NASKAH DITOLAK PENERBIT?
I.
Pengantar
Hari Jumat ini
tanggal 15 Mei 2020 narsum Pak Edi Arham berhalangan hadir karena ada rapat
mendadak, maka siang ini Omjay yang langsung menjadi narasumbernya. Paparan materi berlangsung pada pukul
13.00-15.00 WIB dengan tema: Ketika
Bukumu Ditolak Penerbit Mayor. Kuliah kali ini tidak ada moderatornya.
Omjay merangkap sekaligus sebagai pembicara dan moderator.
Penerbit yang
dimaksud adalah penerbit mayor. Saya pernah mengalaminya. Naskah buku saya
ditolak oleh penerbit mayor. Ada beberapa kali dengan penerbit yang berbeda
dengan judul yang berbeda pula. Tapi salahnya saya tidak perbaiki dan kirim
lagi. Entah ke penerbit yang sama atau ke penerbit lain. Saya hanya
mendiamkannya hingga hari ini.
Mungkin Anda juga
punya pengalaman yang sama dengan saya yaitu naskah buku ditolah oleh penerbit
mayor. Berikut ini penuturan Omjay tentang naskah buku yang ditolak penerbit
mayor.
II.
Materi
Pembelajaran
Assalamu
alaikum Warahmatullahi wabarakatuh. Selamat siang guru
guru hebat Indonesia. Senang rasanya bisa berbagi pengalaman dan pengertahuan
kepada anda semuanya siang hari ini. Pada siang hari ini, omjay akan berbagi
pengalaman tentang kisah nyata omjay ditolak penerbit mayor.
Sedih rasanya bila
buku yang kita tulis ditolak oleh penerbit. Saya sendiri pernah merasakannya.
Makan tak enak, tidurpun tak nyenyak. Sakitnya tuh di sini! (sambil mengelus
dada) hahaha. Lebih baik sakit gigi daripada sakit hati ini, hihihi.
Namun perlu Anda ketahui.
Saya termasuk orang yang pantang menyerah. Ketika naskah buku saya ditolak para
penerbit mayor, saya tidak putus asa. Saya akan menerimanya dengan lapang dada.
Saya menerimanya dengan senyuman meskipun terasa pahit.
Berkali kita gagal
lekas bangkit dan cari akal. Berkali kita jatuh lekas berdiri jangan mengeluh.
Jadilah guru tangguh berhati cahaya. Kegagalan adalah awal dari sukses yang
tertunda. Gembirakan dirimu dengan terus belajar kepada orang-orang yang telah
sukses menerbitkan bukunya.
Saya perbaiki tulisan
saya. Kemudian saya baca kembali. Beberapa teman yang saya percaya, saya minta
untuk memberikan masukan. Hasilnya buku saya menjadi lebih baik dari sebelumnya
dan lebih enak untuk dibaca. Sakit hati ini terasa terobati.
Ibarat seorang
mahasiswa S1 yang skripsinya dipermak habis sama dosen pembimbingnya. Ibarat
mahasiswa S2 yang tesisnya ditolak promotornya dan ibarat mahasiswa S3 yang
ditolak proposal disertasinya.
Saya sangat berterima
kasih kepada para penerbit yang sudah menolak buku yang saya susun. Dengan
begitu buku yang saya susun menjadi layak jual. Coba kalau seandainya naskah
buku saya langsung diterima, pasti banyak yang tidak laku karena isinya kurang
menarik hati pembaca. Buku saya terbit tapi tidak banyak pembelinya, karena
bukunya tidak menarik hati pembaca.
Saya jadi banyak
belajar semenjak buku ditolak penerbit mayor. Saya perbaiki dan terus perbaiki
sehingga naskah buku menjadi lebih enak dibaca. Butuh waktu lama
mengerjakannya. Saya pantang menyerah. Saya belajar dari penolakan. Saya pergi
ke toko buku dan membaca buku-buku best
seller. Dari sanalah saya akhirnya tahu rahasia buku mereka laris dibaca
pembaca.
Saat itu saya semakin
menggebu-gebu semangatnya. Ibarat perahu yang sudah berlayar tentu pantang
untuk kembali ke pelabuhan. Jalan terus sampai tujuan walaupun akan banyak
ombak besar menghadang. Tidak ada nahkoda ulung yang tidak melalui lautan yang
berombak ganas. Justru disitulah keahliannya teruji.
Ketika bukumu ditolak
penerbit, teruslah menulis dan jangan berhenti menulis. Ketika engkau terus
menulis, maka tulisanmu akan semakin tajam dan nendang. Pasti tulisanmu akan
layak jual. Pasti tulisanmu akan banyak dibaca orang. Aha kuncinya satu mau
belajar dan pantang menyerah.
Perbaiki dan terus
perbaiki sehingga penerbit mayor mau menerbitkan bukumu tanpa kamu keluar uang
satu senpun. Kamupun tersenyum ketika royalti bukumu mencapai angka yang
fantastis. Puluhan bahkan ratusan juta rupiah kamu dapatkan bila bukumu laku
keras. Seperti royalty buku yang kami terima saat ini.
NO
|
BUKU
|
NETTO
|
KOMISI PGRI
|
TRANSFER
|
PENULIS
|
PENERIMA
TRANSFER
|
1
|
SD
|
1,081,965
|
108,197
|
973,769
|
SD
|
SISKA
|
2
|
SMP
|
41,986,388
|
4,198,639
|
37,787,749
|
SMP
|
ADI PUTRANTO
|
3
|
SMA
|
28,091,820
|
2,809,182
|
25,282,638
|
SMA
|
SYAM
|
4
|
SMK
|
3,289,883
|
328,988
|
2,960,895
|
SMK
|
PAIDI
|
Total
|
74,450,056
|
7,445,006
|
67,005,050
|
|||
ROYALTY
|
PGRI
|
PENULIS
|
KOORDINATOR
|
III.
Tanya
Jawab
Pertanyaan 1 dari Donieks
Smaradhana, Palangka Raya Kalteng: “Sebenarnya
apa dasar alasan penerbit menolak tulisan yang ingin kita berikan? Selain itu
bagaimana kita memiliki rasa percaya diri bahwa tulisan kita menarik, sudah
sesuai enak dibaca?”
Dasarnya
karena tulisan kita kurang sesuai dengan standar penerbit, dan biasanya calon
penulis baru begitu sangat menggebu-gebu dan sangat yakin bukunya akan laku.
Rasa percaya diri itu dibangun mlalui proses terus menerus, dan jatuh bangun.
Seperti Anda belajar sepeda, awalnya agak susah naik sepeda. Tapi kalau sudah
bisa enak saja.
Pertanyaan 2 dari Isminatun:
“Bagaimana cara menerbitkan buku dari
kumpulan resume yang telah kita buat? Saya ingin menerbitkannya, tapi bagaimana
caranya? Ditawarkam kepada siapa?”
Segera
kumpulkan dari pertemuan pertama sampai terkhir, gabung dalam satu file.
kemudian lihat buku-buku yang sudah diterbitkan Penerbit Andi, kemudian
tawarkan ke Penerbit Andi Yogyakarta.
Pertanyaan 3 dari
Donik: “1. Biasanya para editor itu apa
saja yang menjadi dasar, diperhatikan dalam tulisan yang diterbitkan? 2. Apa yang
menjadi pertimbangan menulis buku umum dengan buku sekolah agar apa yang di
tuliskan bisa diterbitkan?”
Ini
contoh buku yang ditolak penerbit mayor. Kami tidak putus asa dan terus
bersemangat untuk memperbaiki isi bukunya. Alhamdulillah
akhirnya diterima penerbit mayor. Berkat buku ini, kami keliling Indonesia
untuk berbagi ilmu PTK.
Pertanyaan 4: “Kalau menerbitkan buku di penerbit indie dengan
biaya sendiri apakah ada fasilitas layout buku layaknya buku yang diterbitkan
di penerbit mayor. Soalnya kemarin saya menerbitkan buku pelajaran di penerbit
indie dengan biaya sendiri isi materi tidak diubah sama sekali tata letaknya sehingga
bukunya tidak menarik.”
Ada,
tapi kita perlu keluar uang, kalau di penerbit mayor kita tinggal terima beres.
Bahkan cover dan layout-nya sangat menarik sekali, sehingga banyak orang yang beli
bukunya.
Pertanyaan 5: “Bagaimana kiat-kiat agar bisa menuangkan ide-ide kita bebas lepas dan apa yang kita
tulis itu punya ruh/bisa hidup?”
Saran
omjay belilah buku ini secara online
ke Penerbit Andi Yogyakarta. Kiatnya menulislah dari hatimu maka engkau akan
bertemu pembaca setiamu.
Pertanyaan 6: “Jika menulis buku pelajaran itu menulisnya
ada ketentuan-ketentuannyakah?”
Ada
dan lihat buku pelajaran yang sudah diterbitkan.
Pertanyaan 7: “Lalu bagaimana dengan redaksi bahasa apakah
kaidah tata bahasa yang baik juga harus dipenuhi?”
Kalau
bukunya menarik nanti ada tim editor
yang akan memperbaiki tata bahasanya. Kalau masih permulaan cara memperbaiki
tahap awalnya.
Yolis
Y. A. Djami (Tilong-Kupang, NTT)
Jumat, 15 Mei 2020 (20.35 wita)
Comments
Post a Comment