LAKON 3 BABAK BERSAMA PAK GURU ROBBY
Babak Pertama, Perkenalan
Aku mengenalnya sekitar
tahun 1981. Aku berkenalan dengannya di bawah rindang lambaian nyiur yang
terusik angin laut di halaman belakang sekolah. Ketika itu aku masih duduk di
awal semester satu kelas III SGO (sekolah guru olahraga) Kupang. Atau penyebutan
jaman sekarang adalah kelas dua belas.
Halamannya tidak terlalu
rapi dan tidak rata. Ya, tidak ada unsur penataan yang disengaja di sana. Tapi
tidak kumuh-kumuh amat atau kotor sekali.
Lumayan untuk berleha-leha bercanda dan bersenda gurau. Atau duduk-duduk
menunggu bunyi bel masuk kelas untuk mengikuti pelajaran berikut.
Tumbuhnya pepohonan
kelapa juga tidak tertata. Artinya mereka hidup sesuka-sukanya. Entah dari mana
mereka ada di sana dan bagaimana cara mereka bisa berkoloni seperti itu. Aku
tidak tahu persis. Yang jelas mereka telah tegak kokoh menjulang menantang
matahari ketika aku tercatat sebagai siswa di sekolah pencetak guru olahraga
itu.
Saat itu adalah jam
pelajaran senam. Senam lantai tepatnya. Dan gurunya baru pertama pula mengajar
kami. Dia baru menyelesaikan studinya di perguruan tinggi dan baru akan
membagikan ilmu dan keterampilannya pada kami.
Kami memanggilanya Pak
Robby seperti yang diinginkannya. Itupun setelah kami saling berkenalan. Dia
memperkenalkan namanya lalu berusaha mengenal nama kami lewat buku absensi yang
dibacanya. Ia masih lajang dengan penampilan yang menarik tentunya.
Sebelum berkenalan, kami
telah membentangkan matras di bawah sombar koloni pepohonan kelapa itu. Selain
matras, kami letakkan juga kotak perintang yang harus kami lompati dengan cara
tertentu. Kami berdiri rapi di bawah dedaunan kelapa yang menaungi kami dari
siraman teriknya matahari.
Kotak perintang itu
bernama vaulting horse atau kami
menyebutnya kuda-kuda lompat. Entah benar atau tidak penyebutannya kami
takambil pusing. Sebab begitulah yang kami dengar. Yang penting kami paham
maksudnya dan kegunaannya.
Kotak itu ditempatkan di
depan bentangan matras yang memanjang ke belakang. Ukuran kotak itu kekira:
Panjang 1 meter, tinggi 1 meter, lebar 40 sentimeter. Bagian bawahnya, yang
menenpel di tanah lebih lebar dari bagian atasnya. Dengan begitu tidak akan
mudah roboh walau terbentur oleh pelompat. Sedangkan bagian atasnya dilapisi
spons agar empuk tidak membahayakan.
Nantinya kami akan
berlari dari jarak tertentu untuk melompati kotak itu dengan cara tertentu pula
dan mendarat di matras. Jadi kekira urutannya begini: Kami (barisan siswa), di
depan kami adalah lintasan lari untuk
ancang-ancang. Kemudian kotak dan matras yang membentang terlentang pasrah di
kaki kotak menjulur panjang ke belakang.
Hari ini kami akan
belajar dive roll atau loncat harimau
kata sang guru. Urutan gerakannya adalah berlari, melompat, melayang di udara
dan mendarat dengan cara berguling. Kemudian berdiri dengan gagah karena
keseimbangan sempurna.
Posisi badan saat
melayang adalah tangan lurus ke depan dengan kedua lengan mengapit telinga.
Kaki lurus ke belakang dalam keadaan terkancing rapat. Jadi seluruh keberadaan
tubuh seperti berada pada satu garis linear melayang di atas permukaan tanah.
Tepatnya di atas kotak perintang yang garang menanti di depan matras.
Setelah badan melayang
di atas kotak, selanjutnya mendarat di matras dengan berguling. Cara berguling
yang aman dan yang seharusnya adalah: kedua telapak tangan terlebih dahulu
menyentuh matras. Lalu bagian belakang kepala dan pundak, punggung, pantat dan
akhirnya berdiri di atas kedua kaki sambil meloncat ke atas.
Meloncat setelah
mendarat adalah cara menetralkan keseimbangan badan. Saat melompat, kedua
tangan lurus ke atas dengan mengapit telinga. Kedua kaki tetap rapat terkancing
dan pandangan lurus rata ke depan. Lalu mendarat elegan dengan kedua telapak
kaki dengan lutut yang agak menekuk.
Gampangkah? Tidak,
teman. Karena banyak dari kami yang takmampu melewati kotak itu. Kebanyakan
berhenti di depan kotak atau menabraknya sekalian karena takdapat mengontrol
tenaga dorong. Kotak perintang itu yang membuat nyali kami ciut getir.
Karena banyak yang gagal
mengeksekusinya sang guru memberi contoh. Sebelum memberi contoh Pak guru Robby
menerangkan secara detail bagaimana caranya dengan urut-urutan yang tepat.
Ia mengajarkan kami dari
nol. Yaitu dari tanpa awalan tanpa rintangan. Kemudian tanpa awalan dengan
rintangan rendah setinggi lutut. Terakhir dengan awalan yaitu mengambil
ancang-ancang dengan rintangan rendah hingga semakin tinggi.
Sesudahnya, kami
masing-masing disuruh mempraktikkan apa yang barusan dipelajari dengan
rintangan sempurna. Yaitu 1 kotak penuh setinggi 1 meter itu. Setiap kami
melayang di atas boks dengan ringan dan mendarat elegan.
Dan kami pun terus
keranjingan melakukannya tiada bosan tiada henti. Saking asiknya, kami lupa
bahwa kami harus masuk kelas berikut. Ah, sungguh menyenangkan. Begitulah kami
berkenalan dengan sang guru baru.
Demikianlah babak
perkenalanku dengan Pak Guru Robby. Seorang guru yang sederhana bersahaja dan
senang bersahabat dengan siapa saja. Termasuk kami para muridnya. Dan aku
takrugi membangun pertemanan dengannya. Dia telah menjadi guru dan sahabatku.
Kemesraan kami bersamanya hanya kurang lebih satu tahun.
Sebab kami sudah berada di kelas ujian di penghujung tahun pembelajaran di
sekolah menengah atas. Maka kami pun berpisah setelah lulus. Dan entah kapan
akan bersua kembali. Itu pun bila Tuhan berkenan.
Masing-masing kami
mengambil jalan sesuai kehendaknya sendiri-sendiri. Ada yang melanjutkan
pendidikan ke jenjang berikutnya, perguruan tinggi. Ada pula yang langsung
berkarir mencerdaskan anak bangsa. Tapi tak sedikit pula berkarya di bidang
lain yang tidak linear dengan latar belakang keguruan olahraga yang telah
diperoleh. Takapalah!
Babak Kedua, Bersua
Kembali
Setelah berpisah sekian
lama semenjak kelulusan tahun 1982, kami pun bersua kembali di tahun 2012. Pertemuan
kembali ini tidak lagi sebagai guru-murid, tetapi sebagai rekan kerja. Kala itu
kami berjumpa di PJKR PGRI NTT yang telah bermetamorfosa menjadi UPG 1945 NTT.
PJKR (Pendidikan
Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi) adalah salah satu program studi di FKIP
(Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan). Prodi ini adalah lembaga yang
menyediakan para calon guru olahraga. Mereka akan menyandang gelar Sarjana
Pendidikan Jasmani setelah lulus kelak.
Pak Robby telah lama
mengabdi sebagai dosen di sana. Dan sayalah sebagai pendatang baru. Walaupun
begitu, dia sangat bersahabat. Dan persahabatannya tidak didasarkan pada
kepentingan. Atau apapun namanya. Ia tetap seperti yang dulu aku kenal,
membangun persahabatan dalam ketulusan.
Sebagai orang baru di dunia
kampus, aku harus banyak belajar. Dan salah satu pribadi yang sahabat terdekat
adalah Pak Robby. Aku sering sekali bertanya dan meminta masukan dalam hal
dunia kepengajaran di kampus padanya. Dan dia tidak keberatan. Malah
meminjamkan buku-buku referensinya bila perlu.
Kami pun membangun
kebersamaan sebagai rekan kerja dan juga sebagai sahabat. Tetapi kebersamaan
itu pun hanya berkisar dua tahun. Karena Pak Robby harus berkonsentrasi di
lembaga induknya, PJKR Undana Kupang. Kami pun berpisah lagi untuk yang kedua
kali. Dan, sekali lagi, entah kapan akan bersua kembali.
Babak Ketiga, Bersua di
WA
Belum lama ini kami
bersua dan bersapa di grup WA yang digagas dan dikreasikan oleh Yustina, salah
seorang mantan muridnya di SGO dulu. Grup itu dinamai Alumni SGO Kupang. Ia
menjadi media komunikasi dan bertukar informasi.
Di grup ini, sebagaimana
grup-grup lain pada umumnya, kami saling menyapa dan memotivasi. Ucapan
ungkapan yang membangkitkan gairah hidup. Tapi takjarang pula mengerdilkan
nyali. Itu sebabnya, tidak banyak informasi tentang dirinya, Pak Robby, yang
kami dapat.
Sejak beberapa bulan
terakhir ini semua hanya bisa mengekang diri di rumah akibat covid-19.
Lagi-lagi media sosial adalah sarana andalan mengetahui keberadaan sesama
anggota komuni. Apapun kabarnya cukup disebarberitakan di grup dan semua orang
tahu dalam waktu sekejap.
Kemarin, Minggu tanggal
7 Januari 2021 tersiar kabar mengejutkan di grup. Kabar itu menyatakan Pak
Robby telah berpulang. Ia telah kembali ke rumahnya yang abadi. Ah, kawan,
betapa waktu itu melesat cepat takdapat dihambat.
Selamat jalan, guru
hebat. Selamat jalan, sahabat. Selamat jalan, Pak Robby!
Tilong-Kupang, NTT
Senin, 8 Januari 2021 (12.52 wita)
Comments
Post a Comment