LIBUR
Hari libur itu asyik. Ia
ditunggu-tunggu semua orang. Baik yang sekolah, kuliah ataupun yang sudah
bekerja berkantor. Hari libur dan/atau tanggal merah lainnya adalah momen
penting untuk merajut rasa.
Hari libur bagi mereka yang sekolah atau kuliah adalah hari
merdeka. Merdeka dari aktivitas formal sekolah atau kampus yang menguras
pikiran, tenaga, waktu dan dana. Libur menjadi waktu bersantai. Waktu melakukan
apapun yang disukai diminati di luar rutinitas.
Bagi yang sudah bekerja,
libur adalah waktu relaksasi. Ia menjadi hari dan waktu terbaik untuk
mengendurkan ketegangan. Libur bagi mereka yang sudah bekerja adalah saat
berkualitas menikmati kebersamaan dengan keluarga tercinta.
Bagi yang berkantong
tebal mereka akan bepergian ke mana saja. Yang penting bagi mereka adalah
waktunya memungkinkan untuk bepergian. Dan asal saja mereka dapat mengembalikan
memulihkan kepenatan ketegangan selama masa-masa aktif kerja.
Sedangkan bagi mereka
yang memiliki ekonomi pas, libur artinya penghematan pengeluaran. Tidak ada
aliran dana keluar dari kas. Malah mungkin di hari libur itu menjadi waktu yang
tepat untuk menciptakan pendapatan tak terduga.
Intinya libur memberi
peluang atau kesempatan terbaik bagi semua orang. Peluang untuk berbuat apa
saja seturut kehendak sesuai kesanggupan. Ia menjadi sebuah wahana untuk
berekreasi juga berkreasi.
Liburan panjang ketika
aku masih sekolah selalu di bulan Desember sampai Januari. Yaitu ketika aku
duduk di sekolah dasar sampai dengan kelas tiga esempe. Masa sebelum tahun tujuh sembilan. Itu adalah libur
semester dua atau kenaikan kelas, libur natal dan libur tahun baru.
Karena ada tiga kategori
libur maka waktu liburnya cukup lama. Lebih dari satu bulan. Dan libur di bulan
Desember sampai Januari itu bersamaan dengan musim hujan. Musim hujan adalah
musim menanam padi bagi masyarkat di kampungku.
Di musim tanam padi itu
hampir setiap anggota masyarakat di kampungku sibuk. Mereka sibuk mengolah
sawah sendiri atau mengolah sawah milik orang lain. Pokoknya semua sibuk. Tidak
ada yang tidak sibuk. Kalau tidak sibuk berarti malas.
Mereka tidak hanya sibuk
menanam padi saja di bulan-bulan libur itu. Mereka juga sibuk mempersiapkan
diri dan rumah tangganya untuk menyambut hari natal dan tahun baru. Bersiap
menyambut tamu dengan berbagai suguhan yang disiapkan.
Hari natal dan tahun
baru bagi masyarakat di kampungku adalah saat paling ditunggu. Itu adalah waktu
terbaik untuk saling mengunjungi dan berbagi kasih. Itu sebabnya mereka selalu mempersiapkan
banyak hal sehubungan dengan hari bahagia tersebut.
Secara pribadi kalau aku
libur pasti aku pulang kampung. Aku senang sekali ikut menanam padi di sawah.
Aku juga selalu berpartisipasi beres-beres di rumah. Berbenah demi menyiapkan
segala sesuatu menyambut hari natal dan tahun baru.
Pembaca yang terhormat,
ijinkan aku bercerita jujur padamu. Tapi berjanjilah bahwa Anda tidak akan
meniru mengikutinya. Berjanjilah bahwa Anda tidak akan pernah mau mempraktikkan
apa yang kulakukan. Bagaimana, bisa? Baiklah kalau bisa!
Ceritanya terjadi pada
suatu waktu libur panjang yang aku lupa entah tahun berapa. Tapi masa
liburannya masih di bulan Desember hingga Januari. Semasa libur itu aku tidak
hanya libur sekolah. Aku malah libur mandi. Libur sikat gigi. Dan juga libur
ganti pakaian.
Jadi sejak awal libur
aku sudah berlibur hingga masuk libur. Aku baru membersihkan diri dan berganti
pakaian setelah masa libur usai. Liburan yang sangat luar biasa, bukan?
Sungguh luar biasa ngaconya. Tapi itu sudah berlalu puluhan tahun silam. Untungnya aku tidak libur makan dan libur tidur. Karena ngaco, aku ingatkan sekali lagi agar jangan ditiru, ya, pembaca yang budiman! Nenek bilang itu berbahaya!
Comments
Post a Comment