INOVASI MERETAS KETERBATASAN
I.
Pengantar
Sebagai orang NTT
asli, saya bangga mendapat materi dari guru NTT, sekalipun dia orang Jawa yang
Solo asli. Bangga karena berkenan mengajar anak-anak di pedalaman Alor. Bangga
karena telah mengharumkan nama Alor yang berarti juga NTT. Rasa bangga itu saya
tuangkan dalam sebuah tulisan dengan judul: Inovasi
Arif. Saya kagum karena anak muda dari latar belakang budaya yang berbeda
sekali dengan kami di daerah miskin ini mau ke sini, Alor. Ya, okelah
ditempatkan. Biasanya orang-orang yang ditempatkan yang nota bene bukan kemauan
sendiri tidak akan bertahan hidup. Apalagi berprestasi. Ia Justru berprestasi dalam situasi sulit dan pelik. Sungguh mulia hati anak
muda ini.
Saya percaya ia bisa
berprestasi seperti itu dengan ditemani anak-anak kampung karena dia memiliki
cinta yang besar. Cinta untuk mencerdaskan anak bangsa. Menurut saya inilah
contoh orang Indonesia yang mengindonesia. Tidak memandang golongan, kedudukan
dan latar belakang lainnya. Kecuali memanusiakan manusia Indonesia masa depan. Karena
itu, saya menyatakan hormat setinggi-tingginya. Semoga anak muda Indonesia
lainnya berlaku sama. Melupakan unsur primordial dan hanya memandang anak
Indonesia sebagai penerus cita-cita bangsa.
Selamat, Mas Arif
yang arif telah membuat inovasi yang arif demi meretas segala keterbatasan agar
anak-anak SMAN Probur Alor Nusa Tenggara Timur dapat belajar dengan baik. Belajar dengan riang.
Kuliah online siang ini, Selasa tanggal 12 Mei 2020 jam 13.00 sampai 15.00 wib akan dipimpin oleh Pak
Bambang Purwanto Bandung yang akrab disapa Mr. Bams.
II.
Materi
Pembelajaran
assalamualaikum,
syalom, salam sejahtera bapak ibu hebat semuanya. Mohon izin untuk berbagi
pengalaman mengenai kompetisi inobel di tingkat nasional.
Saya Arif guru Biologi
aslinya solo namun mengabdi di Alor NTT seperti yang sudah di gambaran awal sebelumnya
mungkin bisa disimak terlebih dahulu mengenai inovasi yang pernah saya lakukan
dalam video youtube yang sudah di share tadi.
Pertama kali
mengikuti inobel tahun 2016 itu dari sebuah ide atau gagasan sederhana. Pengen membuat
kelas menjadi menarik dan menyenangkan. Selain itu, kualitas pembelajaran juga
kurang optimal. Dan yang utama tiada sarana prasarana yang mencukupi
Ide inovasi bisa
muncul dari sebuah masalah atau potensi. Kalau saya jelas banyak masalah. Dari ide
kemudian dipikirkan kira-kira mampu dan bisa tidak diterapkan di sekolah dengan
kondisi sekolah saya yang tidak ada listrik dan sinyal telp apalagi internet. Kemudian
mengembangkan ide tersebut menjadi sebuah produk. Bisa media, bahan ajar, atau
lainnya.
Menuliskannya menjadi
sebuah karya ilmiah dan bersiap untuk mengikuti kompetisi. Karya ilmiah dapat
berupa penelitian tindakan kelas, eksperimen atau yang saya buat pengembangan
(R&D). Ini untuk jenjang dikmen ya bapak ibu. Karena setiap jenjang berbeda
kaidahnya.
Untuk dikmen bisa diakses
di portal kesharlindung.pgdikmen.kemdikbud.go.id
dan untuk dikdas kesharlindung.pgdikmen.kemdikbud.go.id.
Mohon maaf itu link kesharlindungnya.
Pendaftaran dan
seleksinya melewati portal itu. Terbuka untuk semuanya. Ada beberapa syarat
administrasi yang diminta misalkan surat peryataan aktif mengajar, surat bukan
kepala sekolah, dan lainnya. Tahap pertama seleksi administrasi kemudian
dilakukan penilaian proposal penelitian. Apabila lolos maka akan mendapatkan
undangan bimtek dari kemendikbud. Setelahnya melakukan penelitian pelaksanaan
di sekolah.
Dilakukan seleksi dan
didapatkan peserta finalis yang akan kembali diundang untuk mempresentasikan
hasil karya ilmiahnya. Untuk jenjang SMA ada 3 bidang SMA, SMK dan sekolah
inklusi. Untuk jenjang dikdas kalau tidak salah langsung mengirim laporan hasil
penelitiannya. Bidangnya ada ipa, soshum dan lainnya. Mohon koreksinya bila
salah.
Waktu tahun 2016
diambil 100 peserta yang lolos sebagai finalis. SMA 50 dan SMK 50. Waktu itu
belum ada inklusi. Tahun 2018 format dibedakan kembali. Ada kategori utama bagi
peserta yang pernah juara, madya yang pernah masuk finalis namun belum juara
dan pemula bagi yang pertama kali mengikuti.
Tes yang dilakukan
saat babak final meliputi tes tertulis, tes presentasi dan laporan hasil
penelitian. Tes tertulis berisi soal peadagogik pilihan ganda 100 soal. Tahapan
lomba inovasi paling tidak seperti itu bapak ibu, nanti bisa ditambahkan
apabila ada yang terlupa.
Sekarang mengenai
inovasi yang saya lakukan di sekolah.
Sekolah saya di ujung
alor. Daerah 3T kalau orang bilang. Terpencil, terluar, terdalam dan ter ter
lainnya. Berada di puncak perbukitan, berbatasan langsung dengan negara
tetangga timur leste yang dipisahkan oleh selat. Kami ke dili lebih dekat
daripada ke kupang bila naik kapal atau pesawat.
Minimnya sarana
prasarana membuat kegelisahan dan tantangan untuk berbuat lebih baik. Tahun 2016
itu terinspirasi dari sebuah proyektor hologram 3d. Saya ingin menjelaskan
invertebrata tapi anak-anak tidak punya gambaran sama sekali. Biar menarik saya
coba membuatnya.
Pertama terbuat dari
mika tutup CD bekas itu, yang dibentuk seperti prisma sebagai tempat
hologramnya. Dan hp android sebagai penayang video atau gambarnya. Mika cd saya
dapet dari temen guru, bekas atau bisa disebut limbah. Namun setelah lolos masuk
finalis saya ganti menjadi akrilik. Beli di toko harganya 30rbu seukuran kertas
A4. Tampilannya lebih jelas, gambarnya juga detail tidak kusam.
Saya menggunakan
metode pengembangan atau RnD dalam penelitiannya. Setelah produk jadi saya
nilaikan ke pengawas sekolah hasilnya valid. Atau layak untuk digunakan dalam
pembelajaran. Setelahnya saya ujicobakan ke anak dan mendiseminasikan ke teman
guru lain. Hasil yang didapar minat dan hasil belajar anak meningkat.
Tahun 2018, sudah
punya gambaran dan pengalaman sebelumnya. Jadi lebih siap dengan apa yang harus
dilakukan. Media ini saya kasih Millea: Mikroskop lensa laser tenaga surya. Dapet
ide juga saat mau pembelajaran struktur tumbuhan. Tidak ada mikroskop untuk
pengamatan. Padahal biologi 40 persen praktek di lab yang membutuhkan alat
salah satunya mikroskop.
Media ini juga
sederhana. Hanya hp yang ditambahi lensa laser bekas mainan anak-anak yang
biasa dipakai untuk sorot-sorot itu. Sehingga perbesarannya bertambah. Sudah cukup
untuk dapat melihat struktur anatomi tumbuhan. Walaupun belum maksimal namun
ada hal baru yang anak dapat.
Dari 2 ide itu, saya
beruntung mendapatkan nomor juara. Mungkin kasian melihat saya guru kampung
yang jauh-jauh datang ke Ibukota untuk belajar. Dari awal niatnya hanya buat
belajar, bukan ikut berkompetisi. Tahun 2108 yang berencana untuk ikut ambil
bagian. Dan sisanya bonus saja. Dapat berkenalan dengan teman guru se Indonesia.
Karena tidak menyangka saja, saya yang biasa di hutan bisa berada di
tengah-tengah mereka.
Mungkin itu bapak ibu
hebat yang dapat saya bagikan mengenai pengalaman mengikuti lomba inobel. Kurang
lebihnya saya mohon maaf, dan bisa disambung dengan sharing.
III.
Tanya
Jawab
Pertanyaan 1 dari Achmad
Husin, Bangka: “Inovasi pendidikan yang bagaimana,
yang dapat membuat guru sukses ikut olimpiade?”
Terimakasih
pak Achmad dari Bangka. Menurut saya, Bidang inovasi itu banyak sekali pak.
Tergantung tujuannya apa. Dari pertanyaan bapak bagaimana agar sukses mengikuti
olimpiade? Inovasinya apa. Ini untuk guru atau siswa pak? Strategi pembelajaran
mungkin bisa dijadikan sebagai inovasi untuk tujuan tersebut.
Pertanyaan 2 dari Asfia,
Kudus: “Mohon idenya untuk karya inovatif
mata pelajaran kimia yang bermanfaat dan tidak sulit untuk anak sekolah.”
Terimakasih
ibu Asfia. Kimia masih serumpun dengan mata pelajaran saya ibu. Dan terkadang
saya juga ikut mengajar kimia. Karena tidak ada guru kimia. Kalau ditanya ide,
setiap permasalahan di sekolah beda-beda ibu. Media yang saya buat jelas tidak
dapat digunakan di Kudus. Namun saya melihat anak-anak saat ini sangat tertarik
dengan dunia digital. Siswa saya yang di kampung saja punya android, padahal tidak bisa dipakai.
Mungkin itu bisa dimanfaatkan sebagai potensi untuk mengembangkan sebuah media
digital bagi mereka.
Pertanyaan 3 dari Nora,
Semarang: “Mohon maaf, Pak Arif apakah lulusan
Unnes? wajahnya familiar. Tapi mohon maaf jika salah. Ada beberapa hal yang
saya tanyakan. 1. Bagi guru-guru yang ingin ikut kompetisi seperti itu tetapi
terhalang NUPTK yang belum keluar, apakah Pak Arif mempunyai kekuatan info
terkait lomba yang tidak mempermasalahkan NUPTK? 2. selama pandemi, inovasi apa
yang bapak lakukan ketika mengajar? Terkait kita harus WFH dan siswa LFH? 3.
Untuk mikroskop tadi, preparat yang digunakan tetap preparat pada umumnya
ataukah bagian tumbuhan asli?”
Terimakasih
ibu Nora. Betul ibu saya lulusan Unnes. Dan pernah mengabdi di SMA 14 Semarang.
1. Setahu saya sekarang syaratnya tidak menggunakan NUPTK. Hanya tangkapan
layar dapodik yang menandakan bahwa guru tersebut jelas mengajar di sekolah
tersebut. 2. Selama WFH sekolah kami belajar di rumah. Kegiatan belajar kami
sampaikan lewat SMS HP. Kami bagi perwilayah atau daerah. Setiap jam pelajaran
di hari tertentu salah satu siswa yang mempunyai HP mencari tempat sinyal.
Kemudian dissampaikan. Tugas berbentuk portofolio dan laporan. Ketika nanti
sudah aktif KBM siswa siap untuk berbagi hasilnya. Selain itu saya juga membuat
media android yang bisa diakses
secara offline. 3. Preparatnya sama
saja seperti praktek biasa, namun masih terbatas pada struktur tumbuhan.
Pertanyaan 4 dari Muh.
Said, Makassar: “1. Bagaimana langkah
membuat inovasi pembelajaran? 2. Yang mana lebih tinggi nilainya menggunakan
bahan bekas daripada bahan modern dalam inovasi pembelajaran?”
Terimaksih
Pak Muh Said. 1. Tahapan inovasi untuk menghasilkan produk baru berbeda-beda
pak tergantung rujukan siapa yang kita pakai. Namun garis besarnya: Ide –
pembuatan – validasi ahli – uji coba dan produk jadi. 2. Instrumen penilaiannya
banyak pak, bahan yang dipakai hanya salah satu. Aspek mudah digunakan, mudah
didapatkan, mudah ditiru, dan seberapa manfaat produk itu menjadi penilain yang
tinggi.
Pertanyaan 5 dari Lya
Fransiska, Bali: “Saya ingin bertanya
dalam pembuatan karya inovasi seperti yang Anda telah lakukan biasanya kendala
apa yang paling Anda rasakan dalam pelaksanaannya? Dan apakah sebuah karya
inovasi haruskah berdasarkan pada 1 tingkat kemampuan anak didik atau karya
inovasi yang dibuat harus bisa menaungi semua kemampuan peserta didik?”
Terimakasih
ibu Lya. Kendala yang biasa muncul, ya, hasilnya tidak sesuai dengan harapan
ibu. Atau tidak layak ketika kita validasikan ke ahli. Inovasi yang dilakukan
untuk menjawab permasalahan yang muncul di latar belakang yang kita tulis.
Dalam media yang saya buat tidak bisa menaungi semua kemampuan.
Pertanyaan 6 dari Ni
Kadek Sumertini, SLB N 1 Buleleng Bali: “Sangat
menarik sekali karya inovasi yang dishare. Pertanyaan saya: Karya inovasi itu
ditulis dalam bentuk laporan penelitian PTK atau ada format khusus laporan
karya inovasi?”
Baik
terimakasih ibu Ni Kadek. Inovasi dapat ditulis dalam format karya ilmiah
apapun ibu. Kalau pengembangan berarti mengikuti penulisan penelitian R & D.
Kalau penerapan atau penggunaan maka mengikuti penulisan penelitian PTK atau
eksperimen. Bahkan apabila kita mencoba sesuatu yang baru kemudian kita tulis
saja secara deskripsi itu termasuk dalam penulisan best practice. Sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari bapak ibu
sudah dan sering melakukan inovasi namun tidak terdokumentasi atau tertulis
dalam karya ilmiah.
Pertanyaan 7 dari Putrin,
Blitar: “Mau tanya dan ingin mengerti
tentang langkah awal dan cara membuat karya ilmah sampai bisa sukses itu bagaimana
pak.”
Terimakasih
Ibu Putrin. Penulisan karya ilmiah seperti kita membuat skripsi saat kuliah.
Ada latar belakangnya, tujuan, manfaat, metode, data, hasil serta kesimpulan.
Nanti saya coba bagikan file
penulisan karya ilmiah yang dipresentasikan dewan juri. Insyaallah saya cari terlebih dahulu.
Pertanyaan 8 dari Sri
Budi Handayani, Gresik: “Sebelumnya saya
mengucapkan selamat atas prestasi yang sudah diraih Bapak. Apakah Bapak guru
Biologi dan juga guru Komputer? Gr., di belakang nama bapak itu singkatan apa?”
Terimakasih
ibu Sri. Saya guru biologi saja ibu namun suka komputer. Gr., itu gelar yang
diberikan setelah mengikuti Pendidikan Profesi Guru selama setahun. Gr., itu
sebutan Guru di sertifikat pendidik.
Pertanyaan 9 dari Candra,
MTsN 1 Langkat Sumatera Utara: “Bisa
sharing ke kami apa kriteria utama penilaian dewan juri terhadap sebuah karya
inobel?”
Terimakasih
Pak Candra. Instrumennya banyak. Nanti saya share.
Namun yang utama untuk produknya orisinal atau keterbaruan, kebermanfaatan atau
dampak, mudah ditiru atau digunakan.
Pertanyaan 10 dari Rifatun,
Salatiga JawaTengah: “Bagaimana minat dan
hasil anak sebelum menemukan alat (karya inovatif). Apakah ada ide lain untuk
mengembangkan karya itu. Bagaimana guru
yang lainnya. Apakah juga membuat karya inovatif yang juga memilili manfaat
untuk anak-anak?”
Terimakasih
Ibu Rifatun. Hasilnya minat anak naik signifikan. Saya membawa produknya saja
mereka sudah tertarik apalagi mencoba untuk menggunakannya. Ada hal baru yang
mereka dapatkan. Hasil belajar naik tidak signifikan. Hasil belajar didapat
dari nilai tes dan tugas. Nilai tes dari yang dapat 30an meningkat menjadi
50an. Nah nilai tugas yang baik. Sebelumnya untuk mengumpulkan tugas saja
selalu terlambat sekarang ada perbaikan. Untuk guru kami masih kurang ibu. Di
sekolah kami ada 15 guru. 3 PNS dan lainnya kontrak. Inovasi ini yang pertama
di sekolah. Setelahnya saya ajak teman guru untuk ikut bergabung dan
mengembangkan kelasnya.
Pertanyaan 11 dari Ika
Siswati, Kota Tangerang: “Dari dua
narasumber yang dihadirkan yang kemarin Bapak Tri Agus Cahyono, M.Pd., dan
sekarang Bapak Arif D. Dari inovasi pembelajaran yang dihasilkan keduanya
sama-sama menggabungkan antara media/alat peraga dengan teknologi.
Pertanyaannya apakah kriteria pembuatan Inobel untuk tingkat nasional pak?”
Terimaksih
Ibu Ika. Ada instrumen penilaian sesuai standar penyelenggara. Sistematika
laporan, Penilaian media hingga instrumen penilain presentasinya. Nanti setelah
selesai saya bagikan melalui Mr. Bams atau OmJay. Ada panduan dan formatnya.
Pertanyaan 12 dari Yulius
Roma, Tana Toraja: “Sesuai pengalaman
bapak, metode apa yang paling dominan bapak gunakan dalam proses belajar? Apa
alasan bapak menggunakan metode tersebut?”
Selamat
sore Pak Yulius. Yang paling dominan saya menggunakan metode diskusi,
pengamatan dan penyampaian hasil. Biasanya dengan model project based learning atau problem
based learning. Alasannya kedua model tersebut dapat menggali kemampuan
siswa secara sebenarnya. Tak hanya kognitif namun menyeluruh.
Pertanyaan 13 dari Nurhaida,
Riau: “Bagaimana cara memotivasi siswa yang
lebih suka membantu orangtuanya di kebun karet dari pada ke sekolah? Ada juga
murid yang suka mengganggu temannya. Sepertinya harus sekolah ke SLB. Tapi di
tempat saya belum ada sekolah SLB. Saya kewalahan jadiya.”
Terimakasih
Ibu Nurhaida. Hal yang sama terjadi di kami. Orangtua lebih suka anaknya
bekerja di ladang untuk membuka hutan atau mencari hasil. Yang pernah kami
lakukan adalah home visit. Bertemu keluarga
dan anaknya menjelaskan pentingnya sekolah. Minimal sampai SMA. Kesadaran untuk
belajar masih rendah. Untuk siswa yang berkebutuhan khusus harus mendapatkan
perhatian lebih diabanding siswa lainnya. Sekarang masuk sekolah inklusi. Mohon
maaf itu juga saya belum punya pengalaman.
Terimakasih Om Bams,
dan semangat bapak ibu guru, semoga diberikan kesehatan dan keberkahan dalam
mendidik anak bangsa.Terimaksih Omjay, Om Bams. Mohon maaf bapak ibu guru bila
salah penyampaian kata. Mohon izin undur diri.
Yolis
Y. A. Djami (Tilong-Kupang, NTT)
Selasa, 12 Mei 2020 (19.50
wita)
Comments
Post a Comment