TAPALEUK
Jika Anda, para
pembaca yang budiman pernah berada di Kupang dan kebetulan sedang
keliling-keliling kota Anda akan mudah memperhatikannya. Entah berkeliling kota
dengan kendaraan pribadi atau kendaraan umum atau sedang menunggu di pinggir
jalan umum Anda akan mendapat kesan yang sama. Pertama, musik dari dalam angkot
yang memekakkan telinga. Dan yang kedua, goresan yang menghiasi tubuh angkot-angkot
itu. Goresan-goresannya bisa berupa gambar dan/atau kata-kata. Kata-katanya ada
yang dalam bahasa Inggris, bahasa Indonesia atau dialek Kupang.
Goresan-goresan itu
selalu menempati bagian-bagian strategis di badan kendaraan – umumnya mobil –
agar mudah terlihat terbaca. Kata orang Inggris, eye catching. Kalau angkot, biasanya di belakang atau bagian samping
badan mobil. Sedangkan kalau truk biasanya di bagian belakang atau di karet lebar
yang menggantung sebagai pelindung bagian belakang roda belakang. Karet ini
berfungsi untuk menahan air yang terbawa roda saat berputar atau berjalan agar
tidak menciprati orang lain, terutama saat hujan.
Goresan-goresan
yang terpampang di bada kendaraan beroda empat atau lebih itu variatif dan
memiliki arti sendiri bagi yang paham. Kalau yang dalam bahasa Indonesia semua
orang mengerti maksudnya dengan jelas. Kecuali keliru atau malah salah
penulisannya. Yang bahasa Inggris tidak semua orang tahu maknanya dengan jelas.
Kecuali yang memiliki bahasa itu atau yang pernah mempelajarinya. Demikian pun
yang dari dialek Kupang tidak semua yang membaca paham maksudnya. Kecuali orang
Kupang dan/atau sebagian orang NTT. Tulisan-tulisannya ada yang hanya satu
kata. Ada pula yang dalam bentuk frasa.
Satu di antara
banyak tulisan yang pernah saya baca itu adalah kata: Tapaleuk. Kata tapaleuk
dalam Kamus Pengantar Bahasa Kupang yang ditulis oleh June Jacob dan Charles E.
Grimes (2003:212) diartikan dengan: “Jalan-jalan.”
Tidak ada keterangan tambahan tentang maksud sesungguhnya dari kata jalan-jalan
itu dalam kamus ini. Tapi bagi orang Kupang kata tapaleuk berkonotasi negatif. Kata ini biasanya disematkan pada
orang yang suka berjalan tanpa tujuan yang jelas. Misalnya keluar rumah dari
pagi hingga kembali pulang di sore hari tanpa membawa hasil apapun.
Dari kata tapaleuk ini berkembang terbentuk sebuah
frasa baru. Yakni frasa yang semakin memperjelas arti kata tapaleuk itu. Frasa yang dimaksud adalah: “Ukur jalan. Jalan-jalan ukur
jalan. Habis ukur jalan. Atau baru pulang ukur jalan.” Semua frasa
ini memiliki arti yang sama yaitu pergi ke mana-mana tanpa tujuan, tanpa target
apa-apa yang hendak diperoleh, dicapai. Jalan-jalan saja menghabiskan waktu,
tenaga dan mungkin juga dana.
Kalau diperhatikan
secara teliti arti tapaleuk dari
kamus tadi tidak ada kecenderungan negatif padanya. Malah positif. Karena
positif maka dia dipakai sebagai nama salah satu produk alas kaki di Kupang
dengan merek komersilnya: Tapaleuk.
Lalu kenapa dia menjadi negatif? Pembaca yang terhormat, kata ini menjadi
negatif karena biasanya terucap dari orang yang marah terhadap seseorang atau
sekelompok orang yang sukanya jalan-jalan melulu. Dan dari jalan-jalannya itu
tidak menghasilkan apa-apa yang berarti, berguna. Baik untuk dirinya sendiri
maupun bagi orang lainnya yang ada di sekelilingnya.
Dengan demikian
berarti kata itu bagus, baik, positif. Tidak negatif. Tetapi karena sering
digunakan, diperkatakan dalam keadaan atau situasi negatif (emosi yang tidak
stabil, emosi yang tak terkendali) maka jadilah dia negatif. Artinya yang
negatif bukan pada kata tapaleuk-nya tetapi
paradigma orang yang melontarkan dan yang mendengar kata ini yang kemudian
mempersepsikannya sebagai sesuatu negatif.
Pembaca mungkin
pernah mendengar orang berkata: “Sepakat untuk
tidak sepakat.” Yang berarti tidak sepakat juga. Tapi karena diawali dengan
sikap positif dia menjadi positif. Demikian halnya dengan kata tapaleuk. Karena dia positif dan bukan
negatif maka perkenankan saya mengadopsi cara pembentukan frasa sepakat di atas
tadi untuk mengartikan kata tapaleuk
sebagai: “Jalan-jalan dengan tujuan tanpa
tujuan.”
Kata-kata sepakat yang mendahului kata tidak sepakat dan dengan tujuan di depan tanpa
tujuan telah mengubah frasa itu dengan energi positif. Auranya menjadi
positif. Dan memang sebaiknya begitu. Lebih nyaman hidup dengan energi positif
daripada negatif. Hidup dengan aura positif lebih hemat energi. Sedangkan
dengan aura negatif lebih sering dan lebih cepat kehilangan banyak energi. Maka
sekali lagi perkenankan saya menyampaikan satu contoh positif dari tapaleuk yang artinya jalan-jalan dengan
tujuan tanpa tujuan.
Begini!
Suatu ketika teman
saya karena suntuk dan bosan di rumah
akibat pandemi corona, dia jalan saja dengan tujuan tanpa tujuan. Tapaleuk. Hingga dia sampai di daerah
tertentu dia ingat bahwa ada teman karibnya di situ yang sudah lama tak jumpa.
Maka dia mampir. Setelah tiba di rumah temannya ternyata temannya ini sedang
dalam situasi yang sungguh-sungguh butuh pertolongan. Akhirnya iapun memberi
pertolongan itu dan temannya terbebas terselamatkan dari kesusahan tersebut. Jadi
gara-gara dia tapaleuk, jalan-jalan
dengan tujuan tanpa tujuan dia bisa menjadi sarana atau alat untuk
menyelamatkan orang lain.
Anda mungkin
berpikir: Ah, kebetulan saja tu. Atau mungkin para rohaniwan berpikir: Ah, dia
digerakkan Tuhan untuk mengunjungi teman yang membutuhkan. Apapun pikiran dan
komentar Anda, itu positif. Jadi teman saya yang tapaleuk yaitu bepergian dengan tujuan tanpa tujuan itu berakhir
positif. Awalnya tanpa tujuan tapi berakhir dengan tujuan dan sikap mulia. Ia
menjadi seorang penyelamat bagi orang lain. Dan mungkin tidak hanya
menyelamatkan taman saja. Tapi temannya beserta keluarganya. Bukankah ini
sesuatu yang positif?
Oleh karena itu,
jangan pernah merasa bersalah kalau Anda suka tapaleuk. Jangan berhenti tapaleuk.
Tapi jangan hanya tapaleuk di dunia
nyata saja di mana kita ada dan tinggal juga hidup. Sebab dunia nyata kita ini
sempit. Akan lebih baik lagi kalau Anda tapaleuk
di wilayah atau dunia yang lebih membentang, dunia imajinasi. Dunia imajinasi
adalah wilayah yang tak berbatas. Ia amat sangat luas. Tapaleuk-lah di wilayah ini, dunia imajinasi dan ceritakan kembali
pengalaman tapaleuk Anda kepada orang
lain dalam tulisan yang terurai. Tapaleuk
secara imajinatif lalu diejawantahkan dalam suatu tulisan akan
membelajarkan banyak orang. Bahkan, sangat bisa menyelamatkan kehidupan orang
lain. Selamat tapaleuk, jelajahi
dunia imajinasi yang tak bertepi.
Yolis
Y. A. Djami (Tilong-Kupang, NTT)
Selasa,
19 Mei 2020 (22.38 wita)
"Jalan tanpa tujuan,tapi berakhir dengan tujuan dan sikap mulia".
ReplyDeleteSederhana tapi bermakna.😇🙏
Terima kasih atas apresiasinya. Gb!
Delete