AKU MEREPRESENTASI MASYARAKAT TILONG
![]() |
Ilustrasi: psychologymania.com. |
Hari ini aku
tidak bisa menulis secara baik. Pikiranku terbagi antara siapkan materi untuk
presentasi di hari Senin dan pergi keluar rumah. Yaitu untuk mencari stasiun
pengisi gallon isi ulang. Sungguh merepotkan. Eh, bukan merepotkan tapi menyita memecah-belah perhatian.
Memang menyita
malah membuyarkan atau menghancurkan perhatian. Kenapa? Sebab keduanya sama-sama
penting. Aku mengkategorikan keduanya sebagai kebutuhan dasar. Tapi tentunya
tidak bisa keduanya dijalankan dalam waktu yang sama. Aku harus bisa memilih
walau sulit bin pelik.
Oleh karena
itu, aku mengambil jalan tengah. Aku berdiam diri sejenak lalu membiarkan
nalarku memutuskan apa yang sebaiknya aku dahulukan. Akhirnya dengan kekuatan
konsentrasi karena pertolongan Tuhan, aku pilih siapkan materi untuk besok. Kenapa?
Karena ia melibatkan banyak orang di luar diriku. Kalau galon hanya untuk
pribadi.
Aku akhirnya memutuskan
untuk siapkan materi supaya tidak memalukan. Seba bukan hanya bakal mempermalukan
diri sendiri. Tapi juga masyarakat Tilong yang berbaris di belakangku. Aku
tidak berani dan tak bakal berbuat senaif itu, permalukan mereka.
Ya, aku
merepresentasi semua masyarakat kampung kecilku ini, Tilong. Maka, kalau aku
bagus mereka ikut bangga dan nama kampungku makin berkibar. Tapi kalau
sebaliknya hancur-hancuran karena ketidakmampuanku, mereka ikut cemar dan terpuruk.
Itu sebabnya
aku benar-benar berkonsentrasi penuh menyiapkannya. Minimal satu langkah
pertama sudah aku eksekusi dengan baik. Tinggal langkah berikut sebagai penentu
besok. Yaitu pada saat mempresentasi materi tersiapkan. Apakah aku mampu
menyampaikannya? Apakah nanti peserta yang mendengarkan paham atau sebaliknya?
Sebab begini,
kawan! Persiapan di atas kertas atau konsep belum bisa dikatakan selesai. Masih
koma. Pada saat penyampaiannya baru bisa dikatakan titik. Itu pun kalau
berhasil membawakannya dengan baik. Artinya materinya tuntas tersampaikan dengan
menyenangkan. Dan pendengar atau peserta terpuaskan rasa dahaga akan informasi
tersebut.
Doa dan
harapanku adalah aku bisa membawakannya secara bersahaja. Semoga pula dapat
kusajikan dengan penguasaan baik. Maksudku menguasa materi, menguasai situasi
dan menguasai diri. Jangan sampai demam panggung yang bisa membuat kontra
produktif. Maunya sukses, malah apes
ngenes. Ya, sudah. Kita lihat saja pada hari-H, jam-J.
![]() |
Flyer pelatihan menulis: WAG MBI |
Hari-H dan
jam-J yang kumaksud adalah besok. Hari Senin tanggal 30 Agustus 2021. Jam atau
waktunya, sesuai dengan jadwal yang tertera adalah pukul 19.00 wib. Berarti jam
20.00 wita. Itu dia, teman, yang kusampaikan dalam tulisan tentang persiapan
bahwa lebih kepada persiapan mental. Karena cukup malam memulainya bagi kami di
Kupang.
Begitu sobat!
Jadi hari ini aku tidak bisa menulis banyak nan apik. Hanya sekedar menceritakan
padamu tentang situasi terkiniku saja. Semoga besok dan besoknya lagi aku bisa
berkonsentrasi penuh menyalurkan energi untuk menulis yang geulis.
Rasanya itulah
yang ingin kusampaikan hari ini. Sebelum aku mundur dari ruangmu aku ingin
menitipkan sesuatu. Bolehkah? Terima kasih atas kesediaanmu. Aku hanya mohon
dukungan doamu yang terkhusyuk pada Sang Khalik agar aku dimampukan. Dan juga
agar damai sejahtera-Nya memenuhi hati pikiran para peserta. Dengan demikian
acaranya akan berjalan baik dan berakhir dengan sukses. Amin!
Tabe, Pareng, Punten!
Tilong-Kupang,
NTT
Minggu, 29 Agustus 2021 (21.40 wita)
Comments
Post a Comment