MUNGKIN TUHAN BELUM BERKENAN
Seyogyanya aku terus
mengadakan penetrasi dengan mengirim hasil-hasil karya ke media cetak. Seharusnya
aku terus kirim tulisan apakah ke majalah, tabloid, atau harian. Ke media-media
yang paling tidak di skup kecil saja.
Tapi seperti yang
kujelaskan sebelumnya, aku jera. Jera karena butuh dana ekstra. Dan aku juga jera
karena minus dalam kualitas. Aku masih harus dan terus mengikiskurangi berbagai
kekurangan dalam diriku.
Lebih dari itu, seperti
yang sudah kukemukakan dalam lembaran sebelumnya, bahwa aku sedang berada dalam
masa tempaan. Tuhan sedang memprosesku untuk menjadi ‘sesuatu’ yang lebih baik.
Aku tak perlu ngotot.
Ibarat buah, aku tak
perlu memaksakan diri agar matang sebelum waktunya. Aku justru menanti masanya.
“…, karena untuk segala hal dan segala pekerjaan ada waktunya.” Demikian
pengajaran Raja Salomo dalam Pengkhotbah tiga ayat tujuh belas. Ia adalah orang
yang paling bijak sepanjang masa yang pernah hadir di muka bumi ini.
Itu tidak berarti aku
hanya diam berpangku tangan menanti keajaiban jatuh dari langit. Justru
sebaliknya aku semakin giat menulis. Aku terus berusaha memperbaiki segala
kekurangan untuk mendapatkan hasil terbaik.
Kebelumberhasilan itu
dimungkinkan Tuhan berlaku atas diriku agar aku tidak cepat berpuas diri. Dan supaya
tidak menjadi sombong bila berhasil meraih sukses secara dini dan gampang. Ia
masih menuntunku belajar dan berusaha keras.
Memang benarlah apa yang dikatakan dalam Alkitab dalam Pengkhotbah pasal tiga ayat satu, bahwa: “Untuk segala sesuatu ada masanya.” Waktu Tuhan tidak pernah terlambat. Penetapan-Nya tak pernah meleset.
Comments
Post a Comment