MERANGKAI KATA TANPA IDE
I.
Pengantar
Bagaimana sih supaya
kita bisa jago menulis? Ga ada jalan
kecuali adalah latihan dan latihan menulis secara terus menerus. Untuk menjadi
jago menulis emang satu-satunya cara,
ya cuma itu. Perlu dipahami bahwa menulis adalah sebuah proses panjang dan ga mungkin langsung bisa secara instan.
Siapa pun orangnya pasti ga ada yang
tau-tau bisa langsung hebat tulisannya. Dan proses itu harus dijalani. Dan saya
mengerti sepenuhnya bahwa yang namanya latihan itu pasti menjemukan.
Itu adalah
kata-kata Om Bud di beberapa pelatihan menulis yang saya petik. Dan malam ini
kita akan belajar langsung dari sang maestro Mas Budiman Hakim dengan
moderatornya Pak Bambang Purwanto asal Bandung yang biasa disapa Mr. Bams. Mas
Budiman diundang untuk mengawali pertemuan malam ini. Selamat
menikmati pembelajaran malam ini.
Kepada yang terhormat
Mas Budiman, kami persilahkan!
II.
Materi Pembelajaran
Assalamualaikum Warahmatullahi wabarokatuh. Selamat malam
temen-teman semua. Nama saya Budiman Hakim. Biasa dipanggil Om Bud. Orang
periklanan memanggil saya Om Bud. Anak-anak saya manggil saya Om Bud. Isteri
saya manggil saya Om Bud. Bahkan mertua saya juga memanggil saya juga dengan Om
Bud. Jadi kalian juga boleh manggil saya Om Bud kalau mau.
Malam ini saya
diminta Om Jay untuk berbagi ilmu di sini. Bahkan Om Jay meminta saya secara
spesifik untuk membawakan tema “MENULIS TANPA IDE.” Eh, ini saya langsung mulai
atau perkenalan dulu, Pak Mod?
MENULIS TANPA IDE
sebenArnya adalah judul buku saya yang terbaru. Dan materi yang akan saya
bawakan adalah salah satu bab yang terdapat dalam buku ini. Jadi otomatis judul
materi kita adalah Menulis tanpa ide.
Teman-teman
sekalian, bagaimanakah kita menentukan sebuah tulisan itu menarik atau tidak? Mudah saja! Tulisan yang bagus adalah yang mampu menggugah EMOSI pembacanya.
Jadi ketika membaca sebuah novel lalu kalian menangis tersedu-sedu karena
isinya menguras air mata maka novel tersebut dapat dibilang sukses.
Begitu juga kalo
kita menulis buku humor, patokan bagus atau tidaknya gampang banget. Cara
menilainya cuma dengan 1 pertanyaan: Apakah buku kita mampu membuat pembaca
tertawa terbahak-bahak?
Artinya ketika
orang menangis atau tertawa, maka di situlah saat tulisan kita mampu
menggugah EMOSI
pembacanya. Jadi kata kuncinya adalah ‘EMOSI.’ Kesimpulannya
adalah ketika kita menulis sebuah cerita, kita wajib memasukkan unsur EMOSI
dalam cerita itu. Sayangnya pelaksanaannya ternyata tidak semudah itu.
Ketika kita ingin
menulis, seringkali kita gak punya
ide. Orang-orang banyak yang mengistilahkan kondisi ini dengan writers’ block. Nah, untuk mengantispasi hal ini
ada dua hal yang bisa kita lakukan.
A. Memanfaatkan Emosi
Caranya sangat
sederhana. Caranya tuliskan semua perubahan EMOSI dalam kehidupan kita
sehari-hari. Metode ini biasa saya sebut dengan CERPENTING.
Singkatan dari Cerita Pendek Tidak Penting. Cerpenting adalah metode menuliskan
peristiwa-peristiwa REMEH yang
terjadi di sekeliling kita. Meskipun ceritanya sepele tapi ternyata kita ketawa
atau terharu atas peristiwa itu. Dengan kata lain emosi kita tergugah. Jadi
tuliskanlah peristiwa tersebut.
Perlu dipahami
benar, ya, bahwa ceritanya harus benar-benar TIDAK PENTING.
Kalau kalian menuliskan dilema diajak pacar untuk pindah agama maka itu cerita
penting. Kalau kalian bercerita tentang anak yang terpengaruh temannya
nyoba-nyoba narkoba maka itu cerita penting.
Cerpenting haruslah
cerita yang tidak penting itu sebabnya METODE LATIHAN MENULIS ini disebut cerpenting
= Cerita
Pendek Tidak Penting. Ceritanya bisa macam-macam. Cari cerita
yang paling REMEH tapi bikin kita ketawa, marah, terharu, pokoknya semua rasa
yang yang menggugah emosi kita. Misalnya yang punya anak kecil pastinya sering
ngakak melihat kelucuan anaknya. Iya, kan? Atau kita lagi naik motor terus
kehabisan bensin sementara kita juga lupa bawa duit karena gak sempat ke ATM. Udah jauh-jauh dorong motor pas sampai ternyata
mesin ATM-nya rusak. Ngeselin, kan?
TULISKAN! Atau kalian mau cerita horor waktu dikejar-kejar oleh kecoa terbang?
Pokoknya pengalaman remeh apapun yang kalian alami, selama itu menggugah emosi?
TULISKAN! Terserah kalianlah apa yang mau ditulis. Intinya apapun yang
menggugah emosi? Tuliskan!
Menulis cerpenting
memang menuliskan sesuatu yang TIDAK PENTING tapi manfaatnya SANGAT PENTING.
Kenapa? Kalau kita bisa menggugah emosi pembaca dengan topik yang SANGAT
SEPELE, apalagi kalau kita menuliskan hal yang SANGAT PENTING, pasti jadinya
bagus banget.
Jika sudah terbiasa
menulis cerpenting maka kita akan selalu mendapat pemicu untuk menulis. Ya,
pastilah, topik sepele aja kita mampu, kok. Itu poinnya.
Gak usah mikirin apa gunanya tulisan itu. Anggap saja itu adalah latihan menulis yang menyenangkan. Kenapa menyenangkan? Karena kita mengalaminya sendiri dan terbukti menggugah emosi, jadi gak ada salahnya kita abadikan.
Menulis itu persis kayak memasak. Supaya tambah enak, tambahkanlah bumbu-bumbu.
Gak usah mikirin apa gunanya tulisan itu. Anggap saja itu adalah latihan menulis yang menyenangkan. Kenapa menyenangkan? Karena kita mengalaminya sendiri dan terbukti menggugah emosi, jadi gak ada salahnya kita abadikan.
Menulis itu persis kayak memasak. Supaya tambah enak, tambahkanlah bumbu-bumbu.
Berikut beberapa
contoh cerpenting yang pernah saya tulis.
1.
BACA BUKU LOMPAT-LOMPAT
Sedang asyik makan
Ifumi di sebuah resto kecil di Senayan City, tiba-tiba seorang perempuan datang
mengagetkan saya.
“Om Bud. Wah, kok bisa ketemu di sini kita,” kata
Indri. Dia adalah temen saya di
industri periklanan.
“Hey, Indri. Pakabar lo?” tanya saya lalu
cipika-cipiki dengannya.
Dengan cuek Indri langsung bergabung di meja
saya lalu berkata, “Om Bud, gue udah
baca buku lo yang judulnya STORYTELLING. Bagus banget! Gue suka.”
“Kok bisa bilang
bagus? Emang lo udah abis bacanya?” Tanya
saya.
“Belom, sih,” katanya, “Abis gue bacanya lompat-lompat.”
Saya berhenti
menyuap Ifumi, memegang pundaknya lalu berkata, “Lain kali kalo baca buku, lo harus
duduk. Kalo lompat-lompat, ya, susah nyelesainnya.”
“HAHAHAHAHAHAHAHA….Gila
lo!!!”
Coba dibaca dulu, ya, cerpenting di atas. Coba perhatikan cerita
sederhana ini. Sama sekali gak
penting. Lucu, kan? Kalau mau kekinian, cerita ini bisa kita bikin versi videonya.
Maka jadilah konten menarik yang bisa kita posting di IG, Youtube dan lain-lain.
2.
PERCAKAPAN DI SEBUAH BAR
Saat itu saya
sedang berada di sebuah kafe dan duduk di bar bersama Boni. Karena home band yang main gak bagus, akhirnya
kami memutuskan untuk ngobrol aja ngediskusiin
band-band yang kami suka.
“Eh, Bon. Lo tau Superman is dead?” tanya saya.
Di luar dugaan Boni
menjawab,
“Hah?
Innalillahiiii….Kapaaan????” tanya Boni.
Hahahahahahaha…tentu
saja saya ngakak abis mendengar omongannya.
Silakan dibaca
contoh cerpenting di atas Coba perhatikan cerpenting di atas. Gampang banget
kalo mau dijadikan konten video. Luar biasa kan manfaat cerpenting?
Jadi mulai sekarang, setiap kalian tergugah emosinya, langsung dicatat.
Simpan di laptop. Kumpulkan dalam satu folder dan beri nama ‘SUMBER IDE.’
Setiap kali kita butuh ide untuk menulis, kita tinggal buka folder itu. Inspiratif, kan?
Kalau kita mau lebih peka terhadap apa yang terjadi pada kita sehari-hari, sebetulnya ada banyak yang bisa kita tuliskan menjadi cerpenting.
Jadi mulai sekarang, setiap kalian tergugah emosinya, langsung dicatat.
Simpan di laptop. Kumpulkan dalam satu folder dan beri nama ‘SUMBER IDE.’
Setiap kali kita butuh ide untuk menulis, kita tinggal buka folder itu. Inspiratif, kan?
Kalau kita mau lebih peka terhadap apa yang terjadi pada kita sehari-hari, sebetulnya ada banyak yang bisa kita tuliskan menjadi cerpenting.
B. Memancing Emosi
Metode yang kedua
adalah memancing emosi. Dari emosi yang kita dapat bisa kita konversikan
menjadi ide. Pernah kalian mendengar orang ngomong, “Jangan tunggu kaya lalu
baru berderma. Berdermalah dulu maka insyaa Allah kita akan menjadi kaya.” Ada
lagi yang kalimat yang mengatakan, “Jangan menunggu bahagia lalu baru
tersenyum. Tersenyumlah maka kebahagiaan akan datang padamu.” Dan masih banyak
lagi kalimat-kalimat motivasi dengan formulasi kalimat seperti di atas.
Saking banyaknya sampai saya curiga bahwa formulasi kalimat tersebut adalah RAHASIA KEHIDUPAN. Kenapa demikian? PLAK! (Aduh nyamuk banyak banget nih). Karena sepanjang pengalaman menulis, saya juga menemukan RAHASIA cara menulis tanpa ide. Dan setelah saya coba tuliskan rahasianya, ternyata FORMULASI-nya persis sama dengan formulasi kalimat-kalimat motivasi di atas. Bunyinya begini,
“JANGAN MENUNGGU IDE DATANG LALU BARU MENULIS. MENULISLAH DULU MAKA IDE AKAN DATANG PADAMU.”
Saking banyaknya sampai saya curiga bahwa formulasi kalimat tersebut adalah RAHASIA KEHIDUPAN. Kenapa demikian? PLAK! (Aduh nyamuk banyak banget nih). Karena sepanjang pengalaman menulis, saya juga menemukan RAHASIA cara menulis tanpa ide. Dan setelah saya coba tuliskan rahasianya, ternyata FORMULASI-nya persis sama dengan formulasi kalimat-kalimat motivasi di atas. Bunyinya begini,
“JANGAN MENUNGGU IDE DATANG LALU BARU MENULIS. MENULISLAH DULU MAKA IDE AKAN DATANG PADAMU.”
Persis sama kan
formulasi kalimatnya? Ajaib, ya? Pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa
menulis kalo belom ada ide? Sering kan kita ngedenger orang ngomong begini, ‘Gue sih mau nulis tapi belom ada ide nih.’
Nah, itu keliru. Itu salah. Salah besar!!!!
Perlu saya tekankan bahwa: IDE ITU GAK BOLEH DITUNGGU. IDE ITU HARUS DIPANCING.
Perlu saya tekankan bahwa: IDE ITU GAK BOLEH DITUNGGU. IDE ITU HARUS DIPANCING.
Persoalannya, cara
mancingnya gimana? Okay saya kasih
tau. Tapi jangan bilang siapa-siapa ya? Buat kita-kita aja di group ini, nih.
Hehehehe. Caranya begini: Coba perhatikan sekeliling kalian. Lalu tuliskan
benda-benda yang kita tangkap melalui pancaindera. Kemudian gabungkan dan susun
semua benda tadi menjadi satu kesatuan dalam beberapa kalimat.
Dengan menuliskan
apa yang ditemukan oleh pancaindera, tulisan tersebut akan berfungsi menjadi
pemicu supaya ide datang. Nah, metode menulis tanpa ide ini sudah saya praktekkan
bersama partner saya Asep Herna. Dia seorang penulis juga. Saya menemukan metodenya
dan Asep yang mempraktikkannya.
Suatu hari dia
mencoba memperaktikkan metode ini. Asep saat itu sedang berada di kamarnya dan
berniat hendak menulis sesuatu. Dengan menuliskan apa yang ditemukan oleh pancaindera,
tulisan tersebut akan berfungsi menjadi pemicu supaya ide datang. Tapi sayangnya
Kang Asep idenya lagi mandeg. Asep duduk di depan laptopnya yang sudah menyala
dari tadi tapi masih saja kosong tanpa satu huruf pun di atasnya. Asep
memandang ke sekeliling kamar dan mengamati benda apa saja yang terdapat di
kamarnya. Setelah itu dia menuliskan benda-benda yang ditemukannya. Benda-benda
tersebut adalah: PRINTER, KERTAS, DINDING, AC, JAM, LAPTOP.
Setelah itu, Asep mulai mengetik. Dia menyusun kalimat yang
menghubungkan semua benda tadi. Dan beginilah hasilnya:
“PRINTER warna hitam di depanku menungguiku kaku, ditemani
KERTAS-KERTAS kosong yang berserakan di sekitarnya. Aku lihat DINDING tampak
pucat, barangkali kedinginan karena berjam-jam disembur AC yang begitu angkuh.
JAM menunjukkan pukul 2 pagi. Tapi layar LAPTOPKU masih juga kosong. Dan hingga
detik ini, tak satupun ide bergairah menghampiri.”
Coba dibaca dulu ya. Dan perhatikan semua benda yang dipilihnya ditulis dalam kapital. Teman-teman sekalian. Coba perhatikan baik-baik. Asep mengaku belum punya ide untuk menulis. Tapi dia telah memiliki sebuah tulisan yang sangat bagus. Luar biasa, kan? Satu hal yang perlu dicatat bahwa Asep baru memanfaatkan INDERA PENGLIHATAN. Baru dari mata doang.
Asep telah membuat
sebuah tulisan yang bagus hanya dengan mengandalkan matanya.
Padahal kita masih mempunyai indera penciuman, pendengaran, pengecapan dan peraba sebagai device untuk bereksplorasi. Semua yang ditangkap panca indera sangat berpotensi untuk membuat tulisan pemancing ide. Misalnya kentongan satpam komplek yang sedang memukul tiang listrik, (pendengaran) bau Indomie yang sedang dimasak oleh teman kos-kosan kita, (penciuman) rasa kopi yang ternyata sudah kadaluwarsa, (pengecapan) rasa jijik ketika seekor kecoak berjalan di atas kaki kita (perabaan). Dan masih banyak lagi.
Padahal kita masih mempunyai indera penciuman, pendengaran, pengecapan dan peraba sebagai device untuk bereksplorasi. Semua yang ditangkap panca indera sangat berpotensi untuk membuat tulisan pemancing ide. Misalnya kentongan satpam komplek yang sedang memukul tiang listrik, (pendengaran) bau Indomie yang sedang dimasak oleh teman kos-kosan kita, (penciuman) rasa kopi yang ternyata sudah kadaluwarsa, (pengecapan) rasa jijik ketika seekor kecoak berjalan di atas kaki kita (perabaan). Dan masih banyak lagi.
Apa yang dilakukan
Asep Herna di atas tentunya dapat dilakukan oleh kita semua. Meskipun belom
punya ide. Nyalakanlah laptop kalian. Duduk di depannya. Buka software WORDS.
Taruh jemari kalian di atas tuts seakan-akan kalian sudah mendapat ide untuk
ditulis. Intinya adalah biasakan menulis dulu tanpa perlu menunggu ide datang.
Cara menulis
seperti itu adalah cara untuk memancing ide datang. Ketika ide sudah terjaring
barulah kita kemas menjadi tulisan yang menarik. Silakan kalian memperaktekkan
metode ini. Kalo bisa semua mencoba ya? Karena sebuah metode sulit dipahami
kalo gak dipraktekin. Setelah Asep mencoba ide tersebut, saya juga langsung
ikut mempraktekannya Masak yang bikin malah gak nyoba? Aneh banget dong. Seperti
Asep, saya memandang ke sekeliling saya. Kemudian saya pilih 6 benda yang
tertangkap pancaindera. Kalo bisa pilih 6 benda. Itu jumlah yang ideal. Kalo
kurang takutnya kedikitan. Kalo lebih ntar kita kebingungan sendiri karena
kebanyakan. Dan benda-benda yang saya pilih adalah: Sepatu tua, Kasur
kulkas, Pintu, handuk, Pancuran. Tanpa membutuhkan waktu lama, mungkin cuma beberapa menit, terciptalah tulisan sebagai berikut ini:
kulkas, Pintu, handuk, Pancuran. Tanpa membutuhkan waktu lama, mungkin cuma beberapa menit, terciptalah tulisan sebagai berikut ini:
Brak! PINTU kamar tidur kudorong dengan kuat sehingga menimbulkan
suara menggelegar. Aku terlalu capek sehingga langsung kubanting tubuhku di
atas KASUR yang empuk. Kepalaku mau pecah rasanya karena letih.
“Aku benci sama kamu!!!” Tiba-tiba terdengar suara mengagetkanku..
Aku mencari suara tersebut ternyata datangnya dari SEPATU TUA yang
sedang mojok di sudut kamar, di samping KULKAS.
“Kenapa kok benci?” tanyaku terheran-heran kok sepatu itu bisa
berbicara.
“Sejak kau memiliki sepatu baru, kau tidak pernah peduli lagi
padaku. I hate you!!”
Hah? Sepatu lamaku cemburu dan merasa dicampakkan. Aduh! Apakah
aku sudah gila?
“I HATE YOU!!!!!!”””
Dengan cepat aku berdiri meraih HANDUK lalu masuk ke kamar mandi.
Barangkali guyuran air dingin dari PANCURAN bisa menyegarkan tubuh dan
pikiranku. Bismillah….
Jadi begitu cara memancing ide teman-teman. Saya udah gak terhitung membawakan materi ini baik on air maupun off air. Dan biasanya para peserta merasa metode ini sangat membantu ketika otak kita mandeg. Coba kalian praktekkin karena ltian menulis ini menyenangkan. Buat yang ingin berlatih menulis, saya juga punya websitenya buat kalian memposting tulisan di sana. Ini link-nya https://thewriters.id/
Silakan register, jangan malu-malu. Web ini khusus saya buat untuk orang yang ingin berlatih menulis. Saya serasa berada di sebuah gedung dan menyimak Narasumber yang hebat. Perasaan serasa diacak-acak, kok baru sekarang ketemu.
Kalo kalian posting tulisan sebanyak 30 kali, bandingkan tulisan kalian yang pertama dan yang terakhir. Pasti terlihat kemajuannya.
Jadi begitu cara memancing ide teman-teman. Saya udah gak terhitung membawakan materi ini baik on air maupun off air. Dan biasanya para peserta merasa metode ini sangat membantu ketika otak kita mandeg. Coba kalian praktekkin karena ltian menulis ini menyenangkan. Buat yang ingin berlatih menulis, saya juga punya websitenya buat kalian memposting tulisan di sana. Ini link-nya https://thewriters.id/
Silakan register, jangan malu-malu. Web ini khusus saya buat untuk orang yang ingin berlatih menulis. Saya serasa berada di sebuah gedung dan menyimak Narasumber yang hebat. Perasaan serasa diacak-acak, kok baru sekarang ketemu.
Kalo kalian posting tulisan sebanyak 30 kali, bandingkan tulisan kalian yang pertama dan yang terakhir. Pasti terlihat kemajuannya.
Menulis itu sebuah proses. Menulis bukan skill yang bisa diperoleh
dalam waktu semalam. Jadi kita memang harus berlatih. Berlatih memang sebuah
periode yang membosankan. Itu sebabnya metode ini saya ciptakan supaya proses
latihan jadi menyenangkan.
Kita seperti lagi
melakukan permainan 6 kata. Situasinya fun
tapi berpotensi menjelma menjadi tulisan yang berkualitas master piece. Okay
teman-teman, seperti saya bilang di atas bahwa materi ini hanyalah bab bagian
dari buku saya yang berjudul ’Menulis Tanpa Ide.’ Kalo kalian berniat
membelinya, silakan hubungi penerbitnya lewat WA, namanya Andung di nomor: +62 816-523-773.
III.
Tanya Jawab
Pertanyaan 1 dari
Mr. Edi, Aceh: “Bagaimana menulis dengan
cara tanpa Ide?”
Lah? Semua materi
yg saya tulis barusan adalah jawabannya.
Pertanyaan 2 dari Wiwin
Wintarsih, Subang: “Apakah dalam
penulisan karya ilmiah, kalimat harus dalam susunan lengkap (ada SPO)?”
Dalam penulisan
ilmiah memang diperlukan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kan tetapi
bahasa Indonesia sudah banyak berkembang.
Pertanyaan 3: “Strategi apa yang harus disiapkan oleh
penulis?”
Ada banyak
variasinya. Kita bisa memakai kalimat aktif, kalimat pasif. Kita bisa memakai
simbol atau metafora. Tugas berat dalam penulis ilmiah adalah bagaimana pembaca
gak bosen. Dan variasi-variasi di ataslah caranya. Pilih dulu topik apa yang
harus kita tulis. Saran saya pilih topik yang paling kita kuasai. Jangan sok
pinter menuliskan fiksi ilmiah padahal kita kurang memahami masalahnya. Pembaca
akan kecewa dan bisa jadi kita di-bully
habis-habisan.
Pertanyaan 4 dari
Sumarjiyati, Gunungkidul: “Apakah dalam
penulisan cerpenting itu ada ketentuanya. Apakah harus sekian halaman agar bisa
jadi satu buku? Apakah 1 buku cerpenting itu hanya memuat cerita bahagia, lucu,
sedih saja atau boleh bermacam-macam?”
Kalo nulis gak usah
pedulikan panjangnya berapa. Tulis dulu aja sampe selesai. Apakah jadinya 1
halaman atau 100 halaman….itu gak masalah. Yang penting apa yang ada di dalam
hati kita telah terekspresikan sepenuhnya.
Pertanyaan 5 dari Isminatun,
Sukoharjo: “Apa saja ya bumbu agar
tulisan kita menarik?”
Banyak. Misalnya
kita bisa memakai kutipan orang lain. Kita bisa memasukkan humor ke salah satu
adegan cerita yang sesuai dengan konteksnya. Dan macam-macam lagi.
Pertanyaan 6 dari Reni
Deje,Bantaeng Sulsel: “Bagaimana mengubah
hal remeh yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari menjadi cerita yang menarik?”
Kalau cerita remeh
tersebut ternyata bisa bikin kita terharu, sedih atau ngakak, pas kita tuliskan pasti jadinya menarik. Karena cerita yang
bagus adalah yang menggugah emosi. Jadi emosinya udah ada. Kita tinggal
menuliskannya doang.
Pertanyaan 7 dari Aam
Nurhasanah, S.Pd., Lebak Banten: “Materinya
sangat menarik sekali pak. Tapi setiap saya menulis belum bisa panjang dan
ngalir pak Saya mau bertanya, Adakah aturan jumlah kata atau halaman dalam
penulisan CERPENTING?”
Jawabannya sama
dengan Pertanyaan 4. Kalau pertanyaannya sama mendingan gak usah di-posting
Pak Moderator. Kalau begitu ada sebagian orang yang suka dengan tulisan kita
yang ngeselin dan ada juga yang tidak suka, ya, pak.
Pertanyaan 8 dari Rustanti,
Bojong Gede: “Jadi sebetulnya dengan menulis
hal-hal yang ga penting itu bisa melatih tata bahasa tulisan kita juga, ya, Om Bud.”
Menulis itu bukan
untuk menyenangkan orang lain. Menulis itu adalah untuk menyenangkan diri
sendiri. Kalau orang ternyata suka, ya, anggap saja itu bonus.
Pertanyaan 9 dari Prihariyani,
Semarang: “Kalau di cerpen ada twist dan
di stand up comedy ada roasting. Dicerpenting apakah sama?”
Itu cuma metode
aja. Kalau ternyata kita menemukan twist
yang bagus silakan dipakai. Kalo kita merasa itu gak membuat tulisan kita jadi bagus, ya, lupakan. Dalam penulisan gak usah dipikirin rumus-rumus. Karena
menulis itu masalah imajinasi. Dan imajinasi itu selalu ngacak tanpa ada rumusnya.
Pertanyaan 10 dari Haddy
Priady: “Untuk mancing ide perlu pilih-pilih
lokasi ngga ya?”
Kalau mancing
ikan, iya. Kalau mancing ide cukup
dengan 2 metode di atas saja. 1. Memanfaatkan emosi. 2. Memancing dengan 6
benda.
Pertanyaan 11 dari Bu
Iez, Lumajang: “Bagaimana cara menggugah
emosi kalo suasana hati banyak tugas, apakah perlu menenangkan suasana hati
dulu? Memunculkan orang baca sampai ketawa itu apa perlu bakat melawak? Jika
punya bahasa datar saja apa bisa orang bikin ketawa?”
Tulisan harus
disesuaikan dengan karakter kita. Biasanya kita suka tergugah emosinya padah hal
seperti apa? Pokoknya kalau kita tergugah emosinya ya tuliskan! Soal jadinya
lucu, sedih, ngeselin, menghibur,
marah biarkan saja jadinya seperti apa. Pokoknya emosinya terdapat di dalamnya.
Pertanyaan 12 dari Rolly
F. N.: “Untuk buku non fiksi apakah
menulis tanpa ide ini bisa juga diterapkan secara maksimal?”
Bisa dong. Karena menulis tanpa ide itu
fungsinya untuk memancing ide.
Pertanyaan 13 dari Siti
F. R. Simamora,Tanjungbalai Sumut: Om Budi,
saya tiba-tiba dapat ide. Mohon pendapatnya.
Hari ini adalah hari pertama uji coba penggunaan aplikasi zoom
pada guru-guru. Bu Tiur sudah siap di depan laptopnya. Tiba saatnya panggilan
meeting Bu Tiur meminta anaknya untuk ikut join meeting dengan ibu kepsek. Si
Martua, anaknya Bu Tiur kemudian minta izin ke kamar mandi, setelah membantu
ibunya, untuk menyelesaikan hajat.
Bu Kepsek: Bu Tiur
suaranya di mute kan dulu, ya.
Bu Tiur: Apa, Bu?
Diemut? Apanya yang diemut?
Bu Kepsek:
Suaranya, Bu. Suaranya.
Bu Tiur: Si Martua?
Lagi di kamar mandi, Bu.
Bu Kepsek: Aduh,
bukan, Bu. Itu lho, speakernya di mute.
Bu Tiur: Bah, Bu Kepsek ini cemana nya? Masa saya disuruh
ngemut-ngemut speaker? Bu Kepsek: Alamak, siapa pulak yang nyuruh ibu ngemut
speaker?
Hahahahahaha….keren…keren!
Pertanyaan 14: “Pertemuan kemaren tema adalah sesuatu yang
penting dalam memulai menulis. Karena tema besar harus ada baik buku fiksi
maupun non fiksi, karena tema merupakan gambaran isi buku. Lalu bagaimana kita
merangkai antara ide yang satu dengan ide-ide berikutnya agar benang merahnya
tercapai?”
Dalam menulis
sebuah buku ada tema besar dengan konfliknya. Namun dalam setiap bab harus ada
konflik turunan/konflik yang lebih kecil namun berintegrasi dengan topik
besarnya. Itu yang membuat buku kita bagus karena kaya dimensi.
Pertanyaan 15 dari Anis,
Jatim: “Yang saya mau tanyakan saat
menuliskan hal-hal yang tidak penting seketika itu atau nunggu pas ada buku
catatan atau kita simpan voice di hp atau bagaimana?”
Kalau saya, setiap
dapat emotional moment selalu saya
tulis di HP. Di aplikasi Notes Samsung.
Nanti kalau sudah di rumah saya pindahkan ke laptop dan gabungkan dalam folder ‘GUDANG IDE.’ Semua saya kumpulkan
di sana.
Pertanyaan 16 dari Ridwan
Nurhadi: “Boleh Om Bud disimpulkan kemauan
lebih powerfull ketimbang ide.”
Poinnya bukan kedua-duanya.
Poinnya adalah bahwa kita sebagai manusia harus mempunyai creative attitude. Bahwa setiap hal-hal kecil yang kita tangkap
selalu membuat kita terpicu untuk menuliskannya.
Pertanyaan 17 dari Firdaus,
Jakarta: “Apakah menulis cerpenting itu
tetap memperhatikan kaidah-kaidah penulisan yang ada atau bebas? Lalu cerita yang
kita tulis apakah harus kejadian yang pernah kita alami atau boleh imajinasi
kita?”
PERCAKAPAN DENGAN CARAKA
Selepas makan siang dan sholat, saya dan teman2 caraka dan satpam
biasa berkumpul di pos satpam. Ga lama berselang dating salah satu caraka
bernama Jemi, lalu saya coba membuka diskusi dengan dia.
Saya: “Jem..gw nanya jujur ke lo neh..lo kl dipanggil bu Ety mau
ga..kl gw mah ga bakal mau jem..”
Jemi: “loh emang kenape pak fir?..pak fir kan wakil kepsek masa di
panggil kepsek bu Ety ga mau sih…”
Saya: “Sampe kapanpun gw ga akan mw dipanggil bu Ety…lo catet
yee..”sambil nada agak tinggi dan yang lain bingung liat sikap saya.
Jemi: “Jangan gitu pak fir…pak fir itu harus mw dipanggil bu Ety
kapan pun.”sambil ngelus pundak saya.
Saya: “Mana mau gw dipanggil bu Ety..kan nama gw Firdaus…masa
dipanggil bu Ety…hahaha”
Jemi: “jiaah…dasar wakil sarpras gelo…”jalan keluar pos satpam
sambil ngegerundel.
Dalam penulisan
kita akan memasuki dua ruangan. Yang satu ruang imajinasi. Yang lain ruang editing. Yang pertama harus kita masuki
adalah ruang imajinasi. Di sini kita harus berimajinasi sebebas-bebasnya.
Lupakan tata bahasa, lupakan norma dan lupakan nilai-nilai apapun. Setelah
cerita selesai ditulis barulah kita masuki ruang editing. Di sinilah semua tata bahasa dan nilai-nilai tadi kita
masukkan. Di sinilah hati nurani menjadi sensor kita.
Pertanyaan 18 dari Supyanto,
Kota Bekasi: “Ide itu harus dipancing,
apakah seperti memancing ikan, semakin bagus empan pancingannya, kecenderungan
semakin bagus hasilnya?”
Sudah dibahas. Kalau
memancingnya pake 6 benda!
Pertanyaan 19 dari WIJI,
Malang: “Jika kita membuat CERPENTING,
maka tulisan yang kita buat akan pendek-pendek saja. Bagaimana kita bisa
membuatnya menjadi buku?”
Sudah. Kayak metro
mini tuh P19.
Pertanyaan 20 dari Suheri,
Cikupa Tangerang: “Materinya ringan tapi
dahsyat. Terasa nikmat menyimaknya dan ga berasa belajar. Mengalir aja.
Kelihatan dan terasa mudah untuk menulis. Masalahnya adakah rumus jitu untuk
merangkai kata-kata kunci yang sudah kita tuliskan?”
Bisa kita buat
menjadi kumpulan cerita pendek. Kumpulan cerita pendek banyak disukai
belakangan ini karena anak jaman now
yang sering hang out di sosial media lebih
terbiasa membaca cerita yang tidak terlalu panjang. Saya bukan penganut
rumus-rumus. Karena penulisan itu masalah iamjinasi. Dan imajinasi itu ngacak tanpa ada rumusnya.
Pertanyaan 21: “Saya sedang nulis kisah nyata, bolehkah
disisipkan cerpenting dan memancing emosi?”
Boleh dong. Salah satu fungsi cerpenting
memang untuk diselipkan di sudut-sudut buku kita. Itu adalah cara memaksa
pembaca untuk membaca sampai habis. Karena cerpenting itu sangat menghibur.
Seperti intermezzo-lah kira-kira.
Pertanyaan 22 dari Rahma
Dharmasraya, Sumbar: “Kalau kita
mengambil ide dari benda di sekitar kita seperti yang Om Bud contohkan tadi hanya
untuk 1 paragraf saja. Lalu bagaimana kita menambah kalimatnya untuk bisa
menjadi 1 atau 2 halaman?”
Coba baca contoh
cerita saya yang ini: Brak! PINTU kamar
tidur kudorong dengan kuat sehingga menimbulkan suara menggelegar. Aku terlalu
capek sehingga langsung kubanting tubuhku di atas KASUR yang empuk. Kepalaku
mau pecah rasanya karena letih.
“Aku benci sama kamu!!!” Tiba-tiba terdengar suara mengagetkanku..Aku
mencari suara tersebut ternyata datangnya dari SEPATU TUA yang sedang mojok di sudut
kamar, di samping KULKAS.
“Kenapa kok benci?” tanyaku terheran-heran kok sepatu itu bisa
berbicara.
“Sejak kau memiliki sepatu baru, kau tidak pernah peduli lagi
padaku. I hate you!!”
Hah? Sepatu lamaku cemburu dan merasa dicampakkan. Aduh! Apakah
aku sudah gila?
“I HATE YOU!!!!!!”””
Dengan cepat aku berdiri meraih HANDUK lalu masuk ke kamar mandi.
Kalau saya mau bisa
saya bikin jadi novel yang seru. Saya bisa menulis setiap ada yang menginep di kosan
saya selalu terbunuh. Polisi menuduh saya adalah pembunuhnya karena gak ada orang lain lagi selain saya. Di ending cerita, ternyata sepatu tua
itulah yang membunuhnya. Sepatu tua itu rupanya sudah dimasukin roh jahat yang
entah dari mana datangnya.
Pertanyaan 23 dari MUKMININ,
Lamongan: “Ketika ngopi ada teman cerita
lucu bolehkan kita tulis jd cerita tanpa ide tadi?”
Boleh banget. Cerita yang kita dapat di
internet atau WA berantai, semua bisa kita masukkan. Supaya gak melanggar copyright, sebutkan sumbernya. Kalau gak tau, bilang saja cerita ini saya peroleh di WAG, FB, dan lain-lain.
Pertanyaan 24 dari Mausul,
Mempawah: “Bagaimana cara melatih diksi yang
baik agar enak di baca dan mengembangkan sebuah ide/tanpa ide menjadi sebuah
buku?”
Melatih diksi itu
masalah jam terbang. Harus latihan pelan-pelan. Misalnya ada kalimat: “Kau baluri lukaku dengan doa.” Itu diksi
yang keren, kan? Seharusnya membaluri luka dengan salep. Lalu didoakan supaya
sembuh. Jadi kita bisa menggunakan kata yang tidak biasa dengan menggunakan
kata kerja dari subyek yang berbeda.
Yolis
Y. A. Djami (Tilong-Kupang, NTT)
Minggu, 10 Mei 2020 (19.07
wita)
Comments
Post a Comment