MERANGKAI KATA TANPA IDE

I.              Pengantar
Bagaimana sih supaya kita bisa jago menulis? Ga ada jalan kecuali adalah latihan dan latihan menulis secara terus menerus. Untuk menjadi jago menulis emang satu-satunya cara, ya cuma itu. Perlu dipahami bahwa menulis adalah sebuah proses panjang dan ga mungkin langsung bisa secara instan. Siapa pun orangnya pasti ga ada yang tau-tau bisa langsung hebat tulisannya. Dan proses itu harus dijalani. Dan saya mengerti sepenuhnya bahwa yang namanya latihan itu pasti menjemukan.
Itu adalah kata-kata Om Bud di beberapa pelatihan menulis yang saya petik. Dan malam ini kita akan belajar langsung dari sang maestro Mas Budiman Hakim dengan moderatornya Pak Bambang Purwanto asal Bandung yang biasa disapa Mr. Bams. Mas Budiman diundang untuk mengawali pertemuan malam ini.  Selamat menikmati pembelajaran malam ini.
Kepada yang terhormat Mas Budiman, kami persilahkan! 

II.           Materi Pembelajaran
Assalamualaikum Warahmatullahi wabarokatuh. Selamat malam temen-teman semua. Nama saya Budiman Hakim. Biasa dipanggil Om Bud. Orang periklanan memanggil saya Om Bud. Anak-anak saya manggil saya Om Bud. Isteri saya manggil saya Om Bud. Bahkan mertua saya juga memanggil saya juga dengan Om Bud. Jadi kalian juga boleh manggil saya Om Bud kalau mau.
Malam ini saya diminta Om Jay untuk berbagi ilmu di sini. Bahkan Om Jay meminta saya secara spesifik untuk membawakan tema “MENULIS TANPA IDE.” Eh, ini saya langsung mulai atau perkenalan dulu, Pak Mod?
MENULIS TANPA IDE sebenArnya adalah judul buku saya yang terbaru. Dan materi yang akan saya bawakan adalah salah satu bab yang terdapat dalam buku ini. Jadi otomatis judul materi kita adalah Menulis tanpa ide.
Teman-teman sekalian, bagaimanakah kita menentukan sebuah tulisan itu menarik atau tidak? Mudah saja! Tulisan yang bagus adalah yang mampu menggugah EMOSI pembacanya. Jadi ketika membaca sebuah novel lalu kalian menangis tersedu-sedu karena isinya menguras air mata maka novel tersebut dapat dibilang sukses.
Begitu juga kalo kita menulis buku humor, patokan bagus atau tidaknya gampang banget. Cara menilainya cuma dengan 1 pertanyaan: Apakah buku kita mampu membuat pembaca tertawa terbahak-bahak?
Artinya ketika orang menangis atau tertawa, maka di situlah saat tulisan kita mampu menggugah EMOSI pembacanya. Jadi kata kuncinya adalah ‘EMOSI.’ Kesimpulannya adalah ketika kita menulis sebuah cerita, kita wajib memasukkan unsur EMOSI dalam cerita itu. Sayangnya pelaksanaannya ternyata tidak semudah itu.
Ketika kita ingin menulis, seringkali kita gak punya ide. Orang-orang banyak yang mengistilahkan kondisi ini dengan writers’ block. Nah, untuk mengantispasi hal ini ada dua hal yang bisa kita lakukan.

A. Memanfaatkan Emosi
Caranya sangat sederhana. Caranya tuliskan semua perubahan EMOSI dalam kehidupan kita sehari-hari. Metode ini biasa saya sebut dengan CERPENTING. Singkatan dari Cerita Pendek Tidak Penting. Cerpenting adalah metode menuliskan peristiwa-peristiwa REMEH yang terjadi di sekeliling kita. Meskipun ceritanya sepele tapi ternyata kita ketawa atau terharu atas peristiwa itu. Dengan kata lain emosi kita tergugah. Jadi tuliskanlah peristiwa tersebut.
Perlu dipahami benar, ya, bahwa ceritanya harus benar-benar TIDAK PENTING. Kalau kalian menuliskan dilema diajak pacar untuk pindah agama maka itu cerita penting. Kalau kalian bercerita tentang anak yang terpengaruh temannya nyoba-nyoba narkoba maka itu cerita penting.
Cerpenting haruslah cerita yang tidak penting itu sebabnya METODE LATIHAN MENULIS ini disebut cerpenting = Cerita Pendek Tidak Penting. Ceritanya bisa macam-macam. Cari cerita yang paling REMEH tapi bikin kita ketawa, marah, terharu, pokoknya semua rasa yang yang menggugah emosi kita. Misalnya yang punya anak kecil pastinya sering ngakak melihat kelucuan anaknya. Iya, kan? Atau kita lagi naik motor terus kehabisan bensin sementara kita juga lupa bawa duit karena gak sempat ke ATM. Udah jauh-jauh dorong motor pas sampai ternyata mesin ATM-nya rusak. Ngeselin, kan? TULISKAN! Atau kalian mau cerita horor waktu dikejar-kejar oleh kecoa terbang? Pokoknya pengalaman remeh apapun yang kalian alami, selama itu menggugah emosi? TULISKAN! Terserah kalianlah apa yang mau ditulis. Intinya apapun yang menggugah emosi? Tuliskan!
Menulis cerpenting memang menuliskan sesuatu yang TIDAK PENTING tapi manfaatnya SANGAT PENTING. Kenapa? Kalau kita bisa menggugah emosi pembaca dengan topik yang SANGAT SEPELE, apalagi kalau kita menuliskan hal yang SANGAT PENTING, pasti jadinya bagus banget.
Jika sudah terbiasa menulis cerpenting maka kita akan selalu mendapat pemicu untuk menulis. Ya, pastilah, topik sepele aja kita mampu, kok. Itu poinnya.
Gak usah mikirin apa gunanya tulisan itu.  Anggap saja itu adalah latihan menulis yang menyenangkan. Kenapa menyenangkan? Karena kita mengalaminya sendiri dan terbukti menggugah emosi, jadi gak ada salahnya kita abadikan.
Menulis itu persis kayak memasak. Supaya tambah enak, tambahkanlah bumbu-bumbu.
Berikut beberapa contoh cerpenting yang pernah saya tulis.
1.      BACA BUKU LOMPAT-LOMPAT
Sedang asyik makan Ifumi di sebuah resto kecil di Senayan City, tiba-tiba seorang perempuan datang mengagetkan saya.
“Om Bud. Wah, kok bisa ketemu di sini kita,” kata Indri. Dia adalah temen saya di industri periklanan.
“Hey, Indri. Pakabar lo?” tanya saya lalu cipika-cipiki dengannya.
Dengan cuek Indri langsung bergabung di meja saya lalu berkata, “Om Bud, gue udah baca buku lo yang judulnya STORYTELLING. Bagus banget! Gue suka.”
“Kok bisa bilang bagus? Emang lo udah abis bacanya?” Tanya saya.
“Belom, sih,” katanya, “Abis gue bacanya lompat-lompat.”
Saya berhenti menyuap Ifumi, memegang pundaknya lalu berkata, “Lain kali kalo baca buku, lo harus duduk. Kalo lompat-lompat, ya, susah nyelesainnya.”
“HAHAHAHAHAHAHAHA….Gila lo!!!”
Coba dibaca dulu, ya, cerpenting di atas. Coba perhatikan cerita sederhana ini. Sama sekali gak penting. Lucu, kan? Kalau mau kekinian, cerita ini bisa kita bikin versi videonya. Maka jadilah konten menarik yang bisa kita posting di IG, Youtube dan lain-lain. 

2.      PERCAKAPAN DI SEBUAH BAR
Saat itu saya sedang berada di sebuah kafe dan duduk di bar bersama Boni. Karena home band yang main gak bagus, akhirnya kami memutuskan untuk ngobrol aja ngediskusiin band-band yang kami suka.
“Eh, Bon. Lo tau Superman is dead?” tanya saya.
Di luar dugaan Boni menjawab,
“Hah? Innalillahiiii….Kapaaan????” tanya Boni.
Hahahahahahaha…tentu saja saya ngakak abis mendengar omongannya.
Silakan dibaca contoh cerpenting di atas Coba perhatikan cerpenting di atas. Gampang banget kalo mau dijadikan konten video. Luar biasa kan manfaat cerpenting?
Jadi mulai sekarang, setiap kalian tergugah emosinya, langsung dicatat.
Simpan di laptop. Kumpulkan dalam satu folder dan beri nama ‘SUMBER IDE.’
Setiap kali kita butuh ide untuk menulis, kita tinggal buka folder itu. Inspiratif, kan?
Kalau kita mau lebih peka terhadap apa yang terjadi pada kita sehari-hari, sebetulnya ada banyak yang bisa kita tuliskan menjadi cerpenting.

B. Memancing Emosi
Metode yang kedua adalah memancing emosi. Dari emosi yang kita dapat bisa kita konversikan menjadi ide. Pernah kalian mendengar orang ngomong, “Jangan tunggu kaya lalu baru berderma. Berdermalah dulu maka insyaa Allah kita akan menjadi kaya.” Ada lagi yang kalimat yang mengatakan, “Jangan menunggu bahagia lalu baru tersenyum. Tersenyumlah maka kebahagiaan akan datang padamu.” Dan masih banyak lagi kalimat-kalimat motivasi dengan formulasi kalimat seperti di atas.
Saking banyaknya sampai saya curiga bahwa formulasi kalimat tersebut adalah RAHASIA KEHIDUPAN. Kenapa demikian? PLAK! (Aduh nyamuk banyak banget nih). Karena sepanjang pengalaman menulis, saya juga menemukan RAHASIA cara menulis tanpa ide. Dan setelah saya coba tuliskan rahasianya, ternyata FORMULASI-nya persis sama dengan formulasi kalimat-kalimat motivasi di atas.
Bunyinya begini,
 “JANGAN MENUNGGU IDE DATANG LALU BARU MENULIS. MENULISLAH DULU MAKA IDE AKAN DATANG PADAMU.”
Persis sama kan formulasi kalimatnya? Ajaib, ya? Pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa menulis kalo belom ada ide? Sering kan kita ngedenger orang ngomong begini, ‘Gue sih mau nulis tapi belom ada ide nih.’ Nah, itu keliru. Itu salah. Salah besar!!!!
Perlu saya tekankan bahwa: IDE ITU GAK BOLEH DITUNGGU. IDE ITU HARUS DIPANCING.
Persoalannya, cara mancingnya gimana? Okay saya kasih tau. Tapi jangan bilang siapa-siapa ya? Buat kita-kita aja di group ini, nih. Hehehehe. Caranya begini: Coba perhatikan sekeliling kalian. Lalu tuliskan benda-benda yang kita tangkap melalui pancaindera. Kemudian gabungkan dan susun semua benda tadi menjadi satu kesatuan dalam beberapa kalimat.
Dengan menuliskan apa yang ditemukan oleh pancaindera, tulisan tersebut akan berfungsi menjadi pemicu supaya ide datang. Nah, metode menulis tanpa ide ini sudah saya praktekkan bersama partner saya Asep Herna. Dia seorang penulis juga. Saya menemukan metodenya dan Asep yang mempraktikkannya.
Suatu hari dia mencoba memperaktikkan metode ini. Asep saat itu sedang berada di kamarnya dan berniat hendak menulis sesuatu. Dengan menuliskan apa yang ditemukan oleh pancaindera, tulisan tersebut akan berfungsi menjadi pemicu supaya ide datang. Tapi sayangnya Kang Asep idenya lagi mandeg. Asep duduk di depan laptopnya yang sudah menyala dari tadi tapi masih saja kosong tanpa satu huruf pun di atasnya. Asep memandang ke sekeliling kamar dan mengamati benda apa saja yang terdapat di kamarnya. Setelah itu dia menuliskan benda-benda yang ditemukannya. Benda-benda tersebut adalah: PRINTER, KERTAS, DINDING, AC, JAM, LAPTOP.
Setelah itu, Asep mulai mengetik. Dia menyusun kalimat yang menghubungkan semua benda tadi. Dan beginilah hasilnya:
“PRINTER warna hitam di depanku menungguiku kaku, ditemani KERTAS-KERTAS kosong yang berserakan di sekitarnya. Aku lihat DINDING tampak pucat, barangkali kedinginan karena berjam-jam disembur AC yang begitu angkuh. JAM menunjukkan pukul 2 pagi. Tapi layar LAPTOPKU masih juga kosong. Dan hingga detik ini, tak satupun ide bergairah menghampiri.

Coba dibaca dulu ya. Dan perhatikan semua benda yang dipilihnya ditulis dalam kapital. Teman-teman sekalian. Coba perhatikan baik-baik. Asep mengaku belum punya ide untuk menulis. Tapi dia telah memiliki sebuah tulisan yang sangat bagus. Luar biasa, kan? Satu hal yang perlu dicatat bahwa Asep baru memanfaatkan INDERA PENGLIHATAN. Baru dari mata doang.
Asep telah membuat sebuah tulisan yang bagus hanya dengan mengandalkan matanya.
Padahal kita masih mempunyai indera penciuman, pendengaran, pengecapan dan peraba sebagai device untuk bereksplorasi. Semua yang ditangkap panca indera sangat berpotensi untuk membuat tulisan pemancing ide. Misalnya kentongan satpam komplek yang sedang memukul tiang listrik, (pendengaran) bau Indomie yang sedang dimasak oleh teman kos-kosan kita, (penciuman) rasa kopi yang ternyata sudah kadaluwarsa, (pengecapan) rasa jijik ketika seekor kecoak berjalan di atas kaki kita (perabaan). Dan masih banyak lagi.
Apa yang dilakukan Asep Herna di atas tentunya dapat dilakukan oleh kita semua. Meskipun belom punya ide. Nyalakanlah laptop kalian. Duduk di depannya. Buka software WORDS. Taruh jemari kalian di atas tuts seakan-akan kalian sudah mendapat ide untuk ditulis. Intinya adalah biasakan menulis dulu tanpa perlu menunggu ide datang.
Cara menulis seperti itu adalah cara untuk memancing ide datang. Ketika ide sudah terjaring barulah kita kemas menjadi tulisan yang menarik. Silakan kalian memperaktekkan metode ini. Kalo bisa semua mencoba ya? Karena sebuah metode sulit dipahami kalo gak dipraktekin. Setelah Asep mencoba ide tersebut, saya juga langsung ikut mempraktekannya Masak yang bikin malah gak nyoba? Aneh banget dong. Seperti Asep, saya memandang ke sekeliling saya. Kemudian saya pilih 6 benda yang tertangkap pancaindera. Kalo bisa pilih 6 benda. Itu jumlah yang ideal. Kalo kurang takutnya kedikitan. Kalo lebih ntar kita kebingungan sendiri karena kebanyakan. Dan benda-benda yang saya pilih adalah: Sepatu tua, Kasur
kulkas, Pintu, handuk, Pancuran. Tanpa membutuhkan waktu lama, mungkin cuma beberapa menit, terciptalah tulisan sebagai berikut ini:
Brak! PINTU kamar tidur kudorong dengan kuat sehingga menimbulkan suara menggelegar. Aku terlalu capek sehingga langsung kubanting tubuhku di atas KASUR yang empuk. Kepalaku mau pecah rasanya karena letih.
“Aku benci sama kamu!!!” Tiba-tiba terdengar suara mengagetkanku..
Aku mencari suara tersebut ternyata datangnya dari SEPATU TUA yang sedang mojok di sudut kamar, di samping KULKAS.
“Kenapa kok benci?” tanyaku terheran-heran kok sepatu itu bisa berbicara.
“Sejak kau memiliki sepatu baru, kau tidak pernah peduli lagi padaku. I hate you!!”
Hah? Sepatu lamaku cemburu dan merasa dicampakkan. Aduh! Apakah aku sudah gila?
“I HATE YOU!!!!!!”””
Dengan cepat aku berdiri meraih HANDUK lalu masuk ke kamar mandi. Barangkali guyuran air dingin dari PANCURAN bisa menyegarkan tubuh dan pikiranku. Bismillah….

Jadi begitu cara memancing ide teman-teman. Saya udah gak terhitung membawakan materi ini baik on air maupun off air. Dan biasanya para peserta merasa metode ini sangat membantu ketika otak kita mandeg. Coba kalian praktekkin karena ltian menulis ini menyenangkan. Buat yang ingin berlatih menulis, saya juga punya websitenya buat kalian memposting tulisan di sana. Ini link-nya 
https://thewriters.id/
Silakan register, jangan malu-malu. Web ini khusus saya buat untuk orang yang ingin berlatih menulis. Saya serasa berada di sebuah gedung dan menyimak Narasumber yang hebat. Perasaan serasa diacak-acak, kok baru sekarang ketemu.
Kalo kalian posting tulisan sebanyak 30 kali, bandingkan tulisan kalian yang pertama dan yang terakhir. Pasti terlihat kemajuannya.
Menulis itu sebuah proses. Menulis bukan skill yang bisa diperoleh dalam waktu semalam. Jadi kita memang harus berlatih. Berlatih memang sebuah periode yang membosankan. Itu sebabnya metode ini saya ciptakan supaya proses latihan jadi menyenangkan.
Kita seperti lagi melakukan permainan 6 kata. Situasinya fun tapi berpotensi menjelma menjadi tulisan yang berkualitas master piece. Okay teman-teman, seperti saya bilang di atas bahwa materi ini hanyalah bab bagian dari buku saya yang berjudul ’Menulis Tanpa Ide.’ Kalo kalian berniat membelinya, silakan hubungi penerbitnya lewat WA, namanya Andung di nomor: +62 816-523-773.
III.        Tanya Jawab
Pertanyaan 1 dari Mr. Edi, Aceh: “Bagaimana menulis dengan cara tanpa Ide?
Lah? Semua materi yg saya tulis barusan adalah jawabannya.
Pertanyaan 2 dari Wiwin Wintarsih, Subang: “Apakah dalam penulisan karya ilmiah, kalimat harus dalam susunan lengkap (ada SPO)?
Dalam penulisan ilmiah memang diperlukan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kan tetapi bahasa Indonesia sudah banyak berkembang.
Pertanyaan 3: “Strategi apa yang harus disiapkan oleh penulis?
Ada banyak variasinya. Kita bisa memakai kalimat aktif, kalimat pasif. Kita bisa memakai simbol atau metafora. Tugas berat dalam penulis ilmiah adalah bagaimana pembaca gak bosen. Dan variasi-variasi di ataslah caranya. Pilih dulu topik apa yang harus kita tulis. Saran saya pilih topik yang paling kita kuasai. Jangan sok pinter menuliskan fiksi ilmiah padahal kita kurang memahami masalahnya. Pembaca akan kecewa dan bisa jadi kita di-bully habis-habisan.
Pertanyaan 4 dari Sumarjiyati, Gunungkidul: “Apakah dalam penulisan cerpenting itu ada ketentuanya. Apakah harus sekian halaman agar bisa jadi satu buku? Apakah 1 buku cerpenting itu hanya memuat cerita bahagia, lucu, sedih saja atau boleh bermacam-macam?
Kalo nulis gak usah pedulikan panjangnya berapa. Tulis dulu aja sampe selesai. Apakah jadinya 1 halaman atau 100 halaman….itu gak masalah. Yang penting apa yang ada di dalam hati kita telah terekspresikan sepenuhnya.
Pertanyaan 5 dari Isminatun, Sukoharjo: “Apa saja ya bumbu agar tulisan kita menarik?
Banyak. Misalnya kita bisa memakai kutipan orang lain. Kita bisa memasukkan humor ke salah satu adegan cerita yang sesuai dengan konteksnya. Dan macam-macam lagi.
Pertanyaan 6 dari Reni Deje,Bantaeng Sulsel: “Bagaimana mengubah hal remeh yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari menjadi cerita yang menarik?
Kalau cerita remeh tersebut ternyata bisa bikin kita terharu, sedih atau ngakak, pas kita tuliskan pasti jadinya menarik. Karena cerita yang bagus adalah yang menggugah emosi. Jadi emosinya udah ada. Kita tinggal menuliskannya doang.
Pertanyaan 7 dari Aam Nurhasanah, S.Pd., Lebak Banten: “Materinya sangat menarik sekali pak. Tapi setiap saya menulis belum bisa panjang dan ngalir pak Saya mau bertanya, Adakah aturan jumlah kata atau halaman dalam penulisan CERPENTING?
Jawabannya sama dengan Pertanyaan 4. Kalau pertanyaannya sama mendingan gak usah di-posting Pak Moderator. Kalau begitu ada sebagian orang yang suka dengan tulisan kita yang ngeselin dan ada juga yang tidak suka, ya, pak.
Pertanyaan 8 dari Rustanti, Bojong Gede: “Jadi sebetulnya dengan menulis hal-hal yang ga penting itu bisa melatih tata bahasa tulisan kita juga, ya, Om Bud.
Menulis itu bukan untuk menyenangkan orang lain. Menulis itu adalah untuk menyenangkan diri sendiri. Kalau orang ternyata suka, ya, anggap saja itu bonus.
Pertanyaan 9 dari Prihariyani, Semarang: “Kalau di cerpen ada twist dan di stand up comedy ada roasting. Dicerpenting apakah sama?
Itu cuma metode aja. Kalau ternyata kita menemukan twist yang bagus silakan dipakai. Kalo kita merasa itu gak membuat tulisan kita jadi bagus, ya, lupakan. Dalam penulisan gak usah dipikirin rumus-rumus. Karena menulis itu masalah imajinasi. Dan imajinasi itu selalu ngacak tanpa ada rumusnya.
Pertanyaan 10 dari Haddy Priady: “Untuk mancing ide perlu pilih-pilih lokasi ngga ya?
 Kalau mancing ikan, iya. Kalau mancing ide cukup dengan 2 metode di atas saja. 1. Memanfaatkan emosi. 2. Memancing dengan 6 benda.
Pertanyaan 11 dari Bu Iez, Lumajang: “Bagaimana cara menggugah emosi kalo suasana hati banyak tugas, apakah perlu menenangkan suasana hati dulu? Memunculkan orang baca sampai ketawa itu apa perlu bakat melawak? Jika punya bahasa datar saja apa bisa orang bikin ketawa?
Tulisan harus disesuaikan dengan karakter kita. Biasanya kita suka tergugah emosinya padah hal seperti apa? Pokoknya kalau kita tergugah emosinya ya tuliskan! Soal jadinya lucu, sedih, ngeselin, menghibur, marah biarkan saja jadinya seperti apa. Pokoknya emosinya terdapat di dalamnya.
Pertanyaan 12 dari Rolly F. N.: “Untuk buku non fiksi apakah menulis tanpa ide ini bisa juga diterapkan secara maksimal?
Bisa dong. Karena menulis tanpa ide itu fungsinya untuk memancing ide.
Pertanyaan 13 dari Siti F. R. Simamora,Tanjungbalai Sumut: Om Budi, saya tiba-tiba dapat ide. Mohon pendapatnya.
Hari ini adalah hari pertama uji coba penggunaan aplikasi zoom pada guru-guru. Bu Tiur sudah siap di depan laptopnya. Tiba saatnya panggilan meeting Bu Tiur meminta anaknya untuk ikut join meeting dengan ibu kepsek. Si Martua, anaknya Bu Tiur kemudian minta izin ke kamar mandi, setelah membantu ibunya, untuk menyelesaikan hajat.
Bu Kepsek: Bu Tiur suaranya di mute kan dulu, ya.
Bu Tiur: Apa, Bu? Diemut? Apanya yang diemut?
Bu Kepsek: Suaranya, Bu. Suaranya.
Bu Tiur: Si Martua? Lagi di kamar mandi, Bu.
Bu Kepsek: Aduh, bukan, Bu. Itu lho, speakernya di mute.
Bu Tiur: Bah, Bu Kepsek ini cemana nya? Masa saya disuruh ngemut-ngemut speaker? Bu Kepsek: Alamak, siapa pulak yang nyuruh ibu ngemut speaker?
Hahahahahaha….keren…keren! 
Pertanyaan 14: “Pertemuan kemaren tema adalah sesuatu yang penting dalam memulai menulis. Karena tema besar harus ada baik buku fiksi maupun non fiksi, karena tema merupakan gambaran isi buku. Lalu bagaimana kita merangkai antara ide yang satu dengan ide-ide berikutnya agar benang merahnya tercapai?
Dalam menulis sebuah buku ada tema besar dengan konfliknya. Namun dalam setiap bab harus ada konflik turunan/konflik yang lebih kecil namun berintegrasi dengan topik besarnya. Itu yang membuat buku kita bagus karena kaya dimensi.
Pertanyaan 15 dari Anis, Jatim: “Yang saya mau tanyakan saat menuliskan hal-hal yang tidak penting seketika itu atau nunggu pas ada buku catatan atau kita simpan voice di hp atau bagaimana?
Kalau saya, setiap dapat emotional moment selalu saya tulis di HP. Di aplikasi Notes Samsung. Nanti kalau sudah di rumah saya pindahkan ke laptop dan gabungkan dalam folder ‘GUDANG IDE.’ Semua saya kumpulkan di sana.
Pertanyaan 16 dari Ridwan Nurhadi: “Boleh Om Bud disimpulkan kemauan lebih powerfull ketimbang ide.
Poinnya bukan kedua-duanya. Poinnya adalah bahwa kita sebagai manusia harus mempunyai creative attitude. Bahwa setiap hal-hal kecil yang kita tangkap selalu membuat kita terpicu untuk menuliskannya.
Pertanyaan 17 dari Firdaus, Jakarta: “Apakah menulis cerpenting itu tetap memperhatikan kaidah-kaidah penulisan yang ada atau bebas? Lalu cerita yang kita tulis apakah harus kejadian yang pernah kita alami atau boleh imajinasi kita?
PERCAKAPAN DENGAN CARAKA
Selepas makan siang dan sholat, saya dan teman2 caraka dan satpam biasa berkumpul di pos satpam. Ga lama berselang dating salah satu caraka bernama Jemi, lalu saya coba membuka diskusi dengan dia.
Saya: “Jem..gw nanya jujur ke lo neh..lo kl dipanggil bu Ety mau ga..kl gw mah ga bakal mau jem..”
Jemi: “loh emang kenape pak fir?..pak fir kan wakil kepsek masa di panggil kepsek bu Ety ga mau sih…”
Saya: “Sampe kapanpun gw ga akan mw dipanggil bu Ety…lo catet yee..”sambil nada agak tinggi dan yang lain bingung liat sikap saya.
Jemi: “Jangan gitu pak fir…pak fir itu harus mw dipanggil bu Ety kapan pun.”sambil ngelus pundak saya.
Saya: “Mana mau gw dipanggil bu Ety..kan nama gw Firdaus…masa dipanggil bu Ety…hahaha”
Jemi: “jiaah…dasar wakil sarpras gelo…”jalan keluar pos satpam sambil ngegerundel.

Dalam penulisan kita akan memasuki dua ruangan. Yang satu ruang imajinasi. Yang lain ruang editing. Yang pertama harus kita masuki adalah ruang imajinasi. Di sini kita harus berimajinasi sebebas-bebasnya. Lupakan tata bahasa, lupakan norma dan lupakan nilai-nilai apapun. Setelah cerita selesai ditulis barulah kita masuki ruang editing. Di sinilah semua tata bahasa dan nilai-nilai tadi kita masukkan. Di sinilah hati nurani menjadi sensor kita.
Pertanyaan 18 dari Supyanto, Kota Bekasi: “Ide itu harus dipancing, apakah seperti memancing ikan, semakin bagus empan pancingannya, kecenderungan semakin bagus hasilnya?
Sudah dibahas. Kalau memancingnya pake 6 benda!
Pertanyaan 19 dari WIJI, Malang: “Jika kita membuat CERPENTING, maka tulisan yang kita buat akan pendek-pendek saja. Bagaimana kita bisa membuatnya menjadi buku?
Sudah. Kayak metro mini tuh P19.
Pertanyaan 20 dari Suheri, Cikupa Tangerang: “Materinya ringan tapi dahsyat. Terasa nikmat menyimaknya dan ga berasa belajar. Mengalir aja. Kelihatan dan terasa mudah untuk menulis. Masalahnya adakah rumus jitu untuk merangkai kata-kata kunci yang sudah kita tuliskan?
Bisa kita buat menjadi kumpulan cerita pendek. Kumpulan cerita pendek banyak disukai belakangan ini karena anak jaman now yang sering hang out di sosial media lebih terbiasa membaca cerita yang tidak terlalu panjang. Saya bukan penganut rumus-rumus. Karena penulisan itu masalah iamjinasi. Dan imajinasi itu ngacak tanpa ada rumusnya.
Pertanyaan 21: “Saya sedang nulis kisah nyata, bolehkah disisipkan cerpenting dan memancing emosi?
Boleh dong. Salah satu fungsi cerpenting memang untuk diselipkan di sudut-sudut buku kita. Itu adalah cara memaksa pembaca untuk membaca sampai habis. Karena cerpenting itu sangat menghibur. Seperti intermezzo-lah kira-kira.
Pertanyaan 22 dari Rahma Dharmasraya, Sumbar: “Kalau kita mengambil ide dari benda di sekitar kita seperti yang Om Bud contohkan tadi hanya untuk 1 paragraf saja. Lalu bagaimana kita menambah kalimatnya untuk bisa menjadi 1 atau 2 halaman?
Coba baca contoh cerita saya yang ini: Brak! PINTU kamar tidur kudorong dengan kuat sehingga menimbulkan suara menggelegar. Aku terlalu capek sehingga langsung kubanting tubuhku di atas KASUR yang empuk. Kepalaku mau pecah rasanya karena letih.
“Aku benci sama kamu!!!” Tiba-tiba terdengar suara mengagetkanku..Aku mencari suara tersebut ternyata datangnya dari SEPATU TUA yang sedang mojok di sudut kamar, di samping KULKAS.
“Kenapa kok benci?” tanyaku terheran-heran kok sepatu itu bisa berbicara.
“Sejak kau memiliki sepatu baru, kau tidak pernah peduli lagi padaku. I hate you!!”
Hah? Sepatu lamaku cemburu dan merasa dicampakkan. Aduh! Apakah aku sudah gila?
“I HATE YOU!!!!!!”””
Dengan cepat aku berdiri meraih HANDUK lalu masuk ke kamar mandi.
Kalau saya mau bisa saya bikin jadi novel yang seru. Saya bisa menulis setiap ada yang menginep di kosan saya selalu terbunuh. Polisi menuduh saya adalah pembunuhnya karena gak ada orang lain lagi selain saya. Di ending cerita, ternyata sepatu tua itulah yang membunuhnya. Sepatu tua itu rupanya sudah dimasukin roh jahat yang entah dari mana datangnya.
Pertanyaan 23 dari MUKMININ, Lamongan: “Ketika ngopi ada teman cerita lucu bolehkan kita tulis jd cerita tanpa ide tadi?
Boleh banget. Cerita yang kita dapat di internet atau WA berantai, semua bisa kita masukkan. Supaya gak melanggar copyright, sebutkan sumbernya. Kalau gak tau, bilang saja cerita ini saya peroleh di WAG, FB, dan lain-lain.
Pertanyaan 24 dari Mausul, Mempawah: “Bagaimana cara melatih diksi yang baik agar enak di baca dan mengembangkan sebuah ide/tanpa ide menjadi sebuah buku?
Melatih diksi itu masalah jam terbang. Harus latihan pelan-pelan. Misalnya ada kalimat: “Kau baluri lukaku dengan doa.” Itu diksi yang keren, kan? Seharusnya membaluri luka dengan salep. Lalu didoakan supaya sembuh. Jadi kita bisa menggunakan kata yang tidak biasa dengan menggunakan kata kerja dari subyek yang berbeda.


Yolis Y. A. Djami (Tilong-Kupang, NTT)
Minggu, 10 Mei 2020 (19.07 wita)

Comments

Popular posts from this blog

TEACHER

BERIRING

AKU ADA SEBAGAIMANA AKU ADA KARENA MEREKA ADA BAGIKU