MENULIS WALAU SIBUK


I.              Pengantar
Mohon izin WA Group ini omjay tutup sementara untuk persiapan kuliah online pada hari Selasa ini tanggal 5 Mei 2020 pukul 13.00-15.00 wib bersama bapak Much Khoirin atau biasa disapa Master Emcho.
“Selamat siang guru-guru hebat Indonesia. Siang ini kita akan mendapatkan pencerahan tambahan pengetahuan dari Pak Emcho.”
“Kepada Pak Emcho kami persilakan.”

II.            Materi Pembelajaran
Selamat siang, Bapak-Ibu sekalian, salam sejahtera untuk kita semua. Semoga sehat senantiasa. Bahagia sekali kita bisa berjumpa dalam sebuah grup kreatif yang telah didesain untuk belajar bersama, saling menguatkan, saling mengisi untuk  menulis.
Pertama-tama saya mohon izin untuk mengenalkan diri. Saya Much. Khoiri, dosen dan penulis 42 buku dari Unesa Surabaya. Saya mulai memuatkan tulisan di media cetak sejak 1986/1987 (kuliah semester 3), jadi saya tidak perlu kisahkan semuanya di sini. Mohon izin saya sampaikan biodata atau profil singkat saya berikut ini.
Much. Khoiri atau dikenal dengan Master Emcho lahir di Desa Bacem, Madiun 24 Maret 1965, Much. Kini menjadi dosen dan penulis buku dari FBS Universitas Negeri Surabaya (Unesa), trainer, editor, penggerak literasi. Alumnus International Writing Program di University of Iowa (1993) dan Summer Institute in American Studies di Chinese University of Hong Kong (1996) ini trainer untuk berbagai pelatihan motivasi dan literasi. Ia masuk dalam buku 50 Tokoh Inspiratif Alumni Unesa (2014). Pernah menjadi Redaktur Pelaksana jurnal kebudayaan Kalimas dan penasihat jurnal berbahasa Inggris Emerald. Pernah menjadi redaktur Jurnal Sastra dan Seni. Selain menghidupkan beberapa komunitas penulis, ia juga pernah mengomandani Ngaji Sastra di Pusat Bahasa Unesa bersama para sastrawan. Karya-karyanya (fiksi dan nonfiksi) pernah dimuat di berbagai media cetak, jurnal, dan online baik dalam dan luar negeri. Ia telah menerbitkan 42 judul buku tentang budaya, sastra, dan menulis kreatif baik mandiri maupun antologi. Buku larisnya antara lain: Jejak Budaya Meretas Peradaban (2014), Rahasia TOP Menulis (2014), Pagi Pegawai Petang Pengarang (2015), Much. Khoiri dalam 38 Wacana (2016), kumpuis Gerbang Kata (2016), Bukan Jejak Budaya (2016), Mata Kata: Dari Literasi Diri (2017),  Write or Die: Jangan Mati sebelum Menulis Buku (2017), Virus Emcho: Berbagi Epidemi Inspirasi (2017), Writing Is Selling (2018), Praktik Literasi Guru Penulis Bojonegoro (2020), Virus Emcho: Melintas Batas Ruang Waktu (2020), dan SOS Sapa Ora Sibuk: Menulis dalam Kesibukan (2020). Sekarang dia sedang menyiapkan naskah buku tentang menulis, budaya, literasi, dan karya sastra (puisi dan cerpen). Dia cukup aktif menulis di muchkhoiriunesa.blogspot.com; www.kompasiana.com/much-khoiri; muchkhoiri.gurusiana.id.; jalindo.net; dan sahabatpenakita.id. Instagram: @much.khoiri dan @emcho_bookstore. Emailnya: muchkhoiriunesa@gmail.com dan muchkoiri@unesa.ac.id.  HP/WA: 081331450689. Facebook: Much Khoiri-90.
Baiklah, Bapak-Ibu sekalian, mohon izin saya memulai paparan saya berikut ini.
Siapa yang tidak sibuk? Semua orang sibuk. Yang bekerja di kantor atau bekerja sendiri, semua sibuk. Pengangguran pun sibuk. Yang main-main pun sibuk dengan mainannya. Subyek tanpa kata kerja tidak ada gunanya. Mati. Hakikatnya selama kita masih hidup akan selalu dalam waktu sibuk.
Dibalik kesibukan ada kesempatan. Yang terpenting di sini adalah bagaimana kita mengatur kesibukan. Yang diperlukan dalam konteks menulis adalah sikap kita terhadap kesibukan. Bila sikap kita positif, akan menghasilkan reaksi positif. Kesibukan harus selalu ada, harus bersama kita. Seorang penulis sejati akan mencurahkan daya dan pikirannya untuk menghasilkan tulisan. Andaikata ia tidak sedang menulis, ia pastilah memikirkan tentang apa yang ia akan tulis. Ada waktu yang istimewa yang dipilihnya yang paling nyaman untuk larut dalam menulis. Ia tidak akan membiarkan satu hari pun tanpa menulis. Menulis sama wajibnya dengan membaca.
Mengapa harus menulis? Menulis untuk sesuatu yang perlu diperjuangkan. Pramoedya Ananta Tour berkata: “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” Kemudian sastrawan senior Indonesia lainnya, Budi Darma juga berpendapat: “Begitu seorang  pengarang mati, tugasnya sebagai pengarang tidak dapat diambil alih orang  lain. Sebaliknya, jika dekan, camat dan mantri polisi mati, dalam waktu singkat akan ada orang yang dapat dan mampu menggantikannya.”
1.      Tetapkan niat menulis.
Apa yang membuat kita berniat menulis. Niat dan keyakinan menjadi daya dorong untuk tetap menulis. Niat ada dua: Abstrak dan pragmatis. Yang abstrak, menulis untuk mencerdaskan bangsa. Yang pragmatis, menulis untuk mendapat tambahan pengahasilan.
2.      Rajinlah membaca.
Orang yang rajin membaca bagaikan sedang melihat masa lalu dan masa depan, hadir di setiap sejarah dan di setiap imajinasi orang-orang hebat. If you read good books, when you write good books will come out of you (Natali G.).
3.      Gunakan alat perekam.
Selalu siapkan alat perekam berupa: Kamera, buku, dan lain-lain. Max Globes berkata: “The human mind is like an umbrella, it functions best when open.” Ketika punya banyak rekaman akan menjadi inspirasi melahirkan ide untuk menulis.
4.      Kobarkan inspirasi.
Inspirasi itu ilham atau sesuatu yang membuat kita memunculkan ide yang paling bagus. Om Emcho merumuskan inspirasi, demikian: “Inspiration is prior knowledge plus a trigger.” Inspirasi bisa dikonstruksi atau diciptakan dengan banyak membaca. Jangan menunggu inspirasi seperti ungkapan ini: “If you wait for inspiration you were not a writer, but a waiter.  
5.      Tentukan waktu utama.
Setiap kita bebas menentukan waktu terbaiknya. Bisa pagi, siang, sore atau malam asal tidak berbenturan dengan waktu kerja. Harus merasa nyaman dengan waktu yang dipilih dan harus berkomitmen dengan waktu tersebut untuk menghasilkan tulisan.
6.      Bagi pemula, menulis bebas.
Biasakan menulis bebas. Menulis bebas itu spontan menuangkan perasaan. Seperti curhat. Menulis bebas adalah cara memaksimalkan otak kanan, yaitu menulis tanpa takut aturan atau kaidah. Biasakanlah menulis dengan bebas dan jangan mau dihambat aturan-aturan menulis yang mengikat kreativitas.
7.      Menulis di dalam hati.
Menyimpan sesuatu yang terekam dan tuliskan dalam hati dan pikiran lalu nanti dituliskan kemudian menjadi bacaan yang bagus.
8.      Menulis di waktu utama.
Menulislah di waktu utama adalah menulis di waktu yang dipilih dan paling disukai. Tidak hanya di waktu utama tetapi bisa juga menulis di waktu luang. Menulislah sesuatu yang dialami. Juga menuliskan apa yang dirasakan. Menulis juga sebaiknya selaras dengan minat atau sesuai pekerjaan yang digeluti. Menulislah dengan riang artinya dengan perasaan bahagia. Menulis yang banyak sama dengan belajar menulis yang bagus. “Quantity produces quality,” kata Pretrie. Pesan bagi mereka yang sudah mahir menulis: “Read better and write faster.” Membuat motto menulis yang dahsyat. Mulai menulis dengan doa.

Ok, sekarang kita buka ruang tanya jawab. Bagi yang ingin bertanya tolong tuliskan nama dan asal daerahnya.

III.        Tanya Jawab
Pertanyaan 1 dari Ibu Aan, majalengka: “Saya selalu kesulitan untuk bisa menulis dalam kesibukan. Apa tips yang paling cocok buat saya?
Jangan lupa mencatat hal-hal menarik yang ditemui. Poin-poinnya. Tapi milikilah niat untuk mewujudkannya menjadi tulisan yang baik.
Pertanyaan 2 dari Isminatun, Sukoharjo: “Mohon izin menanyakan poin 6. Bagi pemula, menulis bebas. Berapa lama pemula perlu menulis bebas agar bisa terampil dalam arti bukan hanya menulis bebas saja? Apakah utk terampil perlu berapa lama jam terbang?
Itu bervasiasi. Tapi prinsipnya beranilah menulis setiap hari dan jangan kalah dengan kesibukan yang dihadapi.
Pertanyaan 3 dari Warsih, Kota Tangerang: “Ingin bertanya tentang menulis dalam hati. Sering terlintas ketika dalam perjalanan sebuah ide, biasanya mengalir begitu saja kata dan kalimat dalam hati. Tapi ketika tiba di tempat dan ingin menulis hilang begitu saja. Yang saya tanyakan, bagaimana agar ide tadi tetap dalam ingatan sehingga bisa dituangkan dalam bentuk tulisan?
Prinsipnya sama dengan menulis di kertas. Dengan kata lain, menulis dalam ingatan adalah simpan informasi itu di dalam pikiran. Kemudian ketika tiba di tempat tulislah kembali menjadi bacaan yang bermanfaat.
Pertanyaan 4 dari Rachmi, Banyuwangi: “Saya terkesan dengan kalimat motivasi dari Bud Gardner, terkait menulis dalam kesibukan, bagaimana kiat-kiat bapak dalam mengatur waktu agar bisa konsisten menulis. Karena ada istilah waktu seperti mata pedang dan di tengah kesibukan saat ini sangat sulit untuk mengaturnya?
Mengelola waktu secara baik dengan membaca dan menulis. Sebab bagi penulis, membaca dan menulis adalah wajib. Berarti harus dikerjakan setiap hari.
Pertanyaan 5 dari Rasita, Bengkulu: “Kita telah berusaha untuk selalu menulis, karena terlalu banyak ikut kegiatan kadang lupa saat menulis tugas yang  lain. Bagaimana kiatnya supaya tidak lupa atau tumburan dengan kegiatan kita menulis, Pak?
Semakin banyak kegiatan harus semakin pandai dan arif mengelola waktu. Yang paling berat adalah mengelola diri sendiri.
Pertanyaan 6 dari Pak Etik Nurinto, Kabupaten Pemalang: “Dalam kesibukan ide gagasan muncul sewaktu-waktu, topik yang akan ditulis pun bisa jadi berubah seiring munculnya gagasan dalam pikiran. Bagaimana membangun konsistensi menulis satu topik/tema sampai menjadi sebuah buku?
Ketika menulis harus sudah punya rancangan dan harus konsisten untuk diselesaikan. Bila ada ide baru muncul, catat saja untuk kemudian dikembangkan kemudian.
Pertanyaan 7 dari Grefer, Kupang NTT: “Saya sering mendapat ide dan saya terapkan menulis dalam hati. Tapi kadang bisa langsung ada kesempatan menuangkannya di laptop atau kertas kadang tidak. Saya mohon saran, mungkin ada hal-hal teknis yang dapat saya lakukan untuk hal ini. Bagaimana agar bisa lebih berkomitmen untuk menulis lagi, Pak?
Harus sempatkan menulis. Menulis itu berpikir di atas kertas. Maka mencatat itu penting. Jangan biarkan ide yang ada menghilang begitu saja.
Pertanyaan 8 dari Nurhaida, Pekanbaru Riau: “Selamat Ultah buat bapak walau terlambat. Saya mau tanya karena saya belum pernah bercerita di dunia maya, walaupun tiap hari bercerita di depan siswa. Saya akan coba bercerita pada pembaca. Yang saya Tanya, di samping bahasa dan tulisanya nanti berserakan juga campuran antara fiksi dan non fiksi, bolehkah seperti itu Pak?
Silakan tuntaskan certia tapi dalam bentuk tulisan. Tuliskan saja bagaimana ibu berproses menulis.
Pertanyaan 9 dari Mely Yanti, SDN 47 Kota Jambi: “Saya kadang tidak percaya diri dengan apa yang dituliskan, karena pernah mengunggah tulisan namun sepertinya tulisan tidak disambut baik dan menurunkan kepercayaan diri. Nah, bagaimana agar PD meningkat, sebelum mulai menulis?
Jangan perhatikan tulisan kita bagus atau tidak. Kalau ada yang mengolok, biar saja. Tetaplah menulis, keluarkan apa yang ada dalam pikiran.
Pertanyaan 10 dari Sumarjiyati, GK: “Yang mau saya tanyakan bagaimana cara mengembangkan tulisan pemula (menulis bebas) yang dirasa seperti curhat? Bagaimana cara menulis sebuah buku biografi?
Menulis biografi orang tidak bisa seperti curhat. Untuk menulis biografi harus berdasar data dan fakta yang benar. Itu didapat dari wawancara atau membaca informasi tentang pribadi yang sedang ditulis.
Pertanyaann 11 dari Achmad Husin, Bangka: “Bagaimana memulai membangkitkan kembali menulis yang dialami atau dirasakan tetapi perasaan yang dialami saat itu sudah hilang?
Harus membangkitkan kembali perasaan yang hilang. Harus membayangkan kembali situasi yang pernah dialami.
Pertanyaan 12 dari Hasanuddin, Kota Mataram NTB: “Bapak Much. Khoiri betul-betul hebat dalam memanfaatkn waktu dan perasaan. Mudah-mudahan saya pribdi bisa mngikuti jejak dan langkah bapak dan Omjay, khususnya dalam menulis. Pertanyaannya, apakah 17 jurus jitu ini harus ada semuanya dalam diri seseorang baru bisa menjadi penulis hebat & apakah hal yang kita alami dan rasakan dalam 1 kali perjalanan bisa menjadi sebuah buku dan bagaimana cara mengembangkannya?
Ambil saja yang relevan untuk diterapkan. Tidak harus semua tujuh belas prinsip diterapkan. Mulailah menulis bebas. Dan menulis secara konsisten setiap hari. Bisa menghasilkan tulisan dari satu kali perjalanan, asalkan Anda punya insting untuk menangkap ide dan mengembangkannya. 
Pertanyaan 13 dari Sri Budi Handayani, Gresik: “Bagaimana caranya mendisiplinkan diri agar terus menulis walau sedang sibuk?
Harus punya niat yang kuat dalam diri sehingga ada kekuatan sebagai daya bangkit dan daya tahan. Yang sulit adalah melakoninya. Jadi wajib menulis setiap hari. Harus memprioritas menulis sebagai sesuatu yang wajib.
Pertanyaan 14 dari Deswa Madin: “Bagaimana caranya mengatasi kesombongan dalam menulis? Ketika ide muncul, saya tak pernah mencatat. Dalam pikiran saya, sebentar-sebentar saja catatnya. Masih tetap ingat. Nah, saat malam tiba ingin menulis, ide yang tadi tersimpan hilang semua. Bagaimana cara mengatasi itu, Pak?
Menulis itu proses belajar terus. Seorang penulis haruslah memiliki sikap merendah. Maka kita perlu merasa bodoh. Perlu mencatat letupan-letupan ide untuk kemudian ditulis secara baik menjadi bacaan bermakna.
Pertanyaan 15 dari Roni, Timor: “Apakah menulis di waktu utama itu seperti yang sering disebut tantangan menulis? Apa saja yang dapat ditulis dalam waktu utama?
Menulis di waktu utama adalah menulis di waktu yang dipilih dan yang paling disukai.
Pertanyaan 16 dari Andy Muhtadin, Beltim-Babel: “Mau tanya 17 jitu menulis dalam kesibukan ada poin ke 14 menulis yang banyak beranjak dari hal itu seperti apa? Sebab bagi pemula, menulis satu buku sangat membutuhkan waktu yang banyak, sedangkan tawaran Master Emcho dalam 17 jitu harus banyak menulis.
Menulis banyak itu artinya sehari boleh satu atau dua artikel. Tapi harus sampai tuntas selesai menjadi tulisan yang utuh. Jadi jangan sampai tidak hasilkan tulisan.
Pertanyaan 17 dari Candra, Langkat-SUMUT: “Pertama teriama kasih untuk 17 strategi jitunya. Sangat membantu. Saya mmbaca biografi master di mana master merupakan alumnus International Writing Program di University of Iowa (1993), saya baca biografi penulis besar juga mereka pernah mngikuti program ini. Pertanyaan saya bisa berbagi pengalaman master sampai bisa ikuti program ini? Ini program free kan master?
Untuk mengikuti program ini melalui sebuah seleksi secara nasional. Memang gratis tapi harus mempunyai karya sastra dan juga mendapat rekomendasi dari sastrawan senior. Kemudian harus mampu berbahasa Inggris dengan baik.
Pertanyaan 18 dari Susilawati, Kab Cirebon: “Selain hobi menulis cerita saya juga hobi menulis puisi meskipun semuanya masih berserakan. Yang mau saya tanyakan tentang menulis puisi, apa itu juga menulis?
Puisi itu salah satu jenis tulisan. Jenis puisi juga banyak. Menulis adalah kegiatan menuangkan pikiran perasaan dalam bentuk tulisan. Jadi lanjutkan menulis puisi, dan kalau sudah banyak bisa dibukukan.
Pertanyaan 19 dari Syukri, SMAN UNGGUL Dharmaraya Padang: “Saya bertanya tentang pengalaman Om Choiri dalam tulis-menulis. Di materi yang Om sampaikan ada 17 cara jitu menulis. Yang mau saya tanyakan tentang penulis pemula, yaitu apa yang sebaiknya ditulis bagi yang amatir, artikel  atau buku?
Sebagai pemula sebaiknya jangan menulis buku dulu. Mulailah dengan menulis artikel-artikel sederhana tentang hal-hal yang kelihatan di sekeliling.
Pertanyaan 20 dari Yulius, Roma Tana Toraja: “Bagaimana mengorganisasikan kata-kata agar tulisan enak dibaca?
Selalu harus latihan karena menulis itu keterampilan. Menulis itu akan menjadi mahir bila terus diparktikkan. Menulislah terus dengan bahasa yang mudah dipahami. Dengan seringnya menulis, Bapak akan menemukan ciri sendiri.
Pertanyaan 21 dari KASWATI, SMKN 1 NGLEGOK KAB. BLITAR Jawa Timur: “Saya baru memulai menulis. Saya suka puisi. Apakah saat saya menulis puisi itu harus runtut gaya bahasanya, dan apakah kumpulan puisi buat penulis pemula bisa dijadikan buku?
Kalau suka tulis puisi harus juga paham puisi itu seperti apa. Harus pelajari kaidah-kaidah puisi. Puisi adalah tulisan yang terikat dengan rima, majas, simbul dan lain-lain yang harus diikuti. Ia harus bermakna tidak hanya indah.

Apakah ada kesimpulan yang ingin Pak Emcho sampaikan?
Bukan sebuah kesimpulan. Saya hanya mau menggarisbawahi saja. Bahwa kesibukan itu selalu ada selama kita hidup. Yang terpenting adalah bagaimana menyiasasti kesibukan itu agar kita bisa mnulis dan melahirkan karya-karya terbaik. Maka gunakanlah strategi yang sudah dijelaskan di atas sebagai cara menyiasati kesibukan seraya menghasilkan tulisan-tulisan yang bagus dan bermanfaat. Selamat berjuang dan berkaraya!
Terima kasih banyak Pak Emcho atas berbagi ilmunya, semoga Pak Emcho selalu sehat dan dapat terus berbagi ilmu kepada kawan kawan guru.


Yolis Y. A. Djami (Tilong-Kupang, NTT)
Rabu, 6 Mei 2020 (14.41 wita)

Comments

Popular posts from this blog

TEACHER

BERIRING

AKU ADA SEBAGAIMANA AKU ADA KARENA MEREKA ADA BAGIKU