KARYAKU BELUM BERTERIMA (TERUS BERJUANG & ULET)

Karya yang paling banyak kuhasilkan dari hobi yang kutekuni adalah menulis dan memotret. Dari menulis aku telah menyelesaikan beberapa cerpen, esai dan lainnya. Semuanya itu sudah kubundel (jilid) secara manual/sendiri sebagai dokumentasi pribadi. Aku jadikan sebuah buku yang kuberi judul: Kumpulan Hasil Kreasi, Opini & Iseng. Sedangkan dari hobi fotografi kebanyakan aku menghasilkan gambar-gambar alam. Gambar yang kuabadikan dari balik kamer adalah seperti: Kembang, pemandangan, juga manusia dan berbagai aktivitasnya. Sebagian hasil karyaku ini, menulis dan foto, pernah aku kirim ke berbagai media cetak. Tapi hanya beberapa yang mendapat respon. Karya-karya yang kukirim itu ada yang dikembalikan, ada juga yang tidak. Mungkin telah ditongsampahkan. Ya, tak apalah. Itu adalah kedaulatan redaksi yang terhormat. Sekalipun belum berterima, aku tak berhenti memproduksi. Ketika ada ide untuk menulis, aku tulis. Bila ada kesempatan untuk mengambil foto/gambar, aku potret. Itu semua kulakukan untuk melatih memperindah keterampilan yang sudah kumiliki. Lumayan jera aku mengirim ke media masa. Selain ongkos kirim, juga mungkin mutunya belum layak dimuat. Oleh karenanya aku terus berlatih terus berkarya. Suatu ketika aku berkenalan dengan seseorang yang bernama Sigit Kurniawan, S. Pd. Ia memperkenalkan diri sebagai wartawan di beberapa majalah. Kami berkenalan melalui perantaraan teman guruku, Marsono, S. Pd. Ia menjadi reporter di sebuah majalah exklusif, media yang hanya untuk kalangan the have, majalah anak-anak dan satu lagi majalah remaja. Waktu itu ia sedang berkunjung ke sekolah kami (Sekolah Harapan Bangsa), tempatku mengajar. Ia memberi dorongan kepadaku untuk mengirim beberapa tulisan ke majalah-majalah tersebut. Untuk majalah Travel yang exklusif, aku mengirimkan tulisan tentang profil sebuah lapangan golf (Padang Golf Modern). Cerita untuk majalah anak-anak, dan tulisan tentang sekolahku. Dan juga ada beberapa artikel mengenai olahraga dan pengetahuan umum lainnya untuk majalah remaja. Namun sampai sekarang tidak diketahui nasib tulisan-tulisan itu. Aku berkali-kali bertanya ke redaksi, namun jawabannya selalu nanti dan nanati. Aku pasrah. Aku tak memperdulikannya lagi. Aku kubur semua itu dan terus fokus berkarya. Dari pengalaman itu aku menyadari bahwa kualitas tulisanku belum pantas dimediamasakan. Karya yang belum laku di pasaran. Apa boleh buat. Aku masih harus belajar lebih ‘gila’ lagi. Sambil terus berkarya aku meyakini bahwa waktuku belum tiba. Suatu saat kelak, bintangku akan bercahaya. Dan pada waktunya, ketika mutu karyaku telah memenuhi standar umum, harga dan nama (baca: popularitas) akan mengikuti dengan sendirinya. Semoga!

Comments

Popular posts from this blog

POIRHAQIE de KRISSIEN

BELAJAR = PEMAKSAAN PEMBIASAAN DIRI

TIDAK PAKE JUDUL