SARAPAN

Selamat pagi pembaca yang budiman. Ijinkan pagi ini aku bercerita tentang upayaku membuat sarapan. Sarapan sebagai persiapan tenaga memasuki hari yang baru. Hari baru dengan segala keangkuhannya.
Pagi ini aku sarapan dengan menu keren ala diriku sendiri. Sarapan yang aku buat sendiri dengan menu suka-suka. Menu yang kuracik sesuka-sukanya. Menu entah berantah. Yang penting ada sarapan penyedia energi.
Ya, aku buat dan menikmati nasi goreng ikan. Keren, bukan? Kalau pembaca mendengar namanya ada kesan mewah di dalamnya. Dan semoga saja dugaan dan  tebakan Anda tidak meleset. Semoga juga menginspirasi Anda.
Aku selalu melakukan rutinitas ritualku setiap bangun pagi. Yaitu berdoa dan membaca Alkitab sebagai sumber segala kehidupanku. Aku melakukan itu kurang lebih satu jam. Barulah menyusul aktivitas lainnya kulakukan untuk hari itu.
Setelah saat teduhku aku bergegas ke dapur. Aku melayangkan pandangku ke seluruh area dan sudut-sudutnya. Dan Mataku berhenti di atas meja makan. Lalu kuteliti seraya memilah milih mana yang masih layak dikonsumsi dan dieksekusi.
Dalam penglihatan itu aku mendapati masih ada nasi. Tidak banyak. Hanya mungkin sepiring atau seporsi saja. Di sana juga masih ada satu ekor ikan goreng yang masih belum terjamah. Dan remahan ikan goreng lainnya di sekeliling ikan yang masih utuh tadi.
Nalar dan naluriku berkolaborasi cepat. Dalam waktu singkat ada kata sepakat. Buat nasi goreng suir ikan tembang. Yaitu nasi goreng yang bertabur baur suiran ikan tembang goreng. Segera aku meramu meraciknya. Semoga nikmat memuaskan!
Ah, kawan! Kau tak akan berhenti menelan ludah selama membaca ceritaku ini. Tapi kuminta jangan tinggalkanku sebelum habis kuceritakan. Biar kuselesaikan dahulu. Nanti sekiranya di akhir certiaku kau tergiur, akan kukirim seporsi untukmu suatu saat. Tapi kalau membuatmu sebal dan mual, jangan sampaikan kepada orang lain. Hendaklah itu menjadi rahasia kita saja. Thanks!
Aku lalu mengarahkan dan mengerahkan segala kemampuanku untuk mengejawantahkannya. Aku siapkan semua peralatan goreng yang kuperlukan. Kemudian aku menyiapkan semua bumbu yang kubutuh.
Pertama, kusiapkan wajan atau penggorengan. Kutuang sedikit minyak dan meletakkannya di atas kompor. Kubiarkan dia bertengger di atas tungku begitu saja tanpa api di bawahnya. Setelah wajan siap aku berpindah ke komponen lainnya.
Aku siapkan bumbu-bumbunya. Ya, supaya berkesan nikmat aku sebutnya bumbu. Padahal yang kumaksud cuma bawang merah, garam dan penyedap rasa. Demikian juga nasi sebagai bahan utama. Sudah kucerai-beraikan dari gumpalan-gumpalan agar gampang diaduk dan diresapi bumbu nantinya.
Aku iris bawang merah beberapa suing. Kutempatkan bertumpuk di wadah. Kemudian garam di sebelahnya. Diikuti penyedap rasa di sebelah garam. Mereka berkongko bersahabat mengelilingi dasar wadah di mana mereka ada. Semua sudah siap.
Aku nyalakan kompor dan biarkan minyaknya panas. Kumasukkan irisan bawang merah dan kuaduk-aduk sampai harum. Lalu kutuang nasi dan kupermainkan soletan dengan cara yang menawan hingga merata.
Sesudah itu kumasukkan sedikit penyedap masakan. Diikuti garam secukupnya. Dan terakhir kutuang kecap manis di sekeliling permukaan nasi yang pasrah di dalam wajan. Aku ratakan semuanya secara simultan.
Ia menampakkan warna aduhai yang mengucak mata sang pelihat. Ia juga mengirim penggugah rasa lewat aroma yang menggeleparkan penciuman orang. Harum khas campuran bumbu nasi goreng itu memenuhi seluruh ruangan. Bahkan ia menembus dinding dan berkeliaran menohok penciuman siapa saja yang ditemuinya.
Salah satu yang terdampak aroma menu sarapanku adalah Catty. Demi ingin merasakan nikmatnya nasi goreng suir ikan tembang goreng, ia datang. Dengan lenggak lenggok bag peragawati. Ia lurus menuju tempatku menyiapkan sarapan.
Dia tidak bicara apa-apa. Tapi dari gerak-gerik dan tatapannya aku tahu bahwa dia mau juga. Kubilang padanya: “Ini punyaku. Kau punya hak untuk meminta. Tapi aku punya hak pula untuk memberi atau pun menolak. Diamlah di situ.”
Catty tak memprotes. Dan tak mampu memprotes karena dia tak bisa berbicara. Dia hanya seekor kucing tetangga yang selalu setia mengunjungiku. Dia terduduk lesu sedih menjilat bersihkan kaki dan bagian tubuh lainnya. Sesekali ia melirik padaku.
Menu nasi goring suir ikan tembang goreng selesai kuolah. Aku pindahkan ke piring yang berwana pink. Warna khas valentine. Biar aku semakin jatuh hati padanya. Juga biar aku semakin lahap saat melahapnya nanti.
Nasi goreng suir ikan tembang goreng karyaku sudah berserah di piring pink. Tapi aku belum menyentuhnya. Kuberi toping dua kuntul cabe hijau di puncak. Dan lima daun kemangi berserak mengitari kaki nasi. Ah, sungguh merona. Ia seolah menggeliat memanggilku untuk menikmatinya. Aku tak merespon.
Kuseduh kopi instan favoritku yang berwarna krem. Kopi yang diolah dari kotoran musang yang terkekang di kandang. Harum kopi dan aroma nasi goreng bersatu bersepakat menyerang indraku. Aku terkapar dalam lapar.
Sekalipun sudah terkapar lapar, aku belum bisa nyarap. Tanaman-tanamanku sudah lebih dahulu melolong memohon padaku mengunjungi mereka. Mereka memerlukan seteguk air penambah kekuatan menantang matahari yang garang.
Mereka kusambangi satu per satu. Sambil memberi mereka air aku beritahu agar sesudahnya jangan mengganggu lagi. Sebab aku mau sarapan. Aku sangat butuh tenaga. Aku pun perlu kekuatan seperti mereka untuk menghadapi kepongahan hidup hari ini.
Aku kembali masuk rumah. Menghadap ke meja makan. Nasi goreng suir ikan tembang goreng sudah melambai-lambai minta dihampiri. Tapi aku tak mau duduk di situ. Di ruang makan yang ada meja makan.
Kuboyong nasi goreng suir ikan tembang goreng beserta kopi ke tempatku biasa menulis. Aku buka laptop sebelum menyantap. Lalu aku mengucap syukur untuk sarapan nasi goreng suir ikan tembang goreng yang lezat. Sedap dipandang. Lezat dilahap.Sungguh nikmat terasa.   
Aku menghabiskan sarapanku. Aku juga menyelesaikan tulisan tentang sarapan ini. Betapa nikmat kurasa hari ini!       
Yolis Y. A. Djami (Tilong-Kupang, NTT)

Kamis, 18 Juni 2020 (11.31 wita)

Comments

Popular posts from this blog

POIRHAQIE de KRISSIEN

BELAJAR = PEMAKSAAN PEMBIASAAN DIRI

TIDAK PAKE JUDUL