KUASAI 3 HAL INI, JIKA INGIN JADI GURU OLAHRAGA!
![]() |
Sumber: binakarir.com |
Barangkali pembaca masih ingat momen-momen tertentu kala belajar olahraga dulu. Belajar olahraga waktu di bangku sekolah. Katakanlah di sekolah menengah saja. Yaitu di bangku esempe dan esema. Sebab di masa ini seseorang telah mampu mengingat suatu kejadian atau kondisi secara detail dan runut.
Mari
sejenak menapak tilas menelusuri kembali bagaimana belajar olahraga ketika itu.
Pasti ada banyak hal yang menyenangkan. Tapi kemungkinan tidak sedikit pula yang
menyebalkan. Masing-masing kenangan (menyenangkan atau menyebalkan) itu
memiliki alasannya tersendiri.
Situasi
yang menyenangkan atau menyebalkan itu biasanya datang dari beberapa faktor. Di
antaranya adalah faktor: diri sendiri (pelaku olahraga itu), teman-teman
(kelompok, kelas atau sepermainan), gurunya, dan perlengkapan olahraga yang
dipunyai.
Pertama, berasal dari diri
sendiri. Yaitu akan menyenangkan bila si pelaku menyukai olahraga. Sebaliknya,
menyebalkan kalau ia tidak suka olahraga. Sebab tidak semua orang menyukai
olahraga. Jadi timbulnya rasa senang atau sebal tergantung suka atau tidaknya
seseorang terhadap olahraga itu.
Ketidaksukaan
terhadap olahraga juga kemungkinan karena pernah mengalami trauma. Trauma
karena mengalami kecelakaan saat berolahraga. Trauma karena perlakuan guru yang
kurang bersahabat. Mungkin juga pelakuan teman-teman yang enggan mengajak
berolahraga karena takmampu.
Kedua, dari teman-teman. Bila
mereka menyokong dalam segala keterbatasan kita maka olahraga itu akan menjadi
kegiatan yang menyenangkan. Sebab kita bisa beraktualisasi dengan baik yang
lama kelamaan menjadi percaya diri. Tetapi jika akibat ketidakbisaan kita
mereka mengejek dan merundung, maka sudah pasti menyebalkan jadinya.
Ketiga, dari guru olahraganya.
Manakala ia dengan kecintaan membimbing menuntun para siswa maka olahraga
menjadi menyenangkan. Sebaliknya akan menyebalkan, jika ia kurang perduli.
Yaitu bila ia hanya membiarkan mereka bermain sendiri tanpa pendampingan dan
arahan yang benar.
Keempat, tidak adanya tempat
dan/atau perlengkapan memadai untuk berolahraga. Tetapi sesungguhnya faktor ini
tidak terlalu berpengaruh dalam menggerakkan orang berolahraga. Sebab ia
hanyalah benda mati, kecuali digerakkan oleh manusia. Maka benarlah ungkapan
lawas ini: The man behind the gun is more
important than the gun itself.
Oleh
karena itu, saya harus mengatakan bahwa menjalani profesi sebagai guru olahraga
itu gampang-gampang susah. Mau dibilang gampang, boleh juga. Tapi tidak
segampang yang dipikir dan dilihat. Lumayanlah! Atau kalau mau dibilang susah,
tidak juga. Karena ternyata banyak yang melakoni profesi itu.
Berikut
adalah 3 komponen yang patut dikuasai seseorang bila ingin menjadi guru olahraga
andal.
Mencintai Mata
Pelajaran yang Diampu
Ini
suatu keniscayaan. Sebab tanpa kecintaan, ia tak akan mampu menyampaikan secara
menarik. Sebaliknya, dengan mencintai mata ajar yang diampunya ia akan
mengeksplor segala dayanya demi membuatnya (mata pelajaran) disukai oleh para
muridnya. Malah dicintai selamanya.
Adalah
wajar bahwa seseorang terbentuk karena pengaruh lingkungan di mana ia berada. Oleh
sebab itu, kemungkinan dia tidak pernah bercita-cita menjadi guru olahraga,
tetapi karena terlanjur berada di lingkungan itu, jadilah ia seorang guru
olahraga.
Dirinya
terbentuk melalui segala kompleksitas keguruan olahraga itu. Yaitu dimulai dari
caranya memandang kehidupan dan cara menjalaninya. Lebih khusus lagi, caranya
berpikir dan bertindak. Termasuk caranya berpakaian dan bersikap.
Kuasai Teknik
Dasar Cabor yang Diajarkan
Mencintai
mata pelajarannya saja tidaklah cukup sebagai modal menjadi seorang guru
olahraga. Masih ada hal-hal lain yang juga penting dikuasai. Yaitu menguasai
teknik dasar setiap cabang olahraga yang diajarkan di lembaga pendidikan
formal. Dari jenjang esde, esempe, dan
esema atau esemka.
Cabang
olahraga apa sajakah yang diajarkan di sekolah? Ada 4 kelompok cabang olahraga
yang biasa dan semestinya diajarkan di sekolah sesuai dengan kurikulum.
Kelompok cabor itu adalah: Atletik, Permainan, Senam, dan Renang.
Oleh
karena itu, mereka yang berkeinginan menjadi guru olahraga kudu kuasai teknik
dasar: Atletik (lari, lompat dan lempar), Permainan (sepakbola, voli, basket,
futsal, dll), Senam (terutama senam lantai) dan Renang (gaya bebas, dada, punggung
dan kupu-kupu). Menurut hemat saya, ini harus dimiliki setiap guru olahraga.
Dengan
penguasaan teknik dasar itu ia akan mampu mengajarkan olahraga dengan baik. Ia
akan dapat memberi instruksi yang benar tentang setiap cabang olahraga yang
diajarkan. Dengan demikian pula anak-anak akan memiliki keterampilan yang benar
sehingga menghindarkan mereka dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Mencintai Anak
Muridnya
Mencintai
anak murid artinya ia harus memperlakukan mereka seperti anak sendiri. Ia tidak
boleh membeda-bedakan satu dengan yang lainnya. Semua mendapatkan pelayanan
yang sama dalam pembelajarannya. Tidak ada yang dianakmaskan atau
dianaktirikan.
Dengan
rasa cintanya itu ia tidak akan membiarkan satu pun dari mereka terabaikan di
setiap pembelajarannya. Ia akan membuat yang kurang terampil menjadi terampil
dan yang sudah bagus menjadi lebih baik lagi.
Dengan
kecintaannya itu ia akan membuat yang terbaik demi belajar mereka. Ia akan
mengkreasikan situasinya agar pembelajarannya tidak kering. Malah ia akan
menciptakan yang tidak ada menjadi ada demi melegakan kehausan belajar mereka.
Karena
itu, siapa pun yang mau, sedang dan sudah menjadi guru olahraga patutlah
menguasai 3 hal seperti yang sudah diuraikan. Agar ada kohesi antara dirinya,
para murid dan materi pelajarannya. Dengan demikian ia akan menjadi pribadi
pesemai bibit kecerdasan yang menyenangkan bagi murid-muridnya.
Tabe!
Tilong-Kupang,
NTT
Minggu, 17 Januari 2021 (22.20 wita)
Comments
Post a Comment