BERMALAM MINGGU DI MEJA HIJAU

Sabtu sore yang malam minggu ini saya janjian bersama beberapa orang teman untuk berkumpul di kampus. Di sana kami akan beradu kekuatan dan strategi di meja hijau. Tapi sayang yang datang berkumpul hanya empat orang yaitu: Mas Edi, Mas Emu, Bro Semi dan saya.

Setelah ada kata sepakat melalui jejaring WA tentang waktu, saya pun berangkat. Saya menyusuri jalan-jalan kampung dari Tilong ke kampus di belakang Polresta Kupang. Dari rumah melewati jalan Oetete yang menurun dan berkelok, jalan Timor Raya, Bimoku, jalan Piet A. Tallo kemudian jalan Frans Seda dan masuk ke areal kampus.

Kami pun sama-sama berada di TKP dan sudah mengelilingi meja hijau tepat jam 15.00 wita. Kami akan berolahraga sebagai salah satu upaya menangkal covid. Aktivitas yang menguras energi tapi menyegarkan dan menguatkan.

Masing-masing datang dengan perlengkapannya sendiri-sendiri. Perlengkapannya adalah satu bet, satu bola, air minum masing-masing dan tentu saja pakaian ganti. Lalu tiap kami menyiapkan diri dengan bersalin (mengganti pakaian yang sesuai) untuk berolahraga.

Sesudah berganti pakaian kami melakukan peregangan. Masing-masing dengan cara dan gayanya sendiri-sendiri. Tidak dilakukan secara bersama-sama karena itu sesuai dengan kebutuhan diri sendiri. Masing-masing individu tahu apa yang diperlukan. Masing-masing mencari tempat sendiri-sendiri dan bergelut dengan dirinya.

Sehabis peregangan baru kami berhadapan di meja hijau. Ini pun masih dalam kategori pemanasan. Yaitu melakukan pukulan-pukulan penyesuaian khas tenis meja. Mulai dari pukulan yang yang sederhana yang ringan sampai pada yang ribet yang keras.

Kami sudah memiliki kesepakatan bahwa di tahap pemanasan ini siapa pun yang melakukan kesalahan dia harus keluar. Tujuannya untuk memungut bolanya yang kabur lalu menunggu giliran berikut lagi baru boleh masuk. Juga untuk melihat dan mengamati bagaimana orang lain memainkan bola supaya tidak sering melakukan kesalahan.

Di saat yang bersamaan tempatnya digantikan dengan orang berikut yang telah menanti di sekeliling meja.  Demikian seterusnya hingga benar-benar kami siap untuk melakukan gerakan-gerakan yang lebih berat dan spesifik. Termasuk bermain alias bertanding. Dengan cara ini, kami belajar bertanggung jawab dan berdisiplin.

Kami bertanggung atas barang masing-masing dalam hal ini bola yang kabur. Bola kabur karena kesalahan yang dibuat sendiri pula. Kemudian belajar mendisiplinkan diri dengan harus mengikuti urutan daftar tunggu hingga gilirannya tiba. Tidak boleh menyela orang lain.

Pemanasan gaya ini kami lakoni selama kurang lebih satu jam. Dan setiap orang harus melakukan yang terbaik dari dirinya agar tidak banyak membuat kesalahan. Sebab bila membuat kesalahan terus-menerus maka dia hanya akan memukul beberapa kali saja dan terpaksa harus meninggalkan meja hijau yang adalah arena bermain. Berolahraga.

Konsekwensi yang lain ketika melakukan kesalahan adalah lelah dan kesal memungut bola sendiri. Dia tidak akan merasakan lelah dan segar karena memukul bola dalam durasi waktu yang lama. Dia tidak akan menikmati sensasi mempermainkan bola di atas meja hijau itu.

Di kala bola itu terus-menerus dipukullontarkan dari sisi ke sisi di hadapan pemain di situlah letak romantismenya bermain tenis meja. Bola itu akan terus memantul dari satu bet ke bet yang lain dengan berseni. Bola akan melayang dan memantul seturut kehendak si pemukul. Ia seolah menari dengan irama tertentu yang sedap dipandang.

Semua pasang mata yang memandang akan mengikuti si kecil bundar yang dibuat terus melayang di atas meja. Bola itu pun bak peragawan peragawati kelas dunia yang melenggak lenggok di atas karpet yang dielukan oleh penonton. Ia terus menebar senyum menyapa mereka yang melihatnya.

Sesudah tahap pemanasan, kami bermain secara serius. Yaitu dengan pertandingan satu lawan satu dan dihitung perolehan angkanya. Perhitungan permainannya sampai lima set atau tiga set kemenangan. Dan siapa pun yang unggul tiga set terlebih dahulu artinya dia pemenangnya.

Orang yang kalah harus meninggalkan meja. Keluar untuk rehat dan menunggu giliran berikutnya. Selain rehat, ia juga akan mengintrospeksi diri dan mengevaluasi permainnannya. Apa yang yang salah yang membuat dirinya ditaklukkan. Ia juga bisa melihat gaya dan cara bermain mereka sedang berlaga.

Sedangkan sang pemenang berhak tetap di sisi meja menanti penantang berikut. Dan mereka akan melakukan hal yang sama hingga memperoleh hasil siapa yang unggul. Begitulah perputarannya hingga semua saling menjajaki kecerdikan, kekuatan dan strategi permainannya.

Sesudah bertanding, kami melakukan penenangan secara individu lagi. Sekali lagi masing-masing melakukan sesuai kekuatan dan kebutuhannya. Kemudian kami akan duduk bersama untuk saling mengoreksi dan memberi masukan demi peningkatan kualitas bermain kami selanjutnya.

Malam minggu pun datang menjelang dan kami harus meninggalkan arena. Arena yang mengasah kekuatan fisik dan mental, memperjeli kecerdikan strategi, dan mempertajam keterampilan. Arena yang membuat kami saling mengikat persahabatan yang sejati.

Dan kami pun telah bersepakat dalam kesepakatan yang bulat kokoh bahwa Sabtu sore adalah waktu yang ideal untuk menyelaraskan semua itu. Yakni demi menciptakan kondisi fisik, mental dan sosial yang laras seimbang. Demi pembentukan kepribadian sebagai sumber kekuatan manusia.

Bagaimana, Anda tertarik? Sekiranya ia, marilah bergabung. Kami menanti kehadiran Anda di kesempatan-kesempatan berikut dan selanjutnya.

Tabe!

 

Tilong-Kupang, NTT

Minggu, 7 Februari 2021 (17.14 wita) 

Comments

Popular posts from this blog

POIRHAQIE de KRISSIEN

BELAJAR = PEMAKSAAN PEMBIASAAN DIRI

TIDAK PAKE JUDUL