MENULIS MOMEN SPESIAL
I.
Pengantar
Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat malam semuanya. Malam ini kita akan kuliah online melalui WA Group. Oleh karena itu,
WA Group sementara saya kunci dan hanya admin serta narasumber yang akan
menyampaikan materinya. Bagi yang ingin bertanya, bisa menghubungi omjay di nomor
08159155515. Materi malam ini adalah: “Menulis tentang Momen Spesial Kala
Mengajar." Narasumber yang akan memberikan adalah bapak Munif Chotib
penulis buku best seller Gurunya
Manusia dan juga pembicara nasional yang sangat berpengalaman. Kepada bapak
Munif kami persilakan menyanpaikan materinya.
II.
Materi Pembelajaran
Selamat malam teman-teman.
Perkenalkan saya Munif Chatib narsum malam ini. Saya akan membagikan materi
saya lewat link youtube, selama 13
menit. Dapat disimak terlebih dahulu. Saya juga akan share pdf contoh artikel bebas momen spesial. Selamat belajar.
MENULIS MOMEN
SPESIAL (https://youtu.be/-tGJsRRQrV0).
15 menit kemudian, kita bisa berdiskusi di sini. Ok, silakan dibaca dan dibuka
dulu link yang diberikan. Setelah itu
yang akan tanya kepada narsum bisa japri
omjay di wa 08159155515. Terima kasih untuk link
dari Pak Munif. Saya sudah lihat 13 menit materi itu. Menarik. Sebagai
guru kelas sejak 1999 ada saja moment
spesial, sayangnya, pada waktu itu belum ada minat menulis. Minat baca ada,
bahkan bagi saya itu kebutuhan.
Tapi, seiring
dengan itu saya baru mau menulis beberapa tahun kemudian, dan banyak sudah yang
terlewati. Tapi, saya tidak menulis apa yang terjadi antara saya sebagai guru dengan
siswa di kelas dalam momen-momen spesial itu. Satu ketika ada seorang siswa
justru melakukan sesuatu di luar dugaan saya. Ia menggambar situasi gurunya.
Saat itu saya membawa HP, Laptop, dan printer di kelas untuk kepentingan
perkenalan dunia IT. Momen itu justru digambar oleh seorang siswa. Gambar itu
saya masih simpan sampai sekarang.
III.
Tanya Jawab
Pertanyaan 1 dari Roni
Bani, Kupng NTT: “Sungguh menarik. Materi
malam ini mengingatkan untuk mencatat apa saja yang diketahui dan berkensan
dari momen-momen spesial itu. Catatan-catatan itu akan dapat dibukukan.
Catatan pengingat yang baik tentulah BLOG. Saya sudah baca Om, pengalaman
mengajar yang luar biasa, semoga menjadi inspirasi saya dalam menulis.
Bagaimana caranya agar proses menulis pengalaman dapat mengalir dengan lancar?”
Dahsyat Pak Roni. Saya punya
pengalaman hampir sama. Tapi siswa memberikan puisi kepada saya tentang
bagaimana gurunya mengajar. Judulnya Guru Mengajar atau Aku Belajar. Puisi itu
sampai sekarang saya simpan dan saya akhirnya tulis jadi artikel bebas tentang
puisi itu. Kedua dari pokok pikiran atau bahan tulisan tersebut, saya menulis
secara bebas. Sementara saya kesampingkan aturan-aturan ejaan. Karena itu
seperti yang sudah saya share,
terkadang bentuknya seperti cerita, terkadang seperti informasi saja. Perasaan
bebas menulis inilah yang membantu kita untuk lancar menuangkan pokok pikiran. Ketiga,
barulah kita edit pelan-pelan. Makin banyak kita lakukan ini, nanti editingnya
makin sedikit. Tetap cerdas inspiratif dan menarik menambah wawasan berpikir
luas.
Pertanyaaan 2 dari
Supyanto: “Dari 5 momen yang masuk memori
jangka panjang, mana yang paling mudah untuk kita tulis?”
Untuk Pak Supyanto, sebenarnya bukan
mana yang paling mudah untuk ditulis, tapi mana kejadian yang sedang terjadi pada
saat itu, saat terjadinya momen spesial. Kesimpuannya semua bisa kita tulis,
tergantung kejadiannya. Terkadang satu kejadian, kalau kita analisa bisa
mewakili beberapa poin dari momen yang bisa masuk long term memory.
Pertanyaan 3 dari Rahmat
Danu, Yogyakarta: “Bagaimana cara
mengajar sederhana tetapi siswa dapat memahami dan dapat memperhatikan dengan
jelas akurat dan cepat?”
Untuk Pak Rahmat. Kalau saya mengajar
itu yang terpenting ada pada awalnya, pendahuluannya. Harus keren. Saya biasa
sebut apersepsi. Jika apersepsi berhasil, biasanya siswa tertarik untuk
belajar, sehingga kemungkinan besar paham. Yang kedua adalah bagian penutup.
Juga harus keren. Berupa kesimpulan tentang hikmah dari materi ajar. Ingat
secara neurosains, awal dan akhir itu penting dan itu yang 80% tercatat di otak
siswa kita. Ketiga baru memilih metode yang student
center learning. Metode ini tempatnya di tengah. Seperti itu.
Pertanyaan 4 dari Utami
Andarini, Gunung Kidul Yogyakarta: “Apakah
boleh kalau suka duka dalam mengajar itu ditulis dalam blog dan terkesan
curhat?”
Untuk Bu Utami, boleh-boleh saja,
tapi harus ditutup dengan kesimpulan yang jelas atau semacam pernyataan kepada
pembacanya. Hal ini berupa pesan moral atau info apa yang ingin dibagi oleh
penulis.
Pertanyaan 5 dari Waryanto:
“Pak, selama ini saya dilabel sebagai
guru killer. Bagaimana mengubahnya menjadi momen spesial positif?”
Harus dibedakan antara guru keras dan
guru tegas. Guru killer adalah
sebutan untuk guru keras. Ciri-cirinya, guru keras berdampak akan dijauhi,
dihindari oleh siswa. Namun guru tegas, sebaliknya, akan dirindukan oleh
siswanya. Perayalah zaman sekarang, siswa kita butuh guru yang tegas.
Kedisiplinan yang diterapkan oleh guru tegas akan menjadi unsur siswa suka
kepada gurunya. Ada 3 cara sederhana mejadi guru tegas, 1. Kita menjadi
gurunya, orang yang memberikan ilmu. 2. Kita menjadi orantuanya, kita
memberikan nasihat-nasihat. 3. Kita menjadi sahabat siswa, dengan membuka diri
untuk menerima curhat dari siswanya. Hanya yang perlu diperhatikan adalah
WAKTU. Kapan kita harus jadi guru, orangtua, dan sahabat siswa-siswi kita.
Pertanyaan 6 dari
Ibu Nani: “Saya sangat terkesan dengan
penjelasan Bapak Munif Chatib. Selama ini banyak sekali momen spesial selama
saya mengajar dengan berbagai level siswa dan berbagai background pendidikan.
Hanya saja momen-momen itu hanya sekedar saya ingat, belum pernah saya tulis.
Setelah mendengar penjelasan saya, saya menjadi bersemangat untuk memulai
menulis. Satu hal yang saya temui sekarang bagaimana memotivasi guru yang lain
untuk lebih inovatif dan menarik dalam mengajar. Kebetulan teman-teman guru
kami sering ijin tidak dapat hadir karena kesibukan, padahal mereka sudah dijadwal
dan diberikan surat perintah.”
Untuk Bu Nani: sikap kita yang bijak
terhadap teman-teman guru yang tidak kreatif, atau tidak mendukung usaha kita untuk
kreatif, seperti kebiasaan menulis dan lain-lain sebenarnya sederhana. Yaitu
selalu share kepada mereka karya
kita, meskipun itu hanya 2 lembar artikel. Lalu sampaikan pertanyaan, kapan ya
bisa dibalas juga dengan menunjukkan karya guru tersebut. jangan bosan-bosan
menunjukkan atau share karya-karya
kita.
Pertanyaan 7 dari
Eva, SMAN 1 Kota Kupang, NTT: “Sangat
menikmati alunanan instrumental yang pas dengan intonasi suara dalam vidio
materi yang bapak sampaikan, sesekali saya menutup mata menghayati
kalimat kalimat bapak yang sangat menginspirasi.Tentang momen-momen spesial
rasanya saya sering mengalami itu ketika mengajar. Sebagian anak yang dekat
dengan saya biasa mereka curhat kepada saya padahal saya bukan wali kelas
ataupun guru BK. Bahkan hingga sekarang mereka sudah lulus dan kuliah di luar,
mereka tetap intens menghubungi via inbox Fb atau wa. Banyak hal berharga yang
mereka ajarkan kepada saya namun yang saya lihat rata-rata anak-anak itu adalah
anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian dari orangtua. Pertanyaan saya
bapak, ketika kita menulis momen spesial itu apakah nama-nama tokoh harus kita
tuliskan di dalam cerita?”
Untuk Ibu Eva Kupang: Kalau tulisan
tersebut dapat mejadi inspirasibagi pembacanya, biasanya saya langsung tulis
nama siswa, sekolah dan kelasnya. Namun jika terdapat hal-hal yang privasi,
saya sumirkan.
Terima kasih Pak sudah
memberi respon. Saya akan tulis cerita itu dari gambar itu di blog. Tadi,
begitu lihat materi, ingatan saya langsung jatuh ke gambar yang pernah dibuat
anak itu. Saya buka map folder tempat gambar itu saya simpan. Saya foto, dan
akan saya tulis ceritanya. Waktu saya buka link
yang pak Wijaya bagikan. Wao... inspiring... Terima kasih untuk materi ini dan
telah sudi berbagi. Salam Literasi.
Pertanyaan 8 dari Ibu
Wafa: “Saya sering sulit menghadapi siswa
yang over akting, ada solusi?”
Untuk Ibu Wafa: Ya, siswa kita memang
beragam. Anak yang over acting,
biasanya ingin diperhatikan. Menurut saya kita harus perhatikan anak tersebut
sesuai porsinya. Terkadang dengan membagi perhatian kita kepada teman-temannya
yang lain, akan membuat siswa yang bersangkutan sadar tentang makna porsi
perhatian tersebut.
Pertanyaan 9 dari
Prihariyani, Semarang: “Kalau ada anak
yang super bandel kalau kita ajar tidak nurut hanya mengganggu temannya. Tetapi
ikut belajar cuma ganggu dan usil saja. Kalau diingatkan marah dan bilang mesti
bu Pri begitu aku terus yang dimarahi. Padahal memang dia bandel. Ke semua
guru. Mengerjakan tetapi usil. Tapi kalau di luar kelas pasti mencari saya,
menegur dan lain-lain. Bagaimana caranya? Pernah diberi materi karena lampu
mati di kelas kita pindah ke teras Mushalla malah tiduran. Dan saya memang
tidak pernah/tidak bisa menegur dengan kasar. Kalau melihat anak rasanya selalu
iba. Kalau dimarahi atau ditegur agak keras dia menunduk saya ikut sedih. Mohon
sarannya.”
Untuk Ibu Priharyani Semarang: Percayalah
mindset kita harus kita tata dulu
bahwa TIDAK ADA ANAK YANG NAKAL, YANG ADA ADALAH ANAK YANG KEBUTUHANNYA BELUM
TERPENUHI. Jika kita sudah sepakat dengan paradigma ini, maka kita akan fokus
kebutuhan apakah yang belum terpenuhi dari anak tersebut. Ketika kita melakukan
pendekatan untuk cari tahu kebutuhan yang belum terpenuhi, maka si anak bandel
itu akan punya perasaan bahwa dia ternyata diperhatikan dan gurunya berusaha untuk
membantunya. Seperti dalam artikel yang saya share di kuiah grup ini.
Saya baru sadar ternyata banyak momen spesial dengan murid-murid
saya yang terlewat begitu saja. Murid nakal tentu saja ada karena memang
demikianlah sifat di usia mereka. Tapi saat nakalnya berubah menjadi suatu
bakat yang bisa membanggakan saya dan orang tuanya itu adalah suatu hal yang
luar biasa. Murid yang pendiam dan pemalu pasti ada. Namun ketika diamnya
berganti menjadi tarian dan lagu adalah hal yang hebat. Dan banyak momen lain
yang hampir saya lupa yang akhirnya teringat kembali malam ini. Terima kasih
pak Munif Chatib atas kuliah singkatnya malam ini. Setelah membaca pengalaman
proses pembelajaran Pak Munif, saya menjadi terinpirasi untuk menceritakan
pengalaman pribadi selama mengajar, tetapi karena siswa dan kelas yang saya
ajar banyak dan bervariasi membuat bingung untuk memulai. Kira-kira ada triknya
tidak supaya kita tidak bingung mau nulis yang mana dulu, karena banyak
pengalaman belajar bersama siswa yang mengesankan, kalau ada mohon bagi
trik-triknya.
Pertanyaan 10 dari Nowo
Beny: “Kalau saya bisa mengetahui mana
momen spesial saat kita mengajar kalau kita punya insting dalam mencermati
setiap apa yang kita lakukan/terjadi di kelas. Cuma bagaimana memunculkan seni
mengajar yang baik pada diri kita sebagai guru agar guru tidak bosan di kelas?”
Untuk Pak Nowo Beny: Seni mengajar
itu bukan bakat, tapi bisa dipelajari. Seperti yang saya jawab di atas. Seni
mengajar agar siswa tertarik dimulai dari apersepsi yang menarik. Hal yang seperti
ini sering saya lakukan, namun masih banyak yang menganggap itu tdk penting. Kejadian
di saat ini, di mana pembelajaran daring harus dilakukan. Akhirnya mereka
meminta diajari dalam waktu bersamaan. Seneng juga ketika melihat semangat
beliau-beliau dalam mempelajari hal-hal yang baru, terutama mereka jadi melek IT
walaupun tertatih-tertatih.
Pertanyaan 11 dari Agus
Purwadi, Ponjong: “Dalam menulis momen
spesial ini apakah ada pembatasan jumlah paragraf (harus sekian paragraf)
sehingga tulisan itu masuk kategori artikel?”
Utrk Pak Agus Purwadi: Jenis
tulisannya adalah artikel bebas. Jadi tidak terikat dengan ketentuan artikel
ilmiah. Percayalah karya tulis yang paling banyak dibaca adalah novel, karena
mengandung unsur imajinasi yang memang disukai manusia. Novel adalah tulisan yang
bersifat bebas.
Pertanyaan 12 dari Mausul:
“Ketika kita dapat momen spesial dalam
mengajar, bagaimana kita mengembangkan ide tersebut agar yang awalnya satu
baris menjadi satu halaman? Ini merupakan kelemahan saya dalam menulis, mohon tips
nya dari bapak!”
Untuk Mausul: Dari sebuah kalimat
momen spesial, bisa dapat dikembangkan menjadi beberapa aparagraf. Banyak cara.
1. Kalau saya mulai dengan identifikasi masalahnya apa. 2. Cari tahu
penyebabnya apa. 3. Cari tahu tentang dampak jika masalah tidak selesai. 4. Hikmah
kejadian itu apa. Nah silakan mencoba.
Pertanyaan 13 dari
Hikmat Barkah, Kec. Kemayoran, Jakarta Pusat: “Saya pernah mengikuti seminar bapa yang diadakan oleh Rahasia Guru di
Pusat studi Bahasa Jepang UI. Di situ saya mulai jatuh cinta dengan buku
bapa. Ada hal yang ingin saya tanyakan mengenai 5 pintu untuk menciptakan momen
spesial di antaranya menghadirkan emosional ketika kita mengajar. 1. Bagaimanakah
cara kita untuk memasukkan pintu emosional tersebut ke dalam pembelajaran
kita? 2. Apakah hypno teaching (Pemberian sugesti positif kepada siswa)
bisa menjadi salah satu caranya? 3. Bagaimanakah cara mengoptimalkan emosional
tersebut agar kita bisa menemukan momen spesial dalam proses belajar sebagai bahan
menulis untuk kita?”
Untuk Pak Hikmat Jakarta: 1.
Emosional itu adalah perasaan yang bermacam-macam, dari suka maupun duka.
Rahasianya pada saat kita mulai dari apersepsi dan penutup. Metode apapun akan
menjadi hidup dan emosional, ketika awal dan akhirnya keren. Apalagi kita bisa
menghubungkan materi ajar dengan kejadian yang dialami siswa-siswi kita secara
personal. Saya pernah mengajar di SD kelas 2 di Sidoarjo jawa timur, ketika
terjadi bencana lumpur lapindo. Saya menggunakan aperspsi tentang bencana
tersebut dan beberapa siswa menangis sebab rumah keluarga mereka ada yang terkena
bencana tersebut. 2. Untuk hypno teaching
saya rasa bisa juga kita gunakan. Meskipun jujur saya kurang ahli dalam masalah
ini. 3. Cara optimalkan emotinal dengan refleksi diakhir pertemuan dengan
menanyakan harapan setelah mendapat materi ini. Harapan ini bisa apa saja,
misalnya dengan bertanya kepada orgtuanya ketika pulang sekolah, atau tantangan
membuat proyek-proyek belajar yang berkaitan dengan materi.
Pertanyaan 14 dari Suheri,
Tangerang: “Bagaimana cara memunculkan
perasaan peka terhadap momen spesial, orang seperti saya merasa datar-datar
saja dalam mengajar, mungkin bagi sebagian guru menemukan banyak momen spesial.”
Untuk Suheri Tangerang: sangat
tergantung pada kitanya. Mana yang lebih mudah. Saya biasanya pakai rekaman.
Pas ada waktu senggang pada saat pembelajaran.
Pertanyaan 15 dari Fenti
Indriastuti: “Saya punya pengalaman
dengan anak didik yang begitu dekat, ketika saya berulang tahun dia hadiahkan
sebuah foto yang sedang bersamanya, lalu dia letakan bingkai itu di meja kerja
saya. Namun hal itu membuat siswa lain cemburu. Bagaimana cara saya menyikapi
hal ini?”
Untuk Fenti: Memang perlu latihan.
Coba setelah mengajar bertanyalah kepada diri kita sendiri. 1. Apakah ada siswa
yang tidak mempehatikan penjelasan kita. Coba lanjutkan dengan pertanyaan
kenapa? 2. Apakah ada siswa yang membantah kita? kenapa? Jadi cara menumbukan
spesial momen dengan memperhatikan negatif karakter yang terjadi di kelas.
Percayalah kita lebih mudah mengamati karakter negatif daripada karakter positif
siswa-siswi kita.
Pertanyaan 16 dari Eni
R., Banten: “Pada saat mengajar dari
pendahuluan sampai penutup, di saat dilakukan pembelajaran jarak jauh, bagaimana
cara mencari atau merekam momen spesial pada siswa, karena kita tidak secara
langsung bertatap muka, mohon penjelasan?”
Untuk Eni Banten: Wow, momen spesial, harus berterima
kasih dan harus ditulis menjadi artikel, minta siswa tersebut membaca artikel
ibu. Pasti keren.
Pertanyaan 17 dari Mudafiatun,
Lumajang: “Apa benar yang namanya momen
spesial itu misalnya Bapak memberi materi ini melalui video yang saya lihat
terlebih dahulu adalah Bapak seorang yang santai rileks dan berwibawa melihat dari
foto, apakah itu yang namanya momen spesial?”
Untuk Mudafiatun Lumajang: Susah
mendapatkan spesial momen dengan pembelajaran online. Yang bisa dilakukan adalah membaca feedback yang diberikan dari guru kepada siswanya. Sayang sekali,
banyak guru dalam belajar online dengan
siswanya malah banyak memberi tugas, bukan meminta feedback dari siswanya. Saya orangnya santai ibu. Kalau tidak
percaya tanya Om Jay. Betul. Santai banget hahaha.
Pertanyaan 18 dari Rusmin
Kalsel: “Seandainya kita mendapatkan
momen spesial yang negatif, lalu ditulis dan dikembangkan apakah tidak melukai
perasaan siswa?”
Untuk Rusmin Kalsel: Momen negatif
biasanya lebih banyak memunculkan pembelajaran buat kita. Masih ingat ada
kata-kata orang bijak: JANGAN TAKUT SALAH, SEBAB ITULAH JALAN UNTUK MENDAPATKAN
KEBENARAN. Bahkan momen negatif lebih memberi muatan emosional yang lebih kuat.
Hanya saja kejadian dan nama gunakan inisial saja.
Pertanyaan 19 dari Ahmad
Virza, Aceh: “Materi nya sangat
memotivasi dan inspiratif. Semoga yang mendapatkan materi bapak dapat
mengamalkannya nanti saat kembali mengajar. Saya ada pengalaman spesial bersama
siswa di luar kelas dan berkaitan dengan sekolah, momen itu mempengaruhi siswa
dalam mengikuti pembelajaran. Kira-kira bagaimana cara menuliskannya, Pak? Apa
sama seperti momen spesial saat mengajar di kelas?”
Untuk Ahmad Virza Aceh: sama saja Pak
Ahmad. Momen spesial bisa terjadi di dalam atau di luar kelas. Selamat menulis
pak.
Pertanyaan 20 dari
Rasita Mukomuko, Bengkulu: “Saya senang
mendengar tanggapan untuk Supyanto, sebab saya menulis sering terjadi hal
seperti itu. Dengan adanya tanggapan Pak Munif Chatif membuat saya semangat
untuk menulis.”
Untuk Rasita Bengkulu: Ayo semangat
menulis. Materi mlm ini menjelaskan bahwa:
1. Momen spesial dpt menggugah kita
untuk menulis.
2. Untuk awal tulis saja semampu kita
tanpa kita hawatir salah dalam kaidah penulisan.
3. Tuangkan semua kejadian spesial ke
dalam tulisan kita.
4. Guru harus bisa memainkan 3 peran
yaitu menjadi guru, orang tua dan sahabat bagi siswa.
5. Saya semakin termotivasi untuk
menulis.
Pertanyaan 21 dari Supyanto:
“Sehingga menjadi tulisan yang menarik untuk
dibaca. Dalam bertugas saya sering mendapatkan momen spesial untuk memori
jangka panjang Waktu mendapatkannya dalam pikiran banyak yang akan ditulis
tetapi tidak sempat menulisnya. Pada waktu malam akan menuliskannya hilanglah
kata-kata yang siang akan ditulis itu. Bagaimana solusinya?”
Untuk Supyanto: Lupa apa yang ditulis
pada malam hari, sebenarnya adalah kita saja yang perlu latihan menulis. Ayo
kita jadikan kebiasaan sehat. Insyallah
nanti Allah memberi kemudahan kita menulisnya. Ingat dalam kerajinan kita
menulis ada unsur kebiasaan.
Pertanyaan 22 dari Rufiatun:
“Sudah saya baca materinya. Luar biasa.
Saya dapat ilmu. Terasa betapa kekurangan saya.”
Untuk Rufiatun: 1. Tulis saja dulu.
Harus yakin tulisan kita sendiri enak dibaca. Nanti pada saat edit, barulah
kita mulai belajar untuk menulis lebih dulu. Proses edit bisa juga kita minta
tolong untuk dibaca oleh teman, dan meminta pendapatnya. 2. Untuk kelas
inklusi, yang ada ABK-nya harus ada individual
education program, yaitu reduksi silabus dari kurikulum reguler. Tidak
boleh disamakan dengan siswa reguler.
Pertanyaan 23 dari Indiyana
M.: “Saya sudah buka link-nya om. Saya
punya banyak moment spesial dari 13 tahun saya mengajar di SMA tapi saya belum
sempat menuliskannya karena alasan kesibukan hehe...padahal saya sangat ingin
menuliskan semua momen itu dan sayapun sudah berencana menuliskannya selama 4 tahun
terakhir ini hanya saja itu semua belum kesampaian. Ketika saya mau memulai
menuliskan semua momen spesial yang pernah saya alami saya merasa apa yang saya
tulis terasa kering & hambar padahal dalam benak saya semua momen itu masih
sangat terasa. Kira-kira kenapa bisa begitu, ya? Dan bagaimana mengatasinya?
Agar target saya untuk bisa merealisasikan cita-cita saya menulis buku dari
pengalaman mengajar selama ini.”
Untuk Indiyana: Tulis dulu saja,
kualitas tulisan itu belakangan. Kalau saya jika kita sudah mulai berani
menulis, itu adalah 80% keberhasilan. Sedangkan 20% sisanya adalah belajar
memperbaiki tulisan kita.
Pertanyaan 24 dari Aam
Nurhasanah, Lebak Banten: “Materinya
sangat bagus sekali. Pernah mengalami ada di kelas yang cap nakal. 3 momen
spesial tadi sudah saya terapkan di kelas dan alhamdulillah ada perubahan
siswa. Sebetulnya tidak ada siswa yang nakal hanya mungkin kita yang harus
lebih dekat dengan siswa. Hal yang saya lakukan di kelas, belajar diawali
senyum dan semangat 45. Jika saat memberi latihan, jawaban siswa salah, maka
saya suka memakai istilah CBL (COBA LAGI), kalau jawaban kedua salah CBT (COBA
TERUS), kalau jawaban ke 3 masih salah CBTSB (COBA TERUS SAMPAI
BISA). Hindari mengajar dengan muka masam. Alhamdulillah, siswa yang
belajar dengan saya baik semuanya.”
Aam Lebak Banten: Kereeennn. Itulah yang
harus kita lakukan sebagai guru. Pertahankan dan sukses selalu.
Yolis
Y. A. Djami (Tilong-Kupang, NTT)
Rabu, 6
Mei 2020 (10.22 wita)

Comments
Post a Comment