MENULIS MOMEN SPESIAL





I.              Pengantar
Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat malam semuanya. Malam ini kita akan kuliah online melalui WA Group. Oleh karena itu, WA Group sementara saya kunci dan hanya admin serta narasumber yang akan menyampaikan materinya. Bagi yang ingin bertanya, bisa menghubungi omjay di nomor 08159155515. Materi malam ini adalah: “Menulis tentang Momen Spesial Kala Mengajar." Narasumber yang akan memberikan adalah bapak Munif Chotib penulis buku best seller Gurunya Manusia dan juga pembicara nasional yang sangat berpengalaman. Kepada bapak Munif kami persilakan menyanpaikan materinya.


II.           Materi Pembelajaran
Selamat malam teman-teman. Perkenalkan saya Munif Chatib narsum malam ini. Saya akan membagikan materi saya lewat link youtube, selama 13 menit. Dapat disimak terlebih dahulu. Saya juga akan share pdf contoh artikel bebas momen spesial. Selamat belajar.

MENULIS MOMEN SPESIAL (https://youtu.be/-tGJsRRQrV0). 15 menit kemudian, kita bisa berdiskusi di sini. Ok, silakan dibaca dan dibuka dulu link yang diberikan. Setelah itu yang akan tanya kepada narsum bisa japri omjay di wa 08159155515. Terima kasih untuk link dari Pak Munif. Saya sudah lihat 13 menit materi itu.  Menarik. Sebagai guru kelas sejak 1999 ada saja moment spesial, sayangnya, pada waktu itu belum ada minat menulis. Minat baca ada, bahkan bagi saya itu kebutuhan.

Tapi, seiring dengan itu saya baru mau menulis beberapa tahun kemudian, dan banyak sudah yang terlewati. Tapi, saya tidak menulis apa yang terjadi antara saya sebagai guru dengan siswa di kelas dalam momen-momen spesial itu. Satu ketika ada seorang siswa justru melakukan sesuatu di luar dugaan saya. Ia menggambar situasi gurunya. Saat itu saya membawa HP, Laptop, dan printer di kelas untuk kepentingan perkenalan dunia IT. Momen itu justru digambar oleh seorang siswa. Gambar itu saya masih simpan sampai sekarang.


III.        Tanya Jawab
Pertanyaan 1 dari Roni Bani, Kupng NTT: “Sungguh menarik. Materi malam ini mengingatkan untuk mencatat apa saja yang diketahui dan berkensan dari momen-momen spesial itu.  Catatan-catatan itu akan dapat dibukukan. Catatan pengingat yang baik tentulah BLOG. Saya sudah baca Om, pengalaman mengajar  yang luar biasa, semoga menjadi inspirasi saya dalam menulis. Bagaimana caranya agar proses menulis pengalaman dapat mengalir dengan lancar?
Dahsyat Pak Roni. Saya punya pengalaman hampir sama. Tapi siswa memberikan puisi kepada saya tentang bagaimana gurunya mengajar. Judulnya Guru Mengajar atau Aku Belajar. Puisi itu sampai sekarang saya simpan dan saya akhirnya tulis jadi artikel bebas tentang puisi itu. Kedua dari pokok pikiran atau bahan tulisan tersebut, saya menulis secara bebas. Sementara saya kesampingkan aturan-aturan ejaan. Karena itu seperti yang sudah saya share, terkadang bentuknya seperti cerita, terkadang seperti informasi saja. Perasaan bebas menulis inilah yang membantu kita untuk lancar menuangkan pokok pikiran. Ketiga, barulah kita edit pelan-pelan. Makin banyak kita lakukan ini, nanti editingnya makin sedikit. Tetap cerdas inspiratif dan menarik menambah wawasan berpikir luas.
Pertanyaaan 2 dari Supyanto: “Dari 5 momen yang masuk memori jangka panjang, mana yang paling mudah untuk kita tulis?
Untuk Pak Supyanto, sebenarnya bukan mana yang paling mudah untuk ditulis, tapi mana kejadian yang sedang terjadi pada saat itu, saat terjadinya momen spesial. Kesimpuannya semua bisa kita tulis, tergantung kejadiannya. Terkadang satu kejadian, kalau kita analisa bisa mewakili beberapa poin dari momen yang bisa masuk long term memory.
Pertanyaan 3 dari Rahmat Danu, Yogyakarta: “Bagaimana cara mengajar sederhana tetapi siswa dapat memahami dan dapat memperhatikan dengan jelas akurat dan cepat?
Untuk Pak Rahmat. Kalau saya mengajar itu yang terpenting ada pada awalnya, pendahuluannya. Harus keren. Saya biasa sebut apersepsi. Jika apersepsi berhasil, biasanya siswa tertarik untuk belajar, sehingga kemungkinan besar paham. Yang kedua adalah bagian penutup. Juga harus keren. Berupa kesimpulan tentang hikmah dari materi ajar. Ingat secara neurosains, awal dan akhir itu penting dan itu yang 80% tercatat di otak siswa kita. Ketiga baru memilih metode yang student center learning. Metode ini tempatnya di tengah. Seperti itu.
Pertanyaan 4 dari Utami Andarini, Gunung Kidul Yogyakarta: “Apakah boleh kalau suka duka dalam mengajar itu ditulis dalam blog dan terkesan curhat?
Untuk Bu Utami, boleh-boleh saja, tapi harus ditutup dengan kesimpulan yang jelas atau semacam pernyataan kepada pembacanya. Hal ini berupa pesan moral atau info apa yang ingin dibagi oleh penulis.
Pertanyaan 5 dari Waryanto: “Pak, selama ini saya dilabel sebagai guru killer. Bagaimana mengubahnya menjadi momen spesial positif?
Harus dibedakan antara guru keras dan guru tegas. Guru killer adalah sebutan untuk guru keras. Ciri-cirinya, guru keras berdampak akan dijauhi, dihindari oleh siswa. Namun guru tegas, sebaliknya, akan dirindukan oleh siswanya. Perayalah zaman sekarang, siswa kita butuh guru yang tegas. Kedisiplinan yang diterapkan oleh guru tegas akan menjadi unsur siswa suka kepada gurunya. Ada 3 cara sederhana mejadi guru tegas, 1. Kita menjadi gurunya, orang yang memberikan ilmu. 2. Kita menjadi orantuanya, kita memberikan nasihat-nasihat. 3. Kita menjadi sahabat siswa, dengan membuka diri untuk menerima curhat dari siswanya. Hanya yang perlu diperhatikan adalah WAKTU. Kapan kita harus jadi guru, orangtua, dan sahabat siswa-siswi kita.
Pertanyaan 6 dari Ibu Nani: “Saya sangat terkesan dengan penjelasan Bapak Munif Chatib. Selama ini banyak sekali momen spesial selama saya mengajar dengan berbagai level siswa dan berbagai background pendidikan. Hanya saja momen-momen itu hanya sekedar saya ingat, belum pernah saya tulis. Setelah mendengar penjelasan saya, saya menjadi bersemangat untuk memulai menulis. Satu hal yang saya temui sekarang bagaimana memotivasi guru yang lain untuk lebih inovatif dan menarik dalam mengajar. Kebetulan teman-teman guru kami sering ijin tidak dapat hadir karena kesibukan, padahal mereka sudah dijadwal dan diberikan surat perintah.
Untuk Bu Nani: sikap kita yang bijak terhadap teman-teman guru yang tidak kreatif, atau tidak mendukung usaha kita untuk kreatif, seperti kebiasaan menulis dan lain-lain sebenarnya sederhana. Yaitu selalu share kepada mereka karya kita, meskipun itu hanya 2 lembar artikel. Lalu sampaikan pertanyaan, kapan ya bisa dibalas juga dengan menunjukkan karya guru tersebut. jangan bosan-bosan menunjukkan atau share karya-karya kita.
Pertanyaan 7 dari Eva, SMAN 1 Kota Kupang, NTT: “Sangat menikmati alunanan instrumental yang pas dengan intonasi suara dalam vidio materi yang bapak sampaikan, sesekali saya menutup mata menghayati  kalimat kalimat bapak yang sangat menginspirasi.Tentang momen-momen spesial rasanya saya sering mengalami itu ketika mengajar. Sebagian anak yang dekat dengan saya biasa mereka curhat kepada saya padahal saya bukan wali kelas ataupun guru BK. Bahkan hingga sekarang mereka sudah lulus dan kuliah di luar, mereka tetap intens menghubungi via inbox Fb atau wa. Banyak hal berharga yang mereka ajarkan kepada saya namun yang saya lihat rata-rata anak-anak itu adalah anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian dari orangtua. Pertanyaan saya bapak, ketika kita menulis momen spesial itu apakah nama-nama tokoh harus kita tuliskan di dalam cerita?” 
Untuk Ibu Eva Kupang: Kalau tulisan tersebut dapat mejadi inspirasibagi pembacanya, biasanya saya langsung tulis nama siswa, sekolah dan kelasnya. Namun jika terdapat hal-hal yang privasi, saya sumirkan.
Terima kasih Pak sudah memberi respon. Saya akan tulis cerita itu dari gambar itu di blog. Tadi, begitu lihat materi, ingatan saya langsung jatuh ke gambar yang pernah dibuat anak itu. Saya buka map folder tempat gambar itu saya simpan. Saya foto, dan akan saya tulis ceritanya. Waktu saya buka link yang pak Wijaya bagikan. Wao... inspiring... Terima kasih untuk materi ini dan telah sudi berbagi. Salam Literasi.

Pertanyaan 8 dari Ibu Wafa: “Saya sering sulit menghadapi siswa yang over akting, ada solusi?
Untuk Ibu Wafa: Ya, siswa kita memang beragam. Anak yang over acting, biasanya ingin diperhatikan. Menurut saya kita harus perhatikan anak tersebut sesuai porsinya. Terkadang dengan membagi perhatian kita kepada teman-temannya yang lain, akan membuat siswa yang bersangkutan sadar tentang makna porsi perhatian tersebut.
Pertanyaan 9 dari Prihariyani, Semarang: “Kalau ada anak yang super bandel kalau kita ajar tidak nurut hanya mengganggu temannya. Tetapi ikut belajar cuma ganggu dan usil saja. Kalau diingatkan marah dan bilang mesti bu Pri begitu aku terus yang dimarahi. Padahal memang dia bandel. Ke semua guru. Mengerjakan tetapi usil. Tapi kalau di luar kelas pasti mencari saya, menegur dan lain-lain. Bagaimana caranya? Pernah diberi materi karena lampu mati di kelas kita pindah ke teras Mushalla malah tiduran. Dan saya memang tidak pernah/tidak bisa menegur dengan kasar. Kalau melihat anak rasanya selalu iba. Kalau dimarahi atau ditegur agak keras dia menunduk saya ikut sedih. Mohon sarannya.
Untuk Ibu Priharyani Semarang: Percayalah mindset kita harus kita tata dulu bahwa TIDAK ADA ANAK YANG NAKAL, YANG ADA ADALAH ANAK YANG KEBUTUHANNYA BELUM TERPENUHI. Jika kita sudah sepakat dengan paradigma ini, maka kita akan fokus kebutuhan apakah yang belum terpenuhi dari anak tersebut. Ketika kita melakukan pendekatan untuk cari tahu kebutuhan yang belum terpenuhi, maka si anak bandel itu akan punya perasaan bahwa dia ternyata diperhatikan dan gurunya berusaha untuk membantunya. Seperti dalam artikel yang saya share di kuiah grup ini.
Saya baru sadar ternyata banyak momen spesial dengan murid-murid saya yang terlewat begitu saja. Murid nakal tentu saja ada karena memang demikianlah sifat di usia mereka. Tapi saat nakalnya berubah menjadi suatu bakat yang bisa membanggakan saya dan orang tuanya itu adalah suatu hal yang luar biasa. Murid yang pendiam dan pemalu pasti ada. Namun ketika diamnya berganti menjadi tarian dan lagu adalah hal yang hebat. Dan banyak momen lain yang hampir saya lupa yang akhirnya teringat kembali malam ini. Terima kasih pak Munif Chatib atas kuliah singkatnya malam ini. Setelah membaca pengalaman proses pembelajaran Pak Munif, saya menjadi terinpirasi untuk menceritakan pengalaman pribadi selama mengajar, tetapi karena siswa dan kelas yang saya ajar banyak dan bervariasi membuat bingung untuk memulai. Kira-kira ada triknya tidak supaya kita tidak bingung mau nulis yang mana dulu, karena banyak pengalaman belajar bersama siswa yang mengesankan, kalau ada mohon bagi trik-triknya.
Pertanyaan 10 dari Nowo Beny: “Kalau saya bisa mengetahui mana momen spesial saat kita mengajar kalau kita punya insting dalam mencermati setiap apa yang kita lakukan/terjadi di kelas. Cuma bagaimana memunculkan seni mengajar yang baik pada diri kita sebagai guru agar guru tidak bosan di kelas?
Untuk Pak Nowo Beny: Seni mengajar itu bukan bakat, tapi bisa dipelajari. Seperti yang saya jawab di atas. Seni mengajar agar siswa tertarik dimulai dari apersepsi yang menarik. Hal yang seperti ini sering saya lakukan, namun masih banyak yang menganggap itu tdk penting. Kejadian di saat ini, di mana pembelajaran daring harus dilakukan. Akhirnya mereka meminta diajari dalam waktu bersamaan. Seneng juga ketika melihat semangat beliau-beliau dalam mempelajari hal-hal yang baru, terutama mereka jadi melek IT walaupun tertatih-tertatih.

Pertanyaan 11 dari Agus Purwadi, Ponjong: “Dalam menulis momen spesial ini apakah ada pembatasan jumlah paragraf (harus sekian paragraf) sehingga tulisan itu masuk kategori artikel?
Utrk Pak Agus Purwadi: Jenis tulisannya adalah artikel bebas. Jadi tidak terikat dengan ketentuan artikel ilmiah. Percayalah karya tulis yang paling banyak dibaca adalah novel, karena mengandung unsur imajinasi yang memang disukai manusia. Novel adalah tulisan yang bersifat bebas.
Pertanyaan 12 dari Mausul: “Ketika kita dapat momen spesial dalam mengajar, bagaimana kita mengembangkan ide tersebut agar yang awalnya satu baris menjadi satu halaman? Ini merupakan kelemahan saya dalam menulis, mohon tips nya dari bapak!
Untuk Mausul: Dari sebuah kalimat momen spesial, bisa dapat dikembangkan menjadi beberapa aparagraf. Banyak cara. 1. Kalau saya mulai dengan identifikasi masalahnya apa. 2. Cari tahu penyebabnya apa. 3. Cari tahu tentang dampak jika masalah tidak selesai. 4. Hikmah kejadian itu apa. Nah silakan mencoba.
Pertanyaan 13 dari Hikmat Barkah, Kec. Kemayoran, Jakarta Pusat: “Saya pernah mengikuti seminar bapa yang diadakan oleh Rahasia Guru di Pusat studi Bahasa Jepang UI. Di  situ saya mulai jatuh cinta dengan buku bapa. Ada hal yang ingin saya tanyakan mengenai 5 pintu untuk menciptakan momen spesial di antaranya menghadirkan emosional ketika kita mengajar. 1. Bagaimanakah cara kita untuk memasukkan pintu emosional tersebut ke dalam pembelajaran kita? 2. Apakah hypno teaching (Pemberian sugesti positif kepada siswa) bisa menjadi salah satu caranya? 3. Bagaimanakah cara mengoptimalkan emosional tersebut agar kita bisa menemukan momen spesial dalam proses belajar sebagai bahan menulis untuk kita?” 
Untuk Pak Hikmat Jakarta: 1. Emosional itu adalah perasaan yang bermacam-macam, dari suka maupun duka. Rahasianya pada saat kita mulai dari apersepsi dan penutup. Metode apapun akan menjadi hidup dan emosional, ketika awal dan akhirnya keren. Apalagi kita bisa menghubungkan materi ajar dengan kejadian yang dialami siswa-siswi kita secara personal. Saya pernah mengajar di SD kelas 2 di Sidoarjo jawa timur, ketika terjadi bencana lumpur lapindo. Saya menggunakan aperspsi tentang bencana tersebut dan beberapa siswa menangis sebab rumah keluarga mereka ada yang terkena bencana tersebut. 2. Untuk hypno teaching saya rasa bisa juga kita gunakan. Meskipun jujur saya kurang ahli dalam masalah ini. 3. Cara optimalkan emotinal dengan refleksi diakhir pertemuan dengan menanyakan harapan setelah mendapat materi ini. Harapan ini bisa apa saja, misalnya dengan bertanya kepada orgtuanya ketika pulang sekolah, atau tantangan membuat proyek-proyek belajar yang berkaitan dengan materi.
Pertanyaan 14 dari Suheri, Tangerang: “Bagaimana cara memunculkan perasaan peka terhadap momen spesial, orang seperti saya merasa datar-datar saja dalam mengajar, mungkin bagi sebagian guru menemukan banyak momen spesial.
Untuk Suheri Tangerang: sangat tergantung pada kitanya. Mana yang lebih mudah. Saya biasanya pakai rekaman. Pas ada waktu senggang pada saat pembelajaran.
Pertanyaan 15 dari Fenti Indriastuti: “Saya punya pengalaman dengan anak didik yang begitu dekat, ketika saya berulang tahun dia hadiahkan sebuah foto yang sedang bersamanya, lalu dia letakan bingkai itu di meja kerja saya. Namun hal itu membuat siswa lain cemburu. Bagaimana cara saya menyikapi hal ini?
Untuk Fenti: Memang perlu latihan. Coba setelah mengajar bertanyalah kepada diri kita sendiri. 1. Apakah ada siswa yang tidak mempehatikan penjelasan kita. Coba lanjutkan dengan pertanyaan kenapa? 2. Apakah ada siswa yang membantah kita? kenapa? Jadi cara menumbukan spesial momen dengan memperhatikan negatif karakter yang terjadi di kelas. Percayalah kita lebih mudah mengamati karakter negatif daripada karakter positif siswa-siswi kita.
Pertanyaan 16 dari Eni R., Banten: “Pada saat mengajar dari pendahuluan sampai penutup, di saat dilakukan pembelajaran jarak jauh, bagaimana cara mencari atau merekam momen spesial pada siswa, karena kita tidak secara langsung bertatap muka, mohon penjelasan?
Untuk Eni Banten: Wow, momen spesial, harus berterima kasih dan harus ditulis menjadi artikel, minta siswa tersebut membaca artikel ibu. Pasti keren.
Pertanyaan 17 dari Mudafiatun, Lumajang: “Apa benar yang namanya momen spesial itu misalnya Bapak memberi materi ini melalui video yang saya lihat terlebih dahulu adalah Bapak seorang yang santai rileks dan berwibawa melihat dari foto, apakah itu yang namanya momen spesial?
Untuk Mudafiatun Lumajang: Susah mendapatkan spesial momen dengan pembelajaran online. Yang bisa dilakukan adalah membaca feedback yang diberikan dari guru kepada siswanya. Sayang sekali, banyak guru dalam belajar online dengan siswanya malah banyak memberi tugas, bukan meminta feedback dari siswanya. Saya orangnya santai ibu. Kalau tidak percaya tanya Om Jay. Betul. Santai banget hahaha.
Pertanyaan 18 dari Rusmin Kalsel: “Seandainya kita mendapatkan momen spesial yang negatif, lalu ditulis dan dikembangkan apakah tidak melukai perasaan siswa?
Untuk Rusmin Kalsel: Momen negatif biasanya lebih banyak memunculkan pembelajaran buat kita. Masih ingat ada kata-kata orang bijak: JANGAN TAKUT SALAH, SEBAB ITULAH JALAN UNTUK MENDAPATKAN KEBENARAN. Bahkan momen negatif lebih memberi muatan emosional yang lebih kuat. Hanya saja kejadian dan nama gunakan inisial saja.
Pertanyaan 19 dari Ahmad Virza, Aceh: “Materi nya sangat memotivasi dan inspiratif. Semoga yang mendapatkan materi bapak dapat mengamalkannya nanti saat kembali mengajar. Saya ada pengalaman spesial bersama siswa di luar kelas dan berkaitan dengan sekolah, momen itu mempengaruhi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Kira-kira bagaimana cara menuliskannya, Pak? Apa sama seperti momen spesial saat mengajar di kelas?
Untuk Ahmad Virza Aceh: sama saja Pak Ahmad. Momen spesial bisa terjadi di dalam atau di luar kelas. Selamat menulis pak.
Pertanyaan 20 dari Rasita Mukomuko, Bengkulu: “Saya senang mendengar tanggapan untuk Supyanto, sebab saya  menulis sering terjadi hal seperti itu. Dengan adanya tanggapan Pak Munif Chatif membuat saya semangat untuk menulis.
Untuk Rasita Bengkulu: Ayo semangat menulis. Materi mlm ini menjelaskan bahwa:
1. Momen spesial dpt menggugah kita untuk menulis.
2. Untuk awal tulis saja semampu kita tanpa kita hawatir salah dalam kaidah penulisan.
3. Tuangkan semua kejadian spesial ke dalam tulisan kita.
4. Guru harus bisa memainkan 3 peran yaitu menjadi guru, orang tua dan sahabat bagi siswa.
5. Saya semakin termotivasi untuk menulis.
Pertanyaan 21 dari Supyanto: “Sehingga menjadi tulisan yang menarik untuk dibaca. Dalam bertugas saya sering mendapatkan  momen spesial untuk memori jangka panjang Waktu mendapatkannya dalam pikiran banyak yang akan ditulis tetapi tidak sempat menulisnya. Pada waktu malam akan menuliskannya hilanglah kata-kata yang siang akan ditulis itu. Bagaimana solusinya?
Untuk Supyanto: Lupa apa yang ditulis pada malam hari, sebenarnya adalah kita saja yang perlu latihan menulis. Ayo kita jadikan kebiasaan sehat. Insyallah nanti Allah memberi kemudahan kita menulisnya. Ingat dalam kerajinan kita menulis ada unsur kebiasaan.
Pertanyaan 22 dari Rufiatun: “Sudah saya baca materinya. Luar biasa. Saya dapat ilmu. Terasa betapa kekurangan saya.
Untuk Rufiatun: 1. Tulis saja dulu. Harus yakin tulisan kita sendiri enak dibaca. Nanti pada saat edit, barulah kita mulai belajar untuk menulis lebih dulu. Proses edit bisa juga kita minta tolong untuk dibaca oleh teman, dan meminta pendapatnya. 2. Untuk kelas inklusi, yang ada ABK-nya harus ada individual education program, yaitu reduksi silabus dari kurikulum reguler. Tidak boleh disamakan dengan siswa reguler.
Pertanyaan 23 dari Indiyana M.: “Saya sudah buka link-nya om. Saya punya banyak moment spesial dari 13 tahun saya mengajar di SMA tapi saya belum sempat menuliskannya karena alasan kesibukan hehe...padahal saya sangat ingin menuliskan semua momen itu dan sayapun sudah berencana menuliskannya selama 4 tahun terakhir ini hanya saja itu semua belum kesampaian. Ketika saya mau memulai menuliskan semua momen spesial yang pernah saya alami saya merasa apa yang saya tulis terasa kering & hambar padahal dalam benak saya semua momen itu masih sangat terasa. Kira-kira kenapa bisa begitu, ya? Dan bagaimana mengatasinya? Agar target saya untuk bisa merealisasikan cita-cita saya menulis buku dari pengalaman mengajar selama ini.
Untuk Indiyana: Tulis dulu saja, kualitas tulisan itu belakangan. Kalau saya jika kita sudah mulai berani menulis, itu adalah 80% keberhasilan. Sedangkan 20% sisanya adalah belajar memperbaiki tulisan kita.
Pertanyaan 24 dari Aam Nurhasanah, Lebak Banten: “Materinya sangat bagus sekali. Pernah mengalami ada di kelas yang cap nakal. 3 momen spesial tadi sudah saya terapkan di kelas dan alhamdulillah ada perubahan siswa. Sebetulnya tidak ada siswa yang nakal hanya mungkin kita yang harus lebih dekat dengan siswa. Hal yang saya lakukan di kelas, belajar diawali senyum dan semangat 45. Jika saat memberi latihan, jawaban siswa salah, maka saya suka memakai istilah CBL (COBA LAGI), kalau jawaban kedua salah CBT (COBA TERUS), kalau jawaban ke 3 masih salah   CBTSB (COBA TERUS SAMPAI BISA). Hindari mengajar dengan muka masam.  Alhamdulillah, siswa yang belajar dengan saya baik semuanya.
Aam Lebak Banten: Kereeennn. Itulah yang harus kita lakukan sebagai guru. Pertahankan dan sukses selalu.


Yolis Y. A. Djami (Tilong-Kupang, NTT)
Rabu, 6 Mei 2020 (10.22 wita)

Comments

Popular posts from this blog

TEACHER

BERIRING

AKU ADA SEBAGAIMANA AKU ADA KARENA MEREKA ADA BAGIKU