INDUK AYAM YANG SETIA
![]() |
Sumber: tokopedia.com |
Setiap hari aku melihat seekor induk ayam bersama anak-anaknya di halamanku. Induk ayam berwarna hitam dan anak-anak yang berusia kurang lebih satu minggu. Induknya berupaya dan berusaha melindungi dan menjaga anak-anaknya.
Induk
ayam dengan setia melindungi dan menjaga anak-anaknya. Caranya adalah dengan mengais
tanah demi menemukan makanan bagi anak-anaknya. Tiada jenuh ia melakukan hal
itu demi generasi barunya ini sebagai penggantinya kelak.
Dia
mengais-ngais tanah dengan dua tujuan terpuji teruji. Pertama, ia berusaha mencari
dan memberi makanan kepada anak-anaknya. Yang kedua, ia menunjukkan kepada
generasi barunya bagaimana cara mencari makan untuk bertahan hidup.
Dia
akan dan terus mengais kalau nalurinya mengatakan di sana tersedia makanan.
Bila tidak ada lagi yang didapat, ia pindah ke tempat lain. Di tempat yang baru
pun ia lakukan hal yang sama yaitu mengais. Terus mengais tanpa menangis.
Sambil
memberi makan dengan cara mengais, ia beritahukan kepada anak-anaknya cara
mencari makan. Ia memberi contoh hidup bagaimana mengais untuk memperoleh
makanan. Dia beritahukan kepada anak-anaknya bahwa nanti kalau sudah besar dan
mandiri, carilah makan dengan cara yang ibu ajarkan.
Kalau
anak-anaknya sudah kenyang atau dia lelah, dia akan berjongkok berdiam diri.
Lalu dia akan memberi ruang di antara sayapnya agar anak-anaknya bisa
berlindung. Anak-anaknya akan mencari posisi dengan bergerak ke sana ke mari.
Bila
sudah mendapat posisi nyaman mereka akan berdiam di balik kokoh nyaman kedua
sayap ibunya. Mereka hanya menciap sebagai cara mereka menyampaikan
kehendaknya. Menciap adalah cara mereka berkomunikasi. Cara mereka berterima
kasih kepada induknya.
Ketika
anak-anak yang bernaung di bawah sayapnya menciap-ciap dia akan membelai mereka
dengan penuh kasih sayang. Lalu ia akan berkata: “Tenanglah kalian di situ.
Hiduplah berdamai dengan saudara-saudaramu. Jangan ribut. Mama bisa atur
semuanya agar kalian aman.”
Anak-anaknya
pun akan mendengarkan dan mengikuti apa yang dinasihatkan oleh si induk. Mereka
berdiam diri di bawah sayap bundanya dengan nyaman. Walapun ada saja di antara
anak-anak itu yang suka usil mengganggu saudara-saudarnya dengan nakal.
Maka
yang merasa terusik akan meninggalkan tempatnya semula dan bergerak mencara
tempat yang nyaman pula agar bisa menikmati istirahatnya. Itu sebabnya ada yang
sampai lompat keluar sayap induknya dan bertengger di atas badannya.
Dengan
demikian dia seolah mau berkata kepada saudaranya yang lain: “Aku lebih tinggi
dari kalian semua.” Maka yang lain pun akan mengikuti jejaknya dan
berdesak-desakan ke pundak bundanya memamerkan kehebatannya.
Bila
terlalu riuh dan merasa tidak nyaman lagi karena ulah anak-anaknya induknya
berdiri dan berjalan. Ia menegakkan badan lalu membersihkan diri dengan cara menggoyangkan
seluruh tubuhnya lalu minggat. Ia menuju tempat baru yang lebih nyaman dan
memulai proses seperti semula lagi. Ia lakukan itu demi anak-anaknya.
Teman,
bukankah Tuhan setia melindungi kita anak-anak-Nya? Ia tiada jemu dan tiada
hentinya melindungi dan memenuhi sagala kebutuhan yang kita perlukan. Memang
Dia tidak kasat mata seperti induk ayam tapi penyertaan-Nya, ya dan amin.
Oleh
karena perlindungan-Nya kita masih bisa ada sebagaimana kita ada saat ini.
Karena penyertaan-Nya kita mampu melewati hari-hari yang kejam dan tak
bersahabat. Pemeliharaan-Nya itulah yang membuat kita tegar tegak berdiri
menghadapi segala persoalan yang datang menerpa.
Tabe!
Tilong-Kupang, NTT
Minggu, 7 Januari 2021 (19.09 wita)
Comments
Post a Comment