SEKEDAR BERBAGI CERITA
Ijinkan saya hanya
berbagi cerita yang ringan bersahaja. Berbagi cerita tentang kegiatan saya
seharian ini, Sabtu tanggal 30 Mei 2020. Semoga cerita ini tidak membuat Anda
kehilangan semangat untuk bersahabat dengan saya. Syukur-syukur dapat
menginspirasi Anda untuk berbuat yang lebih baik, bahkan terbaik.
Sejak jam tujuh
pagi saya sudah berada di rektorat kampus tercinta. Universitas Persatuan Guru
1945 NTT. Saya dan teman-teman, seluruh civitas akademika bersiap merayakan
ulang tahunnya yang ketiga. Ulang tahun kali ini bertema: “Restorasi
Kebangkitan dan Kejayaan UPG 1945 NTT.”
Kegiatan yang
pertama adalah membagi masker. Kegiatan ini berlangsung di salah satu titik
jalan protokol Frans Seda Kupang. Tepatnya di perempatan Patung Kirab,
Fatululi.
Rombongan dipimpin
oleh Bapak Rektor, David R. E. Selan, S.E., M.M. Anggota rombongannya adalah
Bapak Wakil Rektor Tiga, Ully Riwu Kaho, S.P., M.Si.; Ketua Panitia, Mesakh
Mbura; unsur dosen, karyawan dan mahasiswa.
Kami menyambangi
setiap pengendara bermotor yang tidak bermasker dan memberi dengan sukacita.
Kegiatan berbagi masker ini kami jalani selama kurang lebih satu jam. Kemudian
kembali ke rektorat untuk acara perayaannya.
Acara perayaan yang
sederhana ini kami laksanakan di aula Ora et Labora. Aula serbaguna yang berada
di lantai tiga rektorat UPG 1945 NTT. Agenda yang lakukan adalah refkleksi dan
doa bersama. Sesudah itu potong tumpeng dan ramah tamah.
Ibu Mery Jagy
selaku pemandu acara atau emsi telah menyusunnya dengan apik. Beliau membawakan
dengan santai tapi berwibawa. Ia memberi kesempatan kepada para pemimpin yang
mengambil bagian dalam acara refleksi ini. Ia menyilakan secara hirarkis.
Bapak Ully Riwu
Kaho adalah yang pertama diberi kesempatan oleh emsi. Beliau menyampaikan
sedikit pengantar. Pengantar tentang kegiatan ini. Tentang apa, bagaimana dan
mengapa acara ini berlangsung. Kemudian dilanjutkan dengan laporan ketua
panitia.
Selaku ketua
panitia, Bapak Mesakh Mbura menyampaikan laporannya. Beliau menceritakan suka
duka dari persiapan hingga pelaksanaannya. Dikatakan, walau hanya dalam waktu
dua hari persiapan acara ini bisa berlangsung tanpa hambatan. Semua lancar. Ini
karena kerjasama panitia yang padu bersatu.
Pak Mesakh Mbura
adalah mahasiswa Fakultas Hukum angkatan 2019. Mahasiswa yang juga politisi ini
menguraikan beberapa kendala dalam pencarian dana. Itu karena waktu yang sangat
sempit. Sekalipun demikian, semua tercapai tercukupi optimal. Di penghujung
penuturannya, ia membacakan salah satu tulisan rekannya tentang ulang tahun UPG
tercinta.
Kebetulan tahun ini
Fakultas Hukum yang dipercayakan sebagai panitia penyelenggara. Dan dari pihak
fakultas mempercayakan manajemennya kepada Pak Mesakh Mbura. Beliau beserta
anggota kepanitiaan lainnya yang meracik kegiatan perayaan tersebut hingga
sukses terselenggara dengan memuaskan.
Rektor berbagi
cerita dengan kami tentang sebuah perjuangan panjang. Perjuangan panjang hingga
mendapatkan legalitas status kampus dari pemerintah. UPG 1945 NTT terlahir
melalui sebuah perjuangan yang penuh onak dan duri. Menempuh jalan berliku nan
menukik. Jalan terjal curam yang seram.
Perjuangan gigih
yang sangat perih. Perjuangan yang dimotori oleh Bapak Samuel Haning, Bapak
David Selan, Bapak Ully Riwu Kaho dan Bapak Darmanto Kisse. Mereka adalah empat
sekawan yang menjadi ujung tombaknya berdirinya UPG 1945 NTT. Di dalam
perjuangannya, mereka tidah hanya bermadi peluh, tapi bergelimang darah dan
juga mempertaruhkan nyawanya. Bersyukur, Tuhan memelihara mereka dengan
dahsyat.
Pak Samuel Haning
selaku ketua BPH PGRI NTT memperkuat apa yang sudah diutarakan bapak Rektor. Oleh
karna itu, beliau tidak berpanjang kata. Beliau justru dengan rendah hati
menaikkan pujian pengagungan kepada Tuhan melalui beberapa nyanyian.
Beliau memiliki
karakter vocal yang keren. Cirikhas vocal orang Indonesia Timur yang kental.
Beliau memang penyanyi dan juga pencipta lagu. Maka perkenankan saya
menyebutnya Broery UPG 1945 NTT. Sungguh luar biasa! Salut! Kiranya Tuhan
memberkati dengan memperindah semua talenta yang Dia beri.
Tidak hanya sampai
di situ. Beliau malah mengajak beberapa mahasiswa, karyawan dan dosen untuk
melantunkan puji-pujian sorgawi. Pujian yang sangat menyentuh kalbu. Pujian
yang menyadarkan setiap kami supaya hanya mengandalkan Tuhan dalam segala
perkara.
Selanjutnya Bapak
Darmanto memimpin doa. Doa syukur karena acara telah berlangsung tanpa hambatan
berarti sekaligus doa makan. Doa sederhana bersahaja yang dinaikkan dengan
khusyuk. Doa yang dipanjatkan dari hati yang tertunduk.
Sesudah doa kami
menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun. Semua hadirin secara serempak spontan
berdiri dan melantunkan pujian kebesaran bagi yang berulang tahun. Kami
menyanyikannya dalam versi Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Tumpeng yang secara
mentereng mejeng di depan kami sejak awal acara langsung dieksekusi. Bapak
Ketua BPH PGRI NTT, Samuel Haning, S.H., M.H., memotong puncak tumpeng. Pucuk
puncak yang berwarna merah. Sebuah warna yang merepresentasi jiwa semangat.
Semangat dalam segala hal.
Potongan tumpeng
disuapkan kepada beberapa orang perwakilan. Pertama, kepada Rektor sebagai
komandan tertinggi di lembaga ini. Kedua, kepada Ketua Panitia. Kemudian kepada
perwakilan dosen, perwakilan karyawan dan mahasiswa.
Akhirnya kami semua
menikmati santap siang bersama dalam suasana sukacita. Sekalipun hidangannya
sederhana kami semua sangat bersyukur. Bersyukur karena dengan dana yang serbaterbatas
panitia dapat menjamu para tamu.
Sesudah acara ramah
tamah yang ramah, kami semua berpisah dengan membawa kenangan masing-masing.
Kenangan yang membahagiakan. Kenangan yang membekas hingga perayaan ulang tahun
berikutnya. Semoga!
Yolis
Y. A. Djami (Tilong-Kupang, NTT)
Sabtu, 30 Mei 2020 (22.03 wita)
Comments
Post a Comment