TEACHER

Gambar: Dokpri

Sekitar bulan Oktober tahun 2002 saya diberi hadiah oleh salah seorang murid bernama Hulda. Waktu itu dia masih duduk di kelas delapan alias kelas dua SMP. Dia datang mendekati saya sambil memberikan hadiah yang berbentuk kotak kubus kecil. Kemasan kotaknya rapi dan kokoh. Bagus dipandang.

Itu dilakukannya di lapangan ketika saya akan melatih basket dalam kegiatan ekstrakurikuler SMP. Kegiatan ekstrakurikuler ini berlangsung di sore hari sekitar jam tiga wib. Yaitu sehabis jam pelajaran. Sesudah bel pulang sekolah berdentang. Dan akan berakhir di jam lima kurang lebih.  

Senang sekali saya menerimanya kala itu. Karena menurut saya ini spesial. Spesial karena saya belum lama mengajar di sekolah itu. Sebab saya baru bergabung tanggal satu September 2002. Artinya baru satu bulanan saya mengajar mereka.

Entah apa yang mendorongnya memberi hadiah spesial itu kepada saya. Entahlah! Tapi apapun motivasinya saya menerimanya dengan sukacita dan berbinar-binar. Saat menyerahkan hadiah itu dia hanya berkata pendek: “Ini untuk Bapak.”

Lalu dia kabur menyelinap bergabung dengan teman-temannya di tengah lapangan. Dia meninggalkan membiarkan saya dalam keheranan. Tidak ada alasan lanjutan kenapa dan dalam rangka apa dia memberi hadiah itu pada saya.

Aku mengamati sebentar lalu menggoyang-goyang kotak itu di dekat telinga. Kotak itu berukuran kira-kira empat kali empat sentimeter. Lalu pikiran saya berusaha menerka. “Cincin.” Nalar, naluri dan batin saya bereaksi kompak.

Saya memasukkannya ke dalam ransel perlengkapan yang selalu saya bawa. Kemudian saya bergabung dengan mereka untuk menunaikan tugas mencerdaskan anak bangsa. Yaitu melatih mereka demi menguasai keterampilan bermain basket.

Sesampai di rumah, tak sabaran saya untuk melihat apa gerangan isi kotak tadi. Tanpa melepas pakaian dan sepatu saya langsung membuka. Wow, kotaknya berwarna kombinasi biru tua dan biru muda. Dan diberi aksen kembang cantik yang menempel indah di tutupnya.

Saya goyang lagi kotak itu dan bunyinya mengisyaratkan seperti sebuah perhiasan. “Tak salah lagi, pasti cincin atau apapun itu. Pokoknya tidak akan jauh dari perhiasan.” Batin saya memberi penguatan.

Dengan semangat empat lima saya membukanya. Ternyata hanya ada sebuah potongan kaca bening bertebal kurang lebih satu sentimeter. Kaca yang berbentuk lingkaran. Lalu saya mengeluarkannya dari dalam kotak.

Saya memainkannya secara memutarlontarkan ke udara. Lalu menelisik mencermati apanya yang istimewa sehingga anak gadis cantik ini memberikannya kepada saya. Saya memperhatikan secara lebih cermat untuk menguak misteri ini.

Ternyata di permukaan kaca bagian bawah ada tulisan. Tulisan itu berupa grafir terbalik sehingga hanya bisa dibaca dari permukaannya yang licin rapi tak bergores. Jadi agar terbaca jelas, maka bagian yang bergrafir harus diletakkan menempel di telapak tangan.

Tulisannya hanya empat baris. Satu baris judul dengan huruf kapital, dua baris isi huruf kecil dan satu baris terakhir sebagai kesimpulan. Kemudian di frasa terakhir yang berhuruf kapital digarisbawahi dengan tiga kuntum kembang yang cantik.

Begini tulisannya!

TEACHER

Some teachers are angel

Some turn their students into angel

YOU ARE BOTH!

 


Setelah membaca dan meresapi kata-katanya, saya pejamkan mata beberapa jedah. Saya membiarkan barisan kumpulan frasa itu berenang berkejaran masuk dalam benak saya. Tidak hanya sampai di situ. Mereka terus turun terbenam di relung hati yang paling dalam.

Mata saya berkaca-kaca dibuatnya. Dalam hening, naluri dan nalar mengejar saya dengan pertanyaan ini. “Are you angel? Do you turn your students into angel?” Lidah kelu. Saya tak mampu menjawabnya.

Saya tak mampu menjawab karena memang saya belum, bahkan tak layak menyandangnya. Maka pada kesempatan istimewa ini saya mempersembahkan kembali hadiah ini kepada seluruh guru Indonesia. Para guru hebat yang telah mengorbankan jiwa raganya demi anak muda bangsa. Saya persembahkan secara sukarela dan hati lapang dengan rasa bangga tak terhingga.

Terutama kepada Omjay dan rekan-rekan pemateri lainnya. Mereka telah mengorbankan keluarga, waktu dan tenaganya untuk menjadikan kami di kelas Menulis Daring Gelombang Tujuh ini sebagai malaikat-malaikat kecil. Ya, mereka – Omjay dan seluruh pemateri – adalah malaikat itu sesungguhnya.

Matur suwun, hatur nuhun, kamsia, berlimpah- limpah terima kasih!

 

 

 


Tilong-Kupang, NTT

 Jumat, 17 April 2020 (14.53 wita)

Comments

  1. luar biasa, semangat terus menulis buu

    ReplyDelete
  2. Hari ini saya di buat terharu dengan sebuah unggahan yang sangat mengesankan dari seorang pelatih basket dan guru semasa saya duduk di bangku SMP.

    Anak2 memanggilnya Mr. Joy.

    Beliau adalah orang yang pertama kali mengajarkan saya bisa bermain musik.
    Beliau adalah orang yang membuat saya sangat jatuh cinta terhadap olahraga basket.
    Beliaulah yang mengajarkan saya agar selalu berusaha dan tidak menyerah untuk menguasai sesuatu yang tidak pernah saya pelajari sebelumnya.
    Dan tidak berhenti sampai situ,
    Beliau mengajarkan saya untuk selalu melakukan yang terbaik dan menyerahkan segala sesuatunya kepada Tuhan.
    Beliau adalah salah satu orang yang membuat perubahan besar di hidup saya.

    Peran guru sangatlah berarti dalam kehidupan saya secara pribadi. Karna pada saat itu, saya tinggal jauh dari keluarga. Saat itu saya adalah seorang anak yang sudah tidak mempunyai ayah dan ibu saya sangat sibuk mencari nafkah untuk membiayai kami, ketiga anaknya. Sehingga komunikasi kami sangatlah terbatas.

    Namun Tuhan Yesus sangat baik kepada saya karena telah mengirim mereka, para guru yang sangat peduli terhadap murid-muridnya.

    Mereka menggantikan peran orang tua untuk menanamkan benih-benih kebaikan di hidup saya dan mengajarkan banyak hal yang tidak pernah saya ketahui sebelumnya.
    Membuat saya menjadi seorang yang kuat.
    Membuat saya menjadi pribadi yang bisa peduli kepada lingkungan sekitar.
    Untuk menjadi berkat dimanapun saya berada.

    Bagi sebagian orang, apa yang mereka lakukan mungkin saja di anggap hanya sebuah kewajiban. Tapi pengaruhnya bagi saya sangatlah luar biasa. Mereka mengajarkan saya bagaimana caranya mengembangkan diri, untuk terbang dengan kepakan sayap sendiri. Membuat saya bisa melihat dan menikmati keindahan dunia dari berbagai sisi.

    Terimakasih kepada semua guru yang pernah mengajar saya. Khususnya kepada Mr. Joy πŸ™πŸ™πŸ™πŸ˜ƒ

    TEACHER
    Some teachers are angel
    Some turn their students into angel
    YOU ARE BOTH!

    Hormat saya untuk para guru PAHLAWANKU...

    -Hulda Mukti-

    ReplyDelete
  3. Luar biasa ceritanya hingga mantan siswanya juga membaca,. sangat menyentuh, hal inipun juga mengingatkan siswa2saya berpuluh tahun yg lalu, super sekali

    ReplyDelete
  4. Thanks Pak Yolis sudah share this to me. πŸ™ God Bless U and Family. 😊
    Hemmmm Hulda....Halo Nak...senang sudah pernah menjadi guru kamu saat disekolah 😊, murid yg suka banget basket, periang, penuh percaya diri. Ternyata skill dan karakter yg kamu miliki terbentuk oleh tangan tangan terampil yg salah satunya ada juga Pak Yolis atau suka dipanggil Mr. Joy, yg juga senior saya, mentor saya dan salah satu teladan saya.
    Akhirnya...salam bahagia buat Nak Hulda dan Pak Yolis...πŸ™

    ReplyDelete
    Replies
    1. You are welcome. And thanks as well that you have given a comment on my post. Gb!

      Delete
  5. Luar biasa ulasannya..salam hormat senior n teman dosenπŸ™

    ReplyDelete
  6. Mantap bapa dosen semoga saya juga bisa seperti itu disenangi oleh murid saya dan saya belajar dari bapak kalau untuk mendaptkan banyak ilmu kita harus banyak membaca

    ReplyDelete
  7. YES, you are both. I agree with your student statement. Its true.
    Esensi menjadi guru memang bukan hanya mengajarkan materi. Saat ini jika ingin belajar materi atau konten apapun semua bisa dengan sangat mudah didaptkan di youtube, mbah google, dan banyak aplikasi yang lainnya. Pokoknya hanya sedia internet dan perangkatnya saja, beres. Namun yang tidak tergantikan oleh sosok guru (saya mengatakan sosok karena memang mengenai pribadi), adalah bagaimana guru menjalankan perannya untuk menyentuh kehidupan anak didiknya, mempengaruhi dan membuat anak didik meneladaninya. Itu yang tidak akan mungkin ditelan oleh zaman. Makanya ada pepatah yang mengatakan pengaruh guru itu tidka tahu sampai mana batasnya, bahkan ketika guru yang dimaksud tutup usiapun pengaruh atau dampak dari didikannya akan bisa lintas generasi dna zaman atau bersifat kekal.

    Ciri khas tulisan Bapak itu deskriptif, orang yang membacanya bisa membayangkan atau dapat terlibat langsung, mendapatkan ekspresi dan kondisi saat kejadian yang diceritakan terjadi. Bapak memang memiliki talenta menulis, jadi semangat menulis Pak Yolis, dan terus menginspirasi banyak pribadi terutama pendidik di nusantara.

    Tuhan memberkati Bapak dan juga keluarga…

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks, Ms for your good assessment and/or opinion and support as well.

      Semoga dia juga menginspirasi Ms untuk menelorkan guratan nalar n Rasa yang memberkati orang lain.

      Terima kasih untuk komentar yang menguatkan. Gb!

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

MAU JADI GURU

POIRHAQIE de KRISSIEN