MENGARUNGI DUNIA LITERASI DAN BERPROSES MENERBITKAN BUKU
I.
Pengantar
Selamat malam, selamat
bersua kembali. Mudah-mudahan bapak ibu dalam keadaan sehat tentunya. Malam ini
grup sengaja di buka bebas. Tapi tolong DJTIS (disiplin, jujur, tertib, ) terimakasih
Sebagai moderator,
Ibu Fatimah dari Aceh telah membuka acarabelajar menulis daring ini.
Pembelajaran malam ini dimulai pukul 19.00-21.00 wib. Ibu Sri Sugiastuti atau
yang karib disapa BU Kanjeng akan berbagi cerita. Cerita tentang bagaimana beliau
berproses menjadi penulis buku yang laris manis. Selamat mengikuti!
Namun agar makin
akrab, mari berkenalan dengan beliau melalui uraian dirinya berikut ini.
II.
Profil
Penulis
Terlahir dengan nama
Sri Sugiastuti, 8 April 1961. Merasa terlambat belajar menulis. Ia
menghabiskan masa kecilnya di Jakarta sejak usia 1 tahun hingga lulus SMA tahun
1980. Kuliah di UNS setelah lulus mengajar di Jakarta hingga ahun 1990. Cinta
dan tanggungjawabnya pada keluarga membawanya hijrah ke Solo sejak tahun
1990 hingga saat ini.
Karir menulisnya
dimulai ketika usianya jelang setengah abad. Di mana ia kuliah S2 jurusan
Pengkajian Bahasa Inggris yang linier dengan jurusan yang diambilnya di S1 UNS.
Tahun 2010 jadi tahun keberuntungannya ketika 2 bukunya bisa terbit. Buku “SPM
Ujian Nasional Bahasa Inggris untuk SMK” Penerbit Erlangga, dan buku antologi “Diary
Ketika Buah Hati Sakit.” Naskahnya sebagai pemenang ke 3. Buku kroyokan
lainnya bersama Kompasianer tahun 2014 “25 Kompasianers Merawat Indonesia”
dalam rangka hari Kartini. Satu lagi berjudul “Indonesia Satu“ penerbitnya
Indie Peniti Media. Beberapa buku antologi Muara Kasih Ibu, Move on, Go to
2020, dan Move on.
Tahun 2013 terbit 3
bukunya. 1 buku Parenting berjudul “Seni Mendidik Anak Sesuai Tuntunan Islami” Penerbit
Mitra Widyawacana Jakarta. Novel Hidayah “Kugelar Sajadah Cinta” Penerbit Indie
Bentang Pustaka Sidoarjo dan “Deburan Ombak Waktu” Penerbit Indie Goresan
Pena Cirebon. Tahun 2015 Buku “SPM Ujian Nasional Bahasa Inggris untuk
SMK edisi baru, Penerbit Erlangga. Tahun 2016 buku “The Stories Cakes For
Beloved Moms” Penerbit Indie Oksana dan tahun 2017 buku “The Stories of wonder
Women” Penerbit Mediaguru. Tipuan Asmara (Novel), Wow Engish is So Easy Kids,
Perempuan Terbungkas, (Novel) Catatan Religi Bu Kanjeng(Motivasi), Merawat
Harapan (Parenting), The Power of Mother’s Prayer (Parenting) Masuk Surga
Karena Anak (Parenting).
Kesehariannya ia
mengajar, pegiat Literasi, pengurus TPQ di masjid Al Fath, Blogger, Komunitas
berbagai kepenulisan baik online maupun
offline, salah satunya aktif di blog
Gurusiana dan Komunitas sejuta guru ngeblog. Pegiat Literasi Nusantara dan
Duta Bunda Baca Soloraya.
Penulis memiliki 4
orang anak dan suami siaga yang selalu mendukung segala kiprah istrinya yang
positif. Penulis bisa dihubungi di astutianamudjono@gmail.com.,
www.srisugiastutipln.com., Akun FB Astutiana. M., @Astutiana. M. IG.
Astutianamudjono. Atau WA 089692593804.
III.
Materi
Pembelajaran
Kali ini saya akan
menceritakan bagaimana saya berproses menerbtikan buku. Menjadi seorang penulis
ketika sudah berusia setengah abad. Tapi seperti kata orang: “Better late than never.” Saya terus
belajar bagaimana bisa menulis. Terus meningkatkan keterampilan malah akhirnya
ketagihan menulis buku.
Tahun 2007 saya
kuliah s2. Saya mulai berkenalan dengan internet, medsos dan banyak mengunjungi keperpustakaan dan toko buku. Saya
menemukan sebuah buku karangan Kang Ewa yang berjudul: “Menulis itu Gampang.”
Dari buku itu saya termotivasi untuk harus bisa dan harus terus menulis.
Ketika mengikuti MGMP
Bahasa Inggris di tahun 2009 saya diajak untuk menulis buku ajar. Buku ajar ini
ditawarkan untuk diterbitkan oleh Penerbit Erlangga. Proses penulisannya
sekitar enam bulan. Terbit di bulan Oktober 2010. Kami bertiga yang menyusunnya.
Dari buku ini ada
keuntungan dan kepuasan. Karena dipakai anak SMK secara nasional. Selain itu,
setiap semesternya saya mendapat royalty yang terus masuk buku rekening saya.
Buku ini laris manis.
Ada edisi revisi di tahun 2015. Buku ini merupakan buku yang harus dibeli oleh
sekolah-sekolah di Indonesia. Ini merupakan buku untuk pengadaan materi
pembelajaran secara nasional. Ia
digunakan secara nasional.
Karena skupnya
nasional maka omsetnya luar biasa. Sebagai imbasnya kami sebagai penulis juga
menikmati keuntungan yang mencengangkan. Saya menggunakan uang itu untuk
belajar dan belajar lagi.
Itu adalah pengalaman
saya menerbitkan buku di penerbit mayor. Tidak gampang menembus penerbit mayor.
Mungkin ini karunia yang Tuhan berikan kepada saya. Dan saya mensyukurinya.
Tahun 2010 saya
selesai menulis sebuah buku. Tapi saya tidak menggunakan nama asli. Saya
menggunakan nama pena Astutiana Mudjono. Nama ini terinspirasi ketika saya
menjadi blogger di kompasiana. Saya menulis apa saja yang terbersit di hati. Akhirnya
saya menghasilkan sebuah buku setebal empat ratus delapan belas halaman.
Buku ini berkisah
tentang ibu saya masih remaja. Bagaimana beliau bertemu dengan ayah saya. Juga
tentang saya hingga berusia lima puluh tahun. Sehingga lumayan tebal buku tersebut.
Saya ikut menulis
buku antologi. Saya diajak oleh beberapa komunitas. Kompasiana, Ema blogger
dengan berbagai thema. Dengan menulis antologi kita bisa mengenal gaya
penulisan banyak orang. Yang pada akhirnya kita bisa menemukan dan memiliki
ciri atau gaya menulis sendiri.
Dalam proses belajar
menulis dan menerbitkan buku itu lumayan berliku. Saya menulis buku parenting
dengan judul: “Seni Mendidik Anak Secara Islami.” Buku ini diterbitkan secara
semi mayor. Yaitu tidak membayar. Tetapi saya diberi seratus buah buku untuk
dijual.
Saya termasuk orang
yang sangat getol belajar. Rasa ingin tahu saya cukup besar. Saya belajar
membuat blog juga membuat web dan lain-lain. Dan saya harus membayar jasa
mereka yang mengajari saya. Tidak seperti sekarang yang dapat belajar secara
gratis.
Dengan saya bergabung
di berbagai wadah kepenulisan saya semakin tertarik untuk terus menulis. Saya
mengikuti banyak kegiatan yang berhubungan dengan menulis. Selain
bersilaturahmi, saya juga bertemu dengan banyak penulis yang hebat-hebat
sehingga saya terus terpacu untuk menghasilkan karya tulis.
Saya sering diajak
untuk berbagi dalam acara bedah buku. Ada buku saya yang dicetak penerbit indie
tetapi dicetak lebih dari seribu eksemplar. Judulnya: “The Stories of Wonder
Women.” Berkisah tentang kehidupan nyata perempuan-perempuan tangguh. Ini
adalah buku faksi. Fakta yang fiksi. Buku ini ditulis selama delapan bulan.
Melalui buku ini saya berusaha memotivasi perempuan lain untuk tidak berputus
asa saat menghadapi segala macam cobaan apapun
Ada dua buku saya
yang masuk nominasi gerakan guru menulis buku. Itu adalah novel yang
mengisahkan seorang perempuan dengan latar belakang hidup yang pelik. Dia harus
berjuang hingga menjadi seorang pribadi yang sukses.
Yang kedua adalah buku
parenting tentang bagaimana merawat anak dari usia dini hingga dewasa dan
menjadi pribadi yang tangguh. Anak yang bermental juara. Sekalipun tidak menang
di ajang itu tapi paling tidak ada jejak bahwa saya pernah masuk dalam ajang
yang berskala nasional. Buku inipun menjadi jejak pemikiran saya yang bisa
menjadi pembelajaran bagi orang lain.
Ada buku yang saya
dedikasikan untuk siapapun yang ingin belajar bahasa Inggris. Berguna untuk
anak SD, pemerhati pendidikan atau guru les. Buku itu setebal empat ratus dua
puluh delapan halaman. Dari buku ini bisa diperluas materinya.
Ada buku saya yang
terinspirasi dari orang-orang yang melakukan kejahatan di medsos. Saya menulis
sebuah novel dengan judul: “Tipuan Asmara.” Ia mengingatkan para pembaca agar
pengguna medsos tidak tertipu rayuan palsu.
Kegiatan saya saat
ini selain mengikuti kelompok belajar Omjay, saya juga mengikuti banyak
komunitas. Sahabat Pena Kita, Pegiat Literasi Nusantara, Asosiasi Guru Menulis,
Ibu-ibu Doyan Menulis. Kurang lebih ada dua puluh lima grup menulis. Dari
komunitas-komunitas ini hampir setiap dua bulan saya menghasilkan satu buku
antologi.
Dalam waktu dekat ini
akan terbit di sekitar bulan Juli nanti. Tokoh utamanya adalah Bu Kanjeng. Ini
berkisah tentang bagaimana sang tokoh melihat hal-hal positif seputar corona.
Buku ini berasal dari tulisan-tulisan saya di blog.
IV.
Tanya
Jawab
Pertanyaan 1 dari Lilis
Erna Yulianti, SMPN 1 Kertajati Majalengka gelombang 12: “Sangat menarik sekali pengalaman ibu berproses menjadi seorang penulis
di saat usia makin jelita (jelang 50 tahun maksudnya). Saya ingin bertanya
kesulitan terbesar ibu selama menulis itu apa?”
Awalnya
ada di waktu yang juga kadang tidak konsisten. Semua itu bisa dilawan saat kita
mengubah mindset kita. Jadikan
menulis sebagai kebutuhan bukan kewajiban.
Pertanyaa 2: “Ibu Sri yang hebat, saya tergugah mendengar
pemaparan ibu. Perjalanan ibu dari awal menulis sampai menjadi penulis handal.
Seperti yang ibu katakan tadi ada buku fiksi, fakta, antologi. Maaf bu saya belum
paham sekali. Mohon penjelasan ibu tentang fiksi, antologi.”
Fakta
bisa berupa true story. Kisah nyata. Fiksi
bukan fakta tetapi hasil karangan. Antologi itu kumpulan beberapa tulisan dengan
satu tema yang ditulis keroyokan.
Pertanyaan 3 dari Ibu
Aning S., Pati gelombang 12: “Salut, Bu
Sri luar biasa. 1. Kemampuan seseorang pasti berbeda ada yang memiliki
kemampuan membuat buku ajar, buku fiksi, atau nonfiksi. Namun jika seseorang
itu hanya mampu membuat pantun atau puisi, bagaimana caranya agar buku itu bisa
dilirik pembaca dan akhirnya mau menikmati alias mau membeli? 2. Bagaimana
caranya agar bisa berkonsentrasi untuk menulis?”
1.
Jangan khawatir pantun atau puisi bisa jadi satu buku asal mencapai 60 halaman.
Ia masuk dalam buku karya inovatif. 2. Ubah mindset
bergaul dengan pegiat literasi. Ikuti
saran omjay menulislah tiap hari. Untuk waktunya ibu yang lebih paham kapan
waktu yang nyaman untuk menulis.
Pertanyaan 4 dari Sangidah,
Wonosobo Jateng: “1. Apa yang harus
dilakukan pertama kali ingin menulis buku? 2. Butuh berapa lama ibu menulis
buku yang pertama sampai diterbitkan? 3.
Apakah ada trik-trik jitu supaya ide yang kita tuangkan bisa diterima oleh
masyarakat umum?”
Pertama
punya ide. Lalu buat outline-nya, apa
saja yang mau ditulis biar terpola tidak ngelantur ke mana-mana. 2. Tergantung
jenis buku. Kalau buku non fiksi lebih cepat karena ada referensi dan kadang
ada DL. Harus cepat. Kalau fiksi juga tergantung bisa cepat bisa lama. Yang
penting punya komitmen dari hati dan punya target kapan selesai. 3. Tentukan
dulu apa yang mau ditulis dan tulislah apa yang disukai dan kuasai.
Pertanyaan 5 dari Siti
Nurlatifah, Subang gelombang 12: “Tadi
dikatakan bahwa ibu pernah nulis di blog kompasiana. Maaf yang saya tanyakan,
bagaimanakah cara memvalidasi akun blog kita di kompasina? Soalnya saya pernah
nulis 3 kali di kompasiana. Walau bisa terpublikasikan, tapi keteranganya
"segera validasi akun anda." Ketika saya mencoba memvalidasi dengan
mengunggah KTP, ternyata gagal terus. Mohon bantuan penjelasannya cara
memvalidasi akun blog kita di kompasiana.”
Maaf
saya aktif di kompasiana zaman kejayaam 2009-2015. Setelah itu saya aktif di
Guraru. Kemarin di kompasiana ada istilah terverifikasi dengan kirim foto KTP, tapi
kalau istilah valid mungkin omjay bisa terangkan.
Pertanyaan 6 dari Donieks
Smaradhana, Palangka Raya gelombang 7: “Ibu
mengawali dengan membuat buku pelajaran dengan waktu bisa diterbitkan 6 bulan.
Saya ingin membuat buku pelajaran seperti ibu. Pengalaman ibu membuat buku
pelajaran itu bagaimana caranya agar bisa diterbitkan? Apa saja yang perlu
diperhatikan agar diterima oleh penerbit dengan persyaratan apa saja? Khususnya
buku pelajaran.”
Bagaimana
syaratnya supaya menarik? Yang jelas bahasa harus baku, dan penyampaiannya
runtut, bahasanya mudah dipahami. Biasanya
ada tim penilai sebelum disetujui untuk
diterbitkan. Kita mengikuti arahan yang diminta editor. Karena editor
memegang peran penting untuk mengeksekusi tulisan kita.
V.
Kesimpulan
Bapak ibu hebat yang
sudah berbagi malam ini. Izinkan saya menyimpulkan apa yang sudah saya sampaikan.
Menulis itu
keterampilan, bukan bakat. Jadi latihlah, tulislah berbagai ide yang berserak
di sekitar bapak ibu. Jadikan menulis
dan membaca sebagai gaya hidup.
Tentu saja membaca yang
selektif dengan kacamata yang utuh. Istikamahlah dalam menulis. Biarkan tulisan
itu menemui takdirnya.
Jangan risaukan. Tetaplah
menulis dan belajar meningkatakan kompetensi diri agar naik kelas. Oh, ya, satu
lagi. Menulislah apa yang disukai dan kuasai. Saya rasa cukup.
Yolis
Y. A. Djami (Tilong-Kupang, NTT)
Sabtu, 6 Juni 2020 (10.11 wita)
Comments
Post a Comment