GEREJA


Pada hakikatnya gereja adalah kumpulan orang percaya. Orang percaya adalah orang-orang yang telah menyerahkan hidupnya dan bergantung sepenuhnya pada kemurahan Tuhan Yesus Kristus. Kumpulan mensyaratkan suatu gejala bahwa ada banyak orang terlibat terikat padanya mengelompok. Pemahaman ini kemungkinan terinspirasi dari murid-murid Tuhan Yesus yang berkumpul di Yerusalem. Mereka bersatu bersekutu, berdoa dan membaca serta membahas firman Tuhan setelah Tuhan Yesus naik ke surga.

Jadi gereja merujuk menunjukkan kepada dua hal yaitu: Orang percaya dan gedung tempat berkumpulnya orang percaya. Percaya artinya memiliki hubungan pribadi dengan Pribadi Agung, Allah yang nyata dalam Tuhan Yesus. Percaya berarti kokoh kukuh tidak bimbang dan tidak akan berpaling lalu memutuskan hubungan dengan Pribadi Agung itu. Sedangkan tempat kumpulan orang percaya bisa berarti gedung atau rumah atau persekutuan dan persatuan orang-orang.

Hari minggu ini tanggal 17 Mei 2020 adalah minggu kesekian orang-orang percaya tidak berkumpul bersama dalam satu tempat. Tempat sakral yang biasa mereka bisa menyatukan hati memuji, bermazmur mengagungkan nama Tuhan. Tempat mereka berdoa memanjatkan segala permohonan. Tempat mereka sama-sama mendengarkan firman Hidup yang memberi hidup bagi yang hidup agar hidupnya berarti. Tempat mereka saling berbagi kasih. Tempat itu adalah gereja.

Semenjak corona mengganas menyerang mengguncang dunia gedung-gedung gereja menjadi sepi. Tidak ada aktivitas yang melibatkan banyak orang, kegiatan yang menyatukumpulkan jemaat. Semua orang percaya tak bisa lagi bergereja di dalam gedung gereja. Mereka hanya bergereja dari rumah masing-masing menggunakan aplikasi teknologi. Teknologi yang hanya dapat digunakan secara bertatap muka tanpa bersentuhan. Teknologi yang cuma mampu menghubungkan supaya bersama tanpa bersama-sama. Mereka tidak bisa dan tidak boleh bersama-sama di dalam gedung gereja karena imbauan: Social and physical distancing. Sebagai umat percaya yang juga anggota masyarakat yang taat pada aturan dan pemimpin bangsa, mereka pun tunduk.
Penundukan diri menuruti aturan dan imbauan pemerintah adalah sebuah keniscayaan yang tak bisa ditawar. Penundukan diri ini pun demi mengekang pergerakan bibit-bibit covid. Sebab jika persebaran bibit covid makin sempit, terhimpit lalu mati artinya segala aktivitas sudah mulai meretas mengeliat. Dan bila sudah boleh beraktivitas secara bebas berarti kehidupan mulai normal termasuk bergereja di gedung gereja. Itu menjadi harapan dan doa semua manusia di dunia.

Manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang selalu ingin hidup bersama. Makhluk yang suka berkumpul dan bekerja bersama-sama. Selalu bersama-sama adalah tabiatnya sejak ia diciptakan. Karena selalu bersama-sama dalam segala hal maka terciptalah ungkapan cantik yang mencerminkan betapa dia tak dapat hidup tanpa orang lain. No man is an island. Demikian ungkapan itu. Ungkapan ini sekaligus ingin memberitakan kepada semesta bahwa manusia tidak betah terus-terusan dalam sunyi dan sepi. Dia tidak bisa menyendiri. Dia ingin bersama dalam sukacita. Dia ingin bersukacita dalam kebersamaan.

Bersama dalam sukacita dan bersukacita dalam kebersamaan adalah suasana yang terhilang sejak munculnya corona. Suasana sukacita ini yang telah dirindukan dan dambakan. Mereka mendambakan suasana sukacita yang tercipta dari sebuah kebersamaan. Kebersamaan dalam persekutuan. Persekutuan yang mendatangkan sukacita yang sempurna ada di gereja. Kiranya sukacita bergereja segera menjadi nyata.
       

   
Yolis Y. A. Djami (Tilong-Kupang, NTT)
Minggu, 17 Mei 2020 (22.42 wita)

Comments

Popular posts from this blog

TEACHER

BERIRING

AKU ADA SEBAGAIMANA AKU ADA KARENA MEREKA ADA BAGIKU