TERBITKAN BUKU, CATATKAN SEJARAH


I.              Pengantar
Sore hari ini, Rabu tanggal 6 Mei 2020 ada pembelajaran menulis online bersama Ibu Farrah Dina yang berlangsung dari jam satu hingga jam tiga sore waktu Indonesia barat. Pembelajaran ini dipandu oleh Omjay.

II.           Materi Pembelajaran  
Perkenalkan, saya Farrah Dina pendiri Tangga Edu. Terima kasih atas kesempatannya hari ini. Saya menulis 20 judul buku, berkaitan dengan pendidikan untuk guru & orangtua serta buku-buku bergambar untuk anak. Berikut sudah saya siapkan khusus untuk grup ini tautan youtube untuk sharing-nya.
Membaca buku berarti berbicara dengan orang-orang bijak masa lalu. Melalui buku kita mengetahui sejarah. Itu sebabnya hari ini saya akan membawakan tema: Terbitkan Buku, Catatkan Sejarah. Jadi terbitkanlah buku untuk membuat sejarah. Tapi jangan fokus penerbitannya. Berkaryalah dengan menulis buku sebanyak-banyaknya. Penerbitan adalah sebuah akibat. Penulis berhasil sukses karena hadirnya pembaca. Kalau karya baik dan dibutuhkan maka akan sangat mudah diterbitkan.
Bagaimana membuat karya tulis dan mengasahnya menjadi sebuah berlian atau intan yang mahal yang dicari? Untuk menjawab pertanyaan ini saya akan menguraikan dengan prinsip empat er (4R). Empat ‘R’ yang dimaksud adalah: Renjana, Rutin, Review dan Ruang bagi Pembaca.
Renjana
Passion dalam bahasa Indonesia adalah renjana. Renjana adalah sesuatu yang amat menarik perhatian seseorang. Sesuatu yang selalu menjadi pemikirannya, yang selalu dipikirkan dengan serius. Sesuatu hal yang dapat dilakukan dengan mudah dan menyenangkan. Jadi menulislah dari hal-hal yang disukai dan kuasai. Karena bila kita menulis dari hal-hal yang disukai dan kuasai maka akan mengalir dengan mudah. Dengan demikian berusahalah temukan dan tentukan renjana dalam diri sebagai calon penulis hebat.

Rutin
Kuncinya adalah rutin menulis dan juga rutin membaca. Dengan rutin membaca pikiran kita akan terpola seperti tulisan yang kita baca. Ketika membaca ada keinginan untuk membuat tulisan seperti yang kita baca. Oleh karena itu, Harus sediakan waktu khusus, tempat khusus untuk menulis. Rutin menulis kapan saja di mana saja. Membaca akan menambah kosakata untuk menulis. Orang yang memendam akan kalah dengan orang yang mengungkapkan. Orang yang menunggu akan kalah dengan orang yang melakukan. Maka jangan memendam tapi ungkapkanlah lewat tulisan tentunya. Dan jangan menunggu tapi lakukanlah yaitu mulailah menulis sesuai renjana.
 
Review
Setelah punya tulisan maka selanjutnya harus melakukan review atau melihatnya lagi meninjauanya kembali. Tugas berikut setelah menulis menuangkan segala pemikiran adalah review, review dan review. Di sinilah tahap yang sulit dan perlu pemikiran detail dan dalam. Juga membutuhkan pengetahuan secara teknis dan latar belakang pengetahuan yang mumpuni.

Ruang pembaca
Langkah selanjutnya adalah beri ruang kepada pembaca untuk memberi masukan tentang tulisan kita. Ketika review jangan hanya dilakukan penulis tapi juga review dari pembaca. Artinya mengharapkan feedback untuk perbaikan tulisan kita. Pembaca dapat memberikan masukan yang tidak kita pikirkan sebelumnya, yang tidak kita duga. Pembaca adalah komponen penting bagi seorang penulis. Jadi bagikan tulisan kita kepada banyak orang lewat media-media yang kita punya seperti fb, blog dan lain sebagainya.

selesai menonton skg kita tanya jawab ya. Kirim pertanyaan ke omjay dulu.
Mari menulis dengan 4R. Apa itu 4R? Anda akan dapatkan jawabannya setelah menonton video di atas. Jangan lupa klik like and subscribe ya. Berikan komentar anda.
III.        Tanya Jawab
Pertanyaan 1 dari Nani, Bogor Jawa Barat: “Apakah kita harus melalui tahapan 4R itu agar buku yang diterbitkan berkualitas?
Bu Nani yang bersemangat, tidak selalu seperti itu. Ini dirangkum dari pengalaman-pengalaman penulis yang hebat yang sudah menerbitkan banyak buku dan disukai. Mereka akan menulis yang betul-betul sesuai dengan renjananya lalu terbiasa menulis (rutin). Pada awal menulis buku, jangan kita dipusingkan dengan editing & lain-lainnya yang nanti justru akan menghambat jadinya sebuah naskah. Tapi setelah itu, baru dilakukan review berulang (dan ini proses panjang). Seringkali bahkan naskah final sangat berbeda dari naskah awalnya. Kekuatannya di review ini. Untuk ruang pembaca, tujuan kita menulis adalah untuk dibaca jadi perlu mendengar masukan dari pembaca juga.
Pertanyaan 2 dari Bu Beni, Bojonegoro: “Bagaimana teknis/langkah mengubah tulisan dari best practice menjadi tulisan populer?
Ibu Beni dari Bojonegore yang saya hormati, pertanyaan yang sangat menarik. Banyak buku-buku yang sekarang best seller adalah buku-buku ilmiah tapi disajikan dalam bentuk populer tidak penuh dengan data-data yang memusingkan. Sebaiknya ibu membaca contoh buku-buku populer yang berdasarkan pendekatan ilmiah. Dari buku-buku ini yang saya perhatikan mereka akan membahas "Permasalahan" lalu "jawabannya" dengan sedikit-sedikit memasukkan teori-teori pendukung. Jadi yang dibahas bukan teroinya, ada unsur emosi kuat yang dibangun sehingga ada konektivitas dengan pembaca. Beberapa contoh buku ilmiah dibuat populer seperti: Good to Great (penelitian dari 500 perusahaan sukes dunia), The Miracle of Endorphin (pendekatan psikologis untuk metode pengobatan), The Leader in Me (Praktik-praktik di sekolah yang menerapkan 7 habit).
Pertanyaan 3 dari Siti Fatimah, Mojokerto: “Sebagai pemula saya masih bingung menentukan passion saya di mana. Bagaimana kita mengetahui passion kita dengan mudah?
Ibu Fatimah, tidak sedikit orang yang merasakan hal yang sama dengan ibu. Memang ada orang-orang yang dari awal sudah tau apa bidang menulis yang akan digelutinya dan ada juga yang butuh waktu. Cara paling ampuh adalah dengan terus menulis, nanti akan kelihatan kecenderungan kita. Bahkan, dengan mengumpulkan bank tokoh, situasi, pengalaman ke dalam bentuk rekaman/tulisan pun nanti akan terlihat apa yang menjadi renjana kita. Kita bisa lihat dari bank yang sudah kita kupulkan, apa sih yang menarik untuk kita yang mendorong kita untuk mengungkapkannya.
Pertanyaan 4 dari Warsih, Kota Tangerang: “Mau menanyakan tentang pembuatan buku anak-anak. Misalnya kita menulis berdasarkan apa yang kita lihat, kemudian kita tambahkan dengan khayalan dan imajinasi kita boleh tidak? Jadi tidak murni fiksi. Nah yang sperti itu termasuk kategori buku apa, Bu?
Ibu Asih pecinta buku anak, boleh sekali memasukkan imajinasi ke dalam buku anak. Justru imajinasi itu kekuatan dari buku anak. Seperti binatang berbicara, anak pergi ke ruang angkasa, berteman dengan robot, itu adalah imajinasi. Yang tidak boleh adalah takhayul dan imajinasi yang mengandung kekerasan. Saya pribadi keberatan dengan anak durhaka menjadi batu, siasat membuh raksasa seperti dalam legenda asala usul Danau Batur, dan lain-lain. Sikap jahat akan ada akibatnya, dan bisa dalam  bentuk imajinasi tapi sebisa mungkin berkaitan dengan perbuatannya dan tidak berlebihan.
Pertanyaan 5 dari Ika Siswati, Kota Tangerang: “Mau bertanya apa yang ibu lakukan sehingga dapat  menemukan passion ibu yaitu menulis buku anak?
Saya menemukan renjana saya berawal dari pendidikan saya di Amerika & Jepang, di mana mereka sangat serius memikirkan buku anak. Tidak demikian halnya di Indonesia. Sebenarnya ini juga berawal dari kebutuhan. Saat di Jepang anak saya masih TK dan akan kembali ke Indonesia masuk SD. Jadi saya harus mengajarkan membaca. Saya minta dikirimkan buku-buku dari Indonesia tapi saya tidak puas. Lalu saya menulis buku sendiri dan ternyata itu menyenangkan buat saya dan saya merasa bisa memberi solusi pada permaslaahan yang ada. Selanjutnya saya juga melakukan penelitian di bidang membaca usia SD, dan salah satu hal yang dibutuhkan adalah buku anak berkualitas. Selanjutnya saya juga melakukan penelitian di bidang membaca usia SD, dan salah satu hal yang dibutuhkan adalah buku anak berkualitas. Di pasar, buku anak berkualitas itu biasanya harganya mahal. Ini yang menjadi motivasi besar saya menciptakan buku-buku berkualitas dengan harga terjangkau. Ini yang menjadi motivasi terbesar dan itulah passion saya. Walaupun saya tetap memaksakan diri untuk terus menulis genre lain. Karena rutinnya saya menulis buku anak dan pendidikan, saya agak meninggalkan bentuk tulisan ilmiah. Pada saat saya mengalami ini, saya "memaksa" diri saya untuk mengirimkan rencana penelitian untuk mendapat beasiswa. Dengan tenggat yang jelas akan jadi motivasi untuk kita. Ini juga perlu dilakukan. Alhamdulillah dengan research plan yang saya buat, saya bisa diterima di universitas di jepang.
Pertanyaan 6 dari Rachmi, Banyuwangi: “Ibu masih muda sekali dan tentunya bersemangat, apa yang melatarbelakangi ibu mendirikan Tangga Edu dan juga bisa menjadi penulis?
Ibu Rachmi yang juga pastinya bersemangat, jawabannya sama dengan pertanyaan kelima. Yang menjadi motivasi saya adalah bagaimana memberi manfaat sebesar mungkin untuk negeri Indonesia tercinta ini. Sama dengan Bapak & Ibu semua.
Pertanyaan 7 dari Yulius Roma, Tana Toraja: “Bagaimana memanage 4 R ini agar menjadi sebuah kesatuan utuh untuk saling melengkapi dalam menulis?
Pak Yulius dari Toraja, LAKUKAN. Itu kunci utamanya Pak. Dengan melakukan maka saya yakin Bapak akan menemukan polanya tersendiri. Yang perlu diingat adalah di awal, tulis dulu apa yang mudah untuk kita, tapi perlu dipaksakan juga agar menjadi rutinitas. Dengan begitu kita akan sangat terbiasa. Saat ingin dipublikasi ke orang lain, maka perlu dilakukan review berulang-ulang. Jangan lakukan review saat menulis di awal, karena nanti tidak akan jadi karya karena kita berkutat dengan banyak hal. Selamat menulis.
Pertanyaan 8 dari Candra, Langkat Sumatera Utara: “Formula 4R sangat membantu saya sebagai yang baru belajar mnulis. Pertanyaan saya, menurut ibu apakah seorang penulis harus fokus pada satu passion atau genre tulisan agar tulisannya betul-betul baik dan tidak pengaruh rasa tulisan seseorang yang suka mengerjakan dua tulisan (fiksi dan non fiksi) secara bersamaan?
Pak Candra dari Langkat yang bersemangat menulis, ini menarik sekali untuk didiskusikan. Sebagai awal, tulis dulu sesuatu yang mudah bagi kita, yang sesuai dengan renjana kita, yang kita senang saat menuliskannya. Ini gunanya untuk memberi reward terhadap diri sendiri. Dengan jadinya naskah yang kita sukai, itu akan menjadi bahan bakar bagi kita untuk terus menulis. Jika di awal kita sudah tidak cukup motivasinya, maka akan terhambat. Tulislah sesuatu yang betul-betul dari isi kepala atau hati kita yang ingin disampaikan ke orang lain. Selanjutnya, kita menyesuaikan diri dan bisa menulis dengan genre apapun, tentu dengan latihan dan pembiasaan. Bahkan kita pun harus bisa menulis sesuai dengan kebutuhan pembaca. Ini yang nantinya perlu dikuasai setelah kita menguasai sedikit hal yang menjadi kekuatan utama kita. Semangat menulis.
Pertanyaan 9 dari Munandar, Kabupaten Sumba Timur: “Bagaimana cara awal untuk mengetahui passion seseorang?
Pak Munandar dari Sumba, jawabannya sama dengan pertanyaan no. 3. (silakan dilihat). Kalaupun belum mengetahui passion-nya saat ini, yang penting adalah menuliskan sesuatu yang betul-betul kita merasa menikmati menuliskannya.
Pertanyaan 10 dari Syukri, SMAN UNGGUL Dharmaraya Padang: “Perkenankan saya bertanya tentang pengalaman Ibu Farrah dalam tulis-menulis. IBU mengatakan ada 4 R, salah satunya adalah renjana. Saya kurang pahan dari bahasa apa itu renjana dan mengapa ibu letakkan di poin paling atas?
Pak Syukri, renjana adalah passion, ketertarikan kita pada satu hal yang kita akan mengerahkan energi kita untuk itu dengan senang hati. Menulis sesuatu yang sesuai dengan renjana kita, itu akan menjadi kekuatan di awal. Manusia memerlukan reward langsung. Saat kita menulis sesuatu yang sesuai dengan minat kita, maka kita akan menikmatinya & hasilnya pun akan cepat jadi. Hasil tulisan yang jadi ini merupakan reward sendiri untuk kita sehingga kita akan terus termotivasi untuk menulis. Setelah itu, barulah berkreasi dengan berbagai genre agar kita menguasai  menulis berbagai hal.
Pertanyaan 11 dari Benny Belang, Kupang-NTT: “Bagaimana caranya agar dapat menerima tanggapan pembaca yang negatif pada tahap ruang bagi pembaca?  Bagaimana tips mengubah penulisan ilmiah menjadi penulisan populer?
PAk Benny dari NTT, menerima tanggapan negatif memang tidak mudah. Jangan sampai juga itu medemotivasi kita dan menghilangkan jati diri kita. Saat kita mendengar tanggapan pembaca, yang perlu kita tahu sebenarnya adalah penangkapan pembaca terhadap hasil tulisan kita. Apakah sama seperti apa yang ingin kita sampaikan? Kemudian "keseluruhan" atau "detail" apa yang tidak disuka. Kalau tidak suka karena selera yang berbeda, maka bisa jadi pelajaran bahwa orang dengan persona seperti dia bukanlah target pembaca kita. Jika tidak sukanya karena "persepsi" atau "terjemahan" yang berbeda dari yang sebenanrnya ingin kita sampaikan, maka mungkin ada penulisan yang perlu diperbaiki. Untuk buku ilmiah ke populer, ada pada jawaban no. 2
Pertanyaan 12 dari Sri Indayani, SMAN 1 Paciran: “Tadi ibu menjelaskan tahapan menulis 4R. Yang pertama renjana. Pertanyaan saya kalau saya merasa renjana saya membuat buku pelajaran Fisika. Apakah berarti sebaiknya saya menulis buku pelajaran Fisika saja? Karena saya kalau mencoba menulis buku Fisika terasa lebih ringan dibanding mencoba menulis artikel dan lain-lain.
Bu Sri sang fisikawan, untuk tahap pertama maka sebaiknya ibu pilih buku fisika. Ini untuk menciptakan reward bagi diri kita di awal agar kita terus termotivasi untuk menulis. Namun setelah itu lebarkanlah sayap. Coba buat artikel lain yang tetap mengaitkan dengan fisika (ilmiah menjadi populer) dan berkreasilah dengan genre-gendre lain. Sebagai tambahan, dapat dibaca pada jawaban pertanyaan kedelapan.
Pertanyaan 13 dari Fitran, Mataram: “Saya belum pernah menulis buku namun saya sering melakukan penelitian dan ada beberapa yang saya publikasikan. Pertanyaannya,  bagaimana cara mudah menulis buku sebagai pemula seperti saya karena beberapa kali saya coba selalu gagal.
Pak Fitran yang suka meneliti, MULAI SAJA DULU (seperti iklan di TV). Ini yang paling penting. Jika memang tertarik dengan penelitian, coba ambil salah satu sudut dari penelitiannya untuk dijadikan artikel (bukan keseluruhan penelitian). Ambil sisi yang dapat dibangun konektivitasnya pada pembaca secara umum.
Pertanyaan 14 dari M. Rasyid Nur, Karimun: “Sebelum menentukan ruang pembaca apakah kita perlu meneliti atau survey untuk calon pembaca buku kita. Lalu, bagaimana sebaiknya jika kita berharap pembacanya tidak terlalu spesifik?
Pak Rasyid, pada tahap awal kita menulis maka sebaiknya kita menulis untuk tujuan diri kita. Apa yang ingin kita sampaikan. Agar keluar jati diri kita sambil kita melihat yang cocok dengan tulisan kita itu pembaca yang bagaimana. Baru kemudian kita berkembang, mulai menulis berdasarkan "pesanan" artinya kita tentukan dulu sasaran pembacanya. Misalnya menulis untuk remaja maka ada bahasa-bahasa yang perlu disesuaikan, maka kita menulis dengan "frame" pembaca di kepala kita. Nanti kita minta pendapat dari pembaca yang dituju sesuai sasaran.
Pertanyaan 15 dari Roni Bani, Timor: “Menulis buku anak itu tentu untuk membangkitkan minat maka perlu gambar. Apakah ibu menggambar sendiri atau menggunakan jasa? Atau adakah cara lain mendapatkan gambar. Buku Anak bagi saya itu suatu kesulitan. Saya sudah mencobanya. Terbentur pada gambar, termasuk bila harus meminta izin.Terima kasih bila ada tips yang berbeda.
Salam Bapak Roni, saya membuat buku anak dengan desain berjenjang di awal. Mulai dari pembaca pemula yang harus penuh dengan gambar. Untuk ini tentu saya bekerja sama dengan ilustrator. Banyak komunitas ilustrator saat ini, termasuk di medsos. Tapi pada jenjang yang lebih tinggi, buku anak akan lebih sedikit gambarnya bahkan tidak bergambar (novel anak). Nanti bapak tentukan saja di jenjang mana Bapak ingin menuliskannya. Jika tertarik lebih lanjut, akan ada workshop-nya oleh Tangga Edu, silakan ikuti media sosialnya IG @tanggaedu & FB Tangga Edu untuk info terkini.
Pertanyaan 16 dari Elly Mahayani, Jembrana Bali: “Ini adalah hari ke-8 saya mengikuti pelatihan menulis. Kiat-kiat untuk menulis di antaranya menulis setiap hari, apa saja yang terlintas akan saya tulis. Jenis tulisan saya masih bersifat bebas dengan kata-kata yang mengalir begitu saja Yang ada di dalam otak saya tulis. Yang ingin saya tanyakn bagaimana cara menulis secara ilmiah seperti PTK, Best Practice dengan baik?
Salam Ibu Elly, selamat. Dengan ibu sudah rutin menulis maka ibu sudah MEMULAI. Nanti dari kumpulan tulis itu, pilih beberapa yang ingin di-review dengan serius hingga menjadi tulisan yang siap publikasi. Untuk tulisan ilmiah ke populer, ada di jawaban no. 2.
Pertanyaam 17 dari Deni, Cimahi: “Ada yang bilang menulis buku anak itu lebih menantang atau sulit.  Terutama bahasa yang digunakan musti sesuai dengan bahasa dunia anak. Bagaimana kiatnya?
Sulit atau tidak sangat relatif. Tapi mungkin karena kita terbiasa dengan bahasa dewasa. Kuncinya adalah sering mendengarkan anak berbicara & memberikan buku kita pada anak agar kita tahu responnya. Kemudian bisa kita evaluasi. Saat menulis untuk dewasa, apa yang kita tuliskan akan ditangkap sama oleh pembaca. Tidak demikian dengan anak, hal sederhana saja bisa dipersepsikan berbeda, tidak sama dengan apa yang kita maksud.
Pertanyaan 18 dari Santi, Jayapura: “Sesuai materi tadi bahwa Pembaca itu sangat dibutuhkan oleh penulis. Bagaimana cara menjadikan PD pada diri sendiri untuk tidak malu tulisannya dibaca orang lain. Saya sering menulis, tapi selesai menulis saya simpan. Pernah saya menulis di blog dulu sekali (baru tentang RPP dan pembelajaran) tapi  kok teman langsung copas semuanya dan dijadikan administrasinya dan dijadikan atas namanya untuk mendapatkan tandatangan pimpinannya. Padahal saya nulis itu mikir setengah mati. Dari situ saya jadi malas share lagi. Mungkin pikiran itu salah.
Ibu Santi, saat tulisan dipublikasikan maka hak penulis terhadap interpretasi terhadap tulisan itu menjadi hilang. Interpretasi dan tanggapan pembaca tidak bisa kita kontrol. Maka perlu kebesaran hati, karena bisa saja tanggapan yang tidak baik yang kita terima. Nah kalau tentang hak cipta yang dikopi, maka pada saat kita membaginya di dunia maya, maka kita harus siap bahwa itu menjadi milik publik. Walaupun itu salah, tapi di dunia maya kita sulit mengkontrolnya.
Pertanyaan 19 dari Sri Budi Handayani, Gresik: “Mau bertanya tentang proses kreatif Mbak Farrah menulis buku anak, berikan contohnya.
Bu Sri, karena saya menulis buku berjenjang maka banyak pakem yang harus saya perhatikan. Biasanya saya memulai dari sesuatu value yang ingin saya kenalkan pada anak tapi tidak dengan cara doktrin tapi tertangkap. Agar dapat banyak ide, maka saya banyak menonton film anak, bergaul dengan anak-anak & membaca buku-buku anak. Contohnya buku "Sihdeh & Robot" yang intinya mengenalkan cara menenangkan diri dengan menarik napas panjang. Kecenderungan anak laki-laki agak sulit untuk menenangkan diri saat marah, maka diambillah tokoh robot agar relate dengan anak laki. Setelah itu dibuat prosesnya, termasuk membuat story board. Dibaca anak-anak, lalu review & revisi lagi dan seterusnya. Dari masukan anak, bahkan judulnya pun ada perubahan.
 Pertanyaan 20 dari Sri Sulastri, Bojonegoro: “Pertnyaan saya cara apa agar bisa menghasilkan buku dengan cepat bagi penulis pemula?
Bu Sri, mulai dari yang mudah menurut Ibu. Topik yang paling ibu kuasai. Tapi tidak ada yang instan, semua harus melalui proses. Proses itu akan semakin cepat jika segera dimulai.
Pertanyaan 21 dari Bernad, Toraja: “Terkait R ke-4. Menurut pengalaman Ibu, berapa persen dari ruang pembaca dapat ditampung masukannya dan bagaiman sikap kita dalam menerima semua kritikan itu agar tidak terbawa amarah?
Pak Bernard, tidak ada rumus baku. Kita siapkan diri kita untuk terbuka terhadap berbagai masukan. Tapi kita lihat, kalau dia tidak suka karena berkaitan dengan selera yang berbeda, maka dia bukan target pembaca kita dan ini informasi berharga bagi kita. Tulisan kita akan memiliki target pembacanya sendiri. Tapi kalau pembaca tidak suka karena interpretasi yang salah dari hasil karya kita, maka mungkin cara kita menuliskannya perlu diperbaiki.
Pertanyaan 22 dari Grefer, Kupang NTT: “Apakah review buku yang dimaksudkan adalah sebelum buku kita diterbitkan, maka buku itu kita berikan kepada pembaca tertentu untuk membacanya lalu memberikan masukan positif atau negatif dari buku yang kita tulis. Lalu, dikembalikan dan kita revisi setelah itu baru diterbitkan?
Betul pak, tapi bahkan apapun hasil tulisan kita, kita hadirkan pada pembaca & melihat tanggapannya. Ini bahkan sebelum proses penerbitan, usaha individu penulis untuk mendapat masukan. Kalau sudah ke penerbit, maka ada mekanismenya lagi tapi kita pun sudah bisa jelaskan targetnya siapa, tanggapannya bagaimana kira hingga buku kita itu bisa dibilang layak terbit.
Terima kasih banyak Omjay. Sudah memberi kesempatan berdiskusi dengan guru-guru hebat. Semoga bermanfaaat!


Yolis Y. A. Djami (Tilong-Kupang, NTT)
Rabu, 6 Mei 2020 (19.15 wita)

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

TEACHER

BERIRING

AKU ADA SEBAGAIMANA AKU ADA KARENA MEREKA ADA BAGIKU