GADD
Di tahun sembilan puluhan
layar kaca Indonesia sempat diramaikan dengan sebuah film yang berjudul AADC.
Ada Apa Dengan Cinta? Film ini mengupas mengulik dunia remaja dan segala kompleksitasnya.
Saya memberi judul tulisan ini dengan GADD terinspirasi dari judul film
tersebut.
Kali ini, hari ini
KBMDLWA dicerahkan oleh GADD. Ya, di tanggal 10 Juni 2020 mulai jam 19.00 hingga
21.00 wib kelompok belajar menulis daring lewat WA diisi oleh seorang praktisi
pendidikan dan pegiat literasi Guru Agung Dompet Dhuafa.
Beliau akan
membawakan materi dengan judul: Berbagi Pengalaman Menerbitkan Buku. GADD akan
dibantu oleh Ibu Fatimah dari Aceh sebagai moderator. Ibu Fat akan
mengendalikan jalannya pemaparan dan
diskusi.
Silakan mengikuti
jalan pikiran GADD dengan membaca materinya berikut ini. Namun agar akrab,
baiklah Anda menengok profil beliau. Anda akan terkagum dengan decak yang tak
habis-habinya karena begitu banyak hal yang beliau kuasai dan hasilkan.
II.
Profil
Guru Agung
Kecintaannya terhadap
kisah-kisah kepahlawan mengantarkannya menjadi guru sejarah dan IPS sejak tahun
2001. Saat pertama kali mengajar, guru yang bernama asli Agung Pardini ini kala
itu masih menempuh S1 Pendidikan Sejarah dengan tambahan program minor Antropologi
di Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Dalam waktu delapan tahun (2001-2008), setidaknya pernah mendapat kesempatan
mengajar pada belasan institusi yang berbeda, mulai dari sekolah formal (SMP
dan SMA), Bimbingan Belajar, Program Pengayaan Ujian, hingga Pembelajaran Paket
Non-Formal atau PKBM.
Sejak tahun 2008
hingga sekarang ini, Guru Agung aktif di lembaga kemanusiaan Dompet Dhuafa
untuk menjalankan amanah pengelolaan dana zakat, infaq, dan shodaqoh agar
disalurkan menjadi program-program pemberdayaan di bidang pendidikan bagi
kemajuan ummat. Mula-mula ia bertugas sebagai trainer pendidikan untuk melatih
ribuan guru yang mengabdi di sekolah-sekolah marjinal di berbagai wilayah Indonesia.
Selain melatih para
guru, bersama rekan-rekan satu timnya di Dompet Dhuafa, Guru Agung diberi
beragam amanah untuk merancang dan mengelola program-program inovatif di bidang
pendidikan yang berhasil menjangkau hingga 34 provinsi.
Program-program
tersebut antara lain:
1. Pendampingan Sekolah dan Pengembangan
Guru di Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi (Donatur: JICA), 2008-2010.
2.
Pendampingan Sekolah Berdaya di
Sumatera Barat Pasca Gempa Bumi besar, 2010-2012.
3.
Pelatihan Guru Cerdas Literasi
(Donatur: Hypermart), 2010.
4.
Pelatihan Guru Cerdas Literasi (Donatur:
Majelis Taklim Telkomsel), 2009.
5.
Pengembangan Sekolah Cerdas Literasi
(Donatur: Trakindo), 2010-2013.
6.
Pendampingan SMK Unggulan Bidang Alat
Berat (Donatur: Trakindo), 2013.
7.
Pendampingan Sekolah-Sekolah di
Perbatasan Indonesia: 2012-2013.
8.
Pengiriman Guru-Guru SGI (Sekolah Guru
Indonesia) ke berbagai wilayah pelosok atau 3T, 2014-2015.
9.
Membentuk School of Master Teacher di
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan NTB, 2014-2020.
10. Mengembangkan
alat ukur performa Sekolah yang disebut MPC, 2012-2013.
11. Mengadakan
diklat kepala sekolah: Milenial Leader, 2019.
12. Membangun
kerjasama penyelenggaraan kelas Magister Manajemen Pendidikan Islam bersama UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016-2018.
13. Mengembangkan
model Sepuluh Kepemimpian Guru Indonesia dan Gerakan Transformasi Kelas Ajar,
2018-2020 hingga 30 provinsi. Sampai saat ini masih bekerja.
Nama Lengkap: Agung Pardini
Nama
Panggilan: Guru Agung
Tempat,
Tanggal Lahir: 28 Jumaddil Awwal 1401 H.
Agama: Islam
Status:
Menikah, 1 istri, 0 anak
Alamat
Rumah: Kandang Roda RT 03/04, No. 82 Kel. Nanggewer Kec. Cibinong Kab. Bogor
Jabar 16912.
E-mail :
guruagungpardini@gmail.com.
FB:
Guru Agung
Twitter:
@GuruAgungPD
Instagram:
GuruAgung
Riwayat
Karier
2001
– 2008: Pengajar di banyak lembaga
pendidikan non-formal
2006
– 2007: Korektor Buku Mata Pelajaran (Asisten Editor) di ESIS / Erlangga
2008
– 2012: Trainer dan Konsultan Pendidikan di MAKMAL PENDIDIKAN LPI-DD
2012
– 2014: Manajer Pengembangan Kualitas Pendidikan MAKMAL PENDIDIKAN
2010
– skrg: Pengasuh PAUD Nusa Indah
Cibinong
2014
– 2016: Direktur Sekolah Guru Indonesia
2016
– skrg: Master Teacher Sekolah Guru Indonesia
2017
– 2018: GM Sekolah SMART Ekselensia Indoensia Dompet Dhuafa
2019
– skrg: GM Sekolah Kepemimpinan Bangsa yang mengelola Bestudi ETOS.ID dan
Beasiswa Aktivis Nusantara (BAKTI NUSA)
Menulis
Artikel
1.
Sekolah Berbasis Masyarakat Jurnal
Bogor, 17 Oktober 2009 Opini.
2.
Mengajar Siswa Gemar Membaca Radar Bogor, 8 Maret 2010 Opini.
3.
Pendidikan dalam Alienasi Birokrasi Koran
Tempo, 16 Mei 2013 Opini – Advertorial.
4.
Transformasi Kelas Ajar, Opini
Republika, Januari 2020.
Menulis
Buku
1.
Menabung Gula untuk Pendidikan (Saving
Palm Sugars for The Education) MM – JICA, 2010 Bersama
tim Masyarakat Mandiri.
2.
Penyulut Jiwa di Kampung Hatta Makmal DD, 2012 Bersama Surya
Hanafi, dkk.
3.
Bangunlah Jiwanya, Bangunlah Raganya Makmal
DD, 2012 Bersama Purwo Udiutomo.
4.
Sekolah Ramah Hijau Makmal DD, 2013 Bersama Zayd Sayfullah, dkk.
5.
Besar Janji daripada Bukti Makmal DD, 2013 Bersama tim.
6.
Bagaimana ini Bagaimana itu Makmal DD,
2014 Bersama tim Makmal.
III.
Materi
Pembelajaran
Malam ini kita akan di
temani oleh Master Teacher Sekolah Guru Indonesia yaitu Bapak Agung Pardini. Baik
bapak ibu kuliah online malam ini
kita mulai. Kepada Pak Agung kami persilakan dengan segala hormat.
Salam kenal saya
Agung Pardini, biasa disapa Guru Agung. Terima kasih Om Guru Jay dan Ibu Guru
Fatimah atas undangannya.
Sebagaimana tercantum
dalam CV, saat ini saya bekerja di Dompet Dhuafa. Salah satu program Dompet
Dhuafa yang sejak 2009 kami kerjakan adalah SGI (Sekolah Guru Indonesia). Berikut
ini adalah web-nya: www.sekolahguruindonesia.net.
Izinkan pada malam
hari ini saya sedikit memberi perspektif berbeda dalam urusan penulisan dan
penerbitan buku di bidang pendidikan dan keguruan.
Berdasarkan
pengalaman saya bekerja di lembaga kemanusiaan Dompet Dhuafa. Kita terbiasa
untuk mengajak para guru yang mengabdi di daerah-daerah pelosok untuk menulis
dan berkarya.
Di tengah
keterbatasan kondisi geografis dan budaya, aktivitas menulis dan berkarya ini
memiliki tantangan sendiri buat para guru-guru di sana.
Terdapat beberapa
kendala:
1. Gaya bahasa, ada beberapa istilah
Bahasa Indonesia yang dimaknai secara berbeda di daerah.
2.
Penggunaan komputer, banyak yang belum
mengenal MS Office.
3.
Listrik, di beberapa wilayah hanya
menyala di malam hari.
4.
Ejaan yang (belum) disempurnakan.
Nah bagaimana cara kita mengatasi kendala ini? Salah satunya adalah dengan model pendampingan intensif. Secara sabar para konsultan dan guru-guru relawan akan melakukan pendampingan dan bimbingan selama kurang lebih setahun. Tentu ini bukan tugas yang mudah. Butuh kesabaran dari para relawan.
Dompet Dhuafa sendiri
dibangun oleh para jurnalis senior Republika di era-era awal. Sehingga setiap
program yang kami kerjakan buat pemberdayaan guru di daerah harus memiliki
produk buku atau tulisan.
Ada beberapa ragam
jenis kegiatan menulis dan berkarya yang biasa kita berikan kepada guru-guru di
pelosok. Output-nya tidak harus buku,
ada yang berbentuk PTK, jurnal, media pembelajaran, puisi, dan lain sebagainya.
Ada buku kumpulan
tulisan dari para guru terkait dengan inovasi pembelajaran yang telah mereka
hasilkan, baik dalam bentuk inovasi metode ataupun media. Ini murni diangkat
dari pengalaman-pengalaman mereka.
Terkait dengan
percetakan, alhamdulillah semua
dibiayai oleh donasi zakat yang dikelola oleh Dompet Dhuafa. Buku-buku ini
tidak diperjualbelikan. Namun akan dibagikan secara gratis buat guru-guru di
daerah lain yang membutuhkan. Ahamdulillah
buku-buku ini dapat memberi manfaat dan masukan bagi inovasi pembelajaran di
daerah lain.
Kami punya genre
buku-buku yang lain. Sifatnya adalah kisah-kisah inspiratif dari para pejuang
muda pendidikan yang mengabdi sebagai guru-guru di daerah pelosok.
Dua buku bercerita
banyak tentang pengalaman para guru-guru muda yang mengajar hingga ke pelosok
negeri. Ada yang di kepulauan. Ada yang di hutan dan pegunungan. Dan ada yang
di pelosok kampung.
Pernah ada guru muda
kami yang meninggal dalam tugas di penempatan. Dan saat sebelum meninggal,
beliau sempat menulis dalam sebuah buku yang telah kami publikasi. Akhirnya
nama beliau kami abadikan menjadi nama sebuah penghargaan bagi guru-guru
terbaik SGI. Jamilah Sampara Award.
Hampir semua buku
yang kami terbitkan adalah antologi, nulis bareng-bareng. Bagaimana cara
mengajarkan guru-guru kami menulis?
Kami punya cara yang
unik. Yakni dengan menulis "Jurnal Perjalanan Guru." Jurnal ini wajib
dikerjakan oleh setiap guru yang sedang mengikuti proses pembinaan di kampus
SGI.
Setiap malam mereka
harus menulis pengalaman mereka selama di siang hari. Modelnya bisa
macam-macam. Ada yang curhat, sampai ada yang membahas suatu teori kependidikan
dan kepemimpinan.
Setelah pagi tiba,
sebelum beraktivitas dalam pembinaan, semua jurnal tadi dikumpulkan untuk
diapresiasi dan ditanggapi. Jadi ini bisa jadi semacam refleksi dan evaluasi. Ini
mirip sekali dengan kebiasaan menulisnya Om Guru Wijaya Kusuma, yang senang
menulis cerita harian di group ini. Saluuut!
Melalui jurnal ini,
kita pun para pengelola dan dosen jadi tahu tentang perasaan dan pikiran yang
tengah bergejolak di hati mereka. Jika ada perasaan hati yang negatif, kita
bisa langsung coaching atau
konseling. Ada yang rindu keluarga. Ada yang sakit hati. Macam-macam ceritanya.
Kebiasaan menulis
jurnal harian ini, guru jadi terlatih buat menulis. Namun ini tentu tidaklah
cukup, harus ada upaya lain, yakni banyak-banyak membaca. Kalau gak banyak
baca, ya gak bakal banyak menulis.
Ini melatih kepekaan
literasi mereka. Makanya kita ada bedah buku rutin. Ada yang harian, ada yang
pekanan. Dalam proses pembinaan guru di SGI, setiap pagi kita ada apel. Yang
bertugas sebagai pembina apel (bergantian), dialah yang akan memberi kajian
bedah buku.
Gak harus yang
berat-berat, novel pun bisa. Selain bedah buku, untuk memantau kemajuan bacaan
para guru, setelah apel biasanya ada aktivitas "Semangat Pagi." Yakni
memberi motivasi secara bergantian, dengan menggunakan kata-kata yang dinukil
dari para tokoh.
Ini efektif juga buat
meningkatkan kepekaan literasi buat para guru. Kami sangat percaya bahwa
menulis buat para guru adalah lompatan dan percepatan peningkatan kapasitas,
kompetensi, dan rasa percaya diri.
Saya kembalikan ke
Ibu Guru Fatimah. Mungkin bila ada pertanyaan atau saran.
Baik, saya akan
tambahkan tentang beberapa contoh buku lain yang pernah diterbitkan. Buku yang
ditulis saya bersama Tim Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa. Buku ini merupakan
kumpulan tulisan tentang cara-cara pengelolaan sekolah secara efektif dan efisien.
Kebetulan saya juga konsultan sekolah di Dompet Dhuafa.
Rencana awalnya ini
mau kita susun menjadi semacam kamus atau ensiklopedi pengelolaan sekolah.
IV.
Tanya
Jawab
Pertanyaan 1 dari Jeferson
Siahaan, Bandung Jawa Barat gelombang 12: “Apakah
boleh tau mengenai company profile SGI?”
Web
kami yang sudah di-share di awal. Kita
punya beberapa program, salah satunya adalah School of Master Teachers atau SMT. Saat ini tengah diselenggarakan
di NTB, Sulsel, Sulbar, dan Sulteng. Lama programnya adalah 3 hingga 4 bulan. Tugas
akhirnya adalah membuat PTK.
Pertanyaan 2 dari Mukminin,
Lamongan: “Yang ingin saya tanyakan,
ketika banyak membaca banyak menulis. Bagaimana untuk penyediaan buku-buku
referensi guru-guru yang bertugas di daerah terpencil yang tidak ada listrik,
internet kemungkinan sulit. Langkah-langkah apa yang bapak lakukukan (dompet
dhuafa) supaya guru tetap berkarya/menulis dengan ketersediaan buku-buku tersebut?”
Alhamdulillah
setiap tahun kita mendapatkan donasi buku. Walau jumlahnya terbatas. Kami salurkan
ke beberapa daerah pelosok. Kalau boleh jujur, sebetulnya dari zaman dahulu
pemerintah kita sudah sangat peduli untuk pengiriman buku-buku ke
sekolah-sekolah marjinal. Namun saying, masih banyak guru yang belum
termotivasi untuk membacanya. Salah satu kebiasaan saya kalau datang ke sekolah
di pelosok adalah membongkar-bongkar lemari sekolah. Banyak buku masih
terplastik rapi di dalam dus-dus.
Pertanyaan 3 dari Siti
Nurbaya Az, SE., Karimun, Kepri gelombang 12: “Pak, daerah 3 T di Karimun bisa tidak dapat bantuan dompet dhuafa?”
Semoga
kita bisa ke sana. Untuk Kepri, program kita baru sampai Pangkal Pinang. Ini
masih Kota ya. Pernah juga ada program lain di Riau, tepatnya di kepulauan
Meranti. Membuat sekolah buat anak-anak Suku Akit.
Pertanyaan 4 dari Noralia,
gelombang 8: “Untuk mendapatkan buku-buku
koleksi dompet dhuafa, caranya bagaimana?”
Saat
ini buku-buku kita sudah tersedia online.
Jadi lebih mudah diakses. Berikut linknya. EduAction
e-Book Dompet Dhuafa Pendidikan 2020. Halo Sahabat Pendidikan, yuk tambah
pengetahuan dengan mengunduh materi-materi terbaru dari para pegiat pendidikan
Indonesia. Ada pembahasan menarik tentang kepemimpinan, parenting, sampai
bagaimana langkah kita menghadapi Covid-19. Ini ditulis oleh Ust. Harry
Santosa, Sri Nurhidayah, Ivan Ahda, Asep Sapa'at, dan Guru Agung Pardini.
Selain itu, Sahabat Pendidikan juga akan mendapatkan bonus Guide Book Ramadan Sekolah Guru Indonesia. Silakan unduh dan donasi
di: http://etahfizh.org/ebook.
Kami juga mengajak Sahabat Pendidikan berbagi kebahagiaan dengan siswa yatim
dan marjinal dengan berdonasi baju lebaran untuk mereka melalui tautan http://etahfizh.org/campaigns/baju-lebaran/.
EduAction #AkuKamuAksi Bersama Membangun Pendidikan Indonesia. #eBook#ebooks
#Eduaction #Pendidikan #DDPendidikan #P10DDPR. Ini contoh buku-buku yang kita
release waktu akhir Ramadhan kemarin.
Pertanyaan 5 dari Lilis
Erna Yulianti, SMPN 1 Kertajati Majalengka, gelombang 12: “Selamat malam Pak Guru Agung. Saya merasa senang mendengar penjelasan tentang
SGI. Seandainya saya masih muda pengen rasanya bergabung. Saya ingin bertanya bagaimana
cara koordinasi dengan setiap guru yang bertugas di tempat yang berbeda apalagi
tadi ada beberapa kendala seperti internet dan listrik yang hanya menyala malam
hari? Kemudian acara bedah buku apakah di sekolah SGI atau di mana? Kalo saya
pengen punya buku-buku karya guru-gugu hebat tersebut bagaimana cara
mendapatkannya? Jurnal yang ditulis tentunya sangat kaya pengalaman dan wawasan
sehingga saya sangat tertarik.”
Alhamdulillah,
hari ini satu persatu daerah-daerah yang kami sambangi sudah ada jaringan
internet dan listrik, jadi semakin mudah buat kami buat koordinasi. Beberapa
kajian bedah buku kami sejak pandemi akhirnya kita luaskan ke channel Youtube dan FB. Tapi setiap
cabang SGI di daerah juga punya agenda bedah buku sendiri. Sayangnya buku-buku
kami sudah banyak yang habis versi cetaknya. Makanya kami ubah ke versi pdf atau e-book. Saya pribadi tidak banyak menulis buku, tapi lebih senang
menulis artikel atau naskah akademik buat pengembangan program pendidikan di
Dompet Dhuafa. Sekarang ini saya tengah membuat gerakan Transformasi Kelas Ajar
dan juga mengembangkan Sepuluh Kepemimpinan Guru. Tulisan-tulisan saya bisa
dibaca di web SGI: www.sekolahguruindonesia.net.
Pertanyaan 6 dari Sri Martini, Pamekasan Madura: “Sudikah kiranya bapak diundang untuk datang ke Pamekasan Madura untuk menyemangati dan membimbing kami untuk menulis?”
Alhamdulillah
terima kasih atas undangannya, Bu. Akhir tahun lalu saya baru saja diundang ke
Kantor Bupati Sampang. Ada acara kepemudaan dan kunjungan sekolah. Hanya
sayangnya, oleh kantor saya tidak boleh keluar daerah sampai dengan Bulan
Desember. Covid.
Pertanyaan 7 dari Aam
Nurhasanah, Lebak-Banten: “Bagaimana awal
mula kisah bapak bergabung dengan dompet dhuafa sampai bisa menerbitkan buku yang
begitu banyak?”
Kebetulan
saya melamar langsung saat ada lowongan untuk menjadi trainer dan konsultan pendidikan di Dompet Dhuafa. Kebetulan tahun
2008, Dompet Dhuafa sedang butuh SDM dari kalangan guru/praktisi pendidikan. Seperti
biasa, ada tes seleksi.
Pertanyaan 8 dari Sumarjiyati,
GK.: “Mau bertanya bagaimana kita bisa
bergabung di dompet duafa, apakah ada syarat-syarat tertentu untuk sekolah kami
menjadi SD binaan dari dompet duafa?”
Ibu
Sumarjati, kebetulan tahun ini karena sedang Covid, kami sedang hentikan
beberapa program di banyak daerah, salah satunya adalah program pendampingan
sekolah. Semoga tahun depan kita bisa buka lagi. Nanti ibu silahkan hubungi no.
WA saya ini. Cukup japri saja. Kebetulan fokus pendampingan sekolahnya adalah
ke bidang literasi. Namanya programnya Sekolah Literasi Indonesia.
Pertanyaan 9 dari
Candra, MTsN 1 Langkat Sumatera Utara: ”Apakah
menurut bapak guru yang baik itu harus memiliki kemampuan menulis?”
Jawabannya
adalah wajib bisa Pak. Tapi tidak harus dalam bentuk buku. Bisa PTK. Bisa
Jurnal Penelitian. Bisa Cerpen atau Puisi. Bisa juga modul, LKS, atau mungkin
Kumpulan Bank Soal. Guru wajib literat, bahkan multiliterat, apapun bentuk
tulisannya. Kalau saya senang corat-coret di kertas Pak. Nanti saya kumpulin
pelan-pelan, baru nanti kita bikin artikelnya. Kalau menulis buku, saya
beraninya masih bareng-bareng. Takut kalau sendirian. Sepi.
Pertanyaan 10 dari Dhevi,
Jogja: “Saya tertarik dengan antologi
buku yang dihasilkan. Apakah dompet dhuafa selain menerima donasi uang juga
menerima donasi buku? Maksud saya, buku baru masih segel, untuk dijual dan
hasilnya didonasikan. Kawan kami dan teman-temannya menerbitkan juga buku
antologi cerita pengalaman mengajar di daerah 3T tepatnya di Gayo Lues, akan
tetapi kawan-kawan ini kesulitan menjual bukunya. Tujuan awal penerbitan buku
ini memang untuk donasi.”
Sepanjang
pengalaman kami, berbisnis jualan buku inspirasi guru ini masih minim peminat.
Kecuali dalam bentuk semifiksi alias novel. Saran saya, untuk para guru yang
senang menulia buku seperti ini, sebaiknya model marketingnya adalah lewat
jaringan komunitas. Ini lebih mudah dijual. Sebagai misal, kalau di SGI, kita
memfasilitasi penjualan buku-buku para member untuk ditawarkan kepada sesama
member. Ditawarkan pake pre-order
dulu, bukan ready stock. Jadi
pencetakan disesuaikan dengan pesanan. Kalau buku-buku yang diterbitkan oleh
Dompet Dhuafa sendiri biasanya dibagikan
(gratis) buat para guru lainnya. Jadi gampang laku, karena gratis.
Mungkin bapak ingin
simpulkan dahulu nanti pertanyaan panjang yang masih antri bisa langsung japri
ke Pak Agung.
Saya
coba simpulkan:
1.
Saya pribadi merasa bahwa merangkai
kata dalam bentuk tulisan ini bukan pekerjaan mudah. Kita mesti bersabar. Kalau
mau lancar harus banyak membaca dulu.
2.
Cobalah menulis dengan apa yang sering
kita pikirkan, kita lakukan, dan yang sering kita katakan. Buat mencari ide,
butuh teman diskusi, butuh temen nongkrong setia, butuh komunitas.
3.
Menulis ini melatih ketajaman pikiran
dan memperhalus budi pekerti. Maka menulislah, maka engkau "ada."
Demikian Bapak Ibu
Guru hebat! Terima kasih atas perhatiannya. Mohon maaf bila ada kata-kata kami
yang salah. Semoga di lain waktu kita bisa bertemu kembali.
Yolis
Y. A. Djami (Tilong-Kupang, NTT)
Kamis, 11 Juni 2020 (12.07
wita)
Comments
Post a Comment