita tentang hal lain. Semua aku ekspresikan
dari sana. Suatu tempat terpencil yang jauh dari semarak kota. Walaupun harus
kubilang, ia sedang menuju ke kondisi itu.
Tanda-tanda Tilong
menjadi kota mandiri mulai kelihatan. Ini terlihat dari pembangunan yang makin masif
dan marak. Memang untuk sementara berupa pembangunan rumah tinggal. Tapi pusat perbelanjaan
bakal dibangun demi memenuhi kebutuhan masyarakat. Itu sebuah keniscayaan.
Hanya saja tidak atau belum tahu kapan akan terejawantah.
Ya, itu harapanku.
Tapi rasanya semua penduduk Tilong juga mempunyai harapan yang sama. Hanya saja
mereka belum menemukan media untuk menyatakannya. Sementara aku sudah memilikinya,
yaitu lewat lembaran-lembaran penuh coretan ini: Molok Noko Tilong.
Tabe, Pareng, Punten!
Tilong-Kupang, NTT
Senin, 20 September 2021 (14.25
wita)
Mantap Bapak Dosen.
ReplyDeleteSemoga Pembangunan di Tilong Semakin Melaju.
Membawa Tilong Semakin maju.
Amin! Terima Kasih untuk DOA tulusnya.
DeleteLuar biasa, Inshaallah liburan Desember ini bisa jalan-jalan ke Tilong.
ReplyDeleteSiap! Tilong siap menyambut para wisatawan yang budiman Dari mana pun.
DeleteTerima Kasih, Bu Lily atas komentarnya. Gb!
Benar sekali apa yang di katakan dalam buku ini. Perubahan akan sering terjadi dari masa kemasa dan itu adalah harapan kita semua entah di daerah yang berbeda dalam masa perkembangan sekarang. Tetapi kita jangan lupa akan budaya kita karena dengan adanya pengaruh peradaban yang ada, budaya bahasa timor jarang dipakai. Untuk itu kita perlu melestarikan budaya bahasa timor walaupun tapak demi tapak kita menuju daerah yang maju sekalipun.
ReplyDeleteMantap! Terima Kasih untuk motivasi yang keren itu. Gb!
Delete