GANDRUNG


Gandrung adalah kesukaan terhadap sesuatu yang teramat sangat. Gandrung juga berarti sangat rindu, sangat mendambakan atau sangat tergila-gila pada sesuatu. Perasaan atau keinginan yang kuat terhadap apa saja yang menarik yang cocok dengan dengan diri seseorang. Gandrung pada benda tertentu. Gandrung pada orang atau kelompok tertentu. Gandrung pada kegiatan atau aktivitas tertentu. Gandrung adalah kecenderungan atau sikap mental yang akan mengejawantah pada tindakan.
Adalah Richard seorang murid yang gandrung terhadap basket. Permainan bolabasket. Baginya tiada hari tanpa bermain basket. Di pagi hari saat tiba di sekolah dan sebelum masuk kelas, main basket. Saat jam istirahat, main basket. Kalau guru tidak masuk dan tidak ada pembelajaran atau tugas, main basket. Ketika pulang sekolah, main basket. Ia sungguh gandrung terhadap permainan yang satu ini. Seolah-olah dia tak bisa hidup tanpa baske. Atau seolah hidupnya tak bernilai berarti kalau tidak bermain basket.
Setiap tanggal merah tidak pernah dilewatkannya tanpa bermain basket. Entah sendiri atau beramai-ramai, dia tetap bermain basket. Kalau dia sendiri maka yang dilakukannya adalah berlatih gerakan-gerakan yang sudah maupun yang belum dikuasai dengan baik. Kalau untuk gerakan-gerakan yang sudah dikuasai, ia latih lebih agar semakin cepat dan luwes cantik kalau dilihat orang. Sedangkan gerakan-gerakan yang belum dikuasai, ia ulang-ulang agar makin baik lancar.
Dalam olahraga, kondisi ini disebut dengan proses otomatisasi. Otomatisasi adalah kemampuan melakukan gerakan-gerakan dalam cabang olahraga tertentu tanpa melihat tanpa berpikir panjang.  Otomatisasi ini diperoleh dari latihan yang berulang-ulang. Pertama latihan berulang-ulang dengan teknik dasar yang benar. Kemudian setelah teknik dasarnya benar baru berlatih lebih dengan intensitas yang makin lama makin cepat dan makin lama. Otomatisasi dalam olahraga ini kira-kira sepadan dengan kemampuan  improvisasi pada pemusik. Mereka, keduanya, olahragawan dan musikus melakukannya dengan hati. Untuk ini unsur rasa lebih dominan daripada logika.
Kembali pada Richard. Karena gandrungnya terhadap basket seperti yang terurai di atas. Tiada hari tanpa basket. Karena itu, setiap ke sekolah selalu membawa bola basket selain buku-buku pelajaran untuk hari itu. Tak jarang pula dia ke sekolah tanpa membawa buku, kecuali bola basket. Kalau misalnya ada kegiatan di sekolah sehingga proses belajar mengajar tidak ada. Dia datang pasti dengan bola basket diapit jepti di antara tangan dan pinggang. Jadi bila diprosentase antara mebawa buku dan bola basket selama ia menempuh pendidikannya di esema, 40 banding 60 persen. Lebih banyak dan sering membawa bola basket dibanding buku.
Selain cerdas, Richard memiliki karakter yang terpuji. Tidak pernah tidak sekolah tanpa alasan. Tidak pernah bolos. Dia tidak ke sekolah kalau terbaring tak berdaya di tempat tidur. Tapi kalau sakit ringan seperti pilek, batuk atau meriang saja dia pasti masuk sekolah. Atau kalau menurut penilaian orangtuanya dan memutuskan mendesaknya untuk tidak berangkat sekolah, ia patuh. Dia sangat patuh pada orangtua juga guru.
Suatu ketika dia tidak masuk karena deraan demam sehingga orangtuanya melarangnya masuk sekolah. Sakitnya lumayan lama, sekitar satu minggu. Dari hari Senin sampai Sabtu dia di rumah. Mamanya mengontrol dengan ketat. Mengontrol makannya, istirahatnya, konsumsi obatnya, dan seterusnya. Dia hanya berbaring di kasur kamarnya. Akibat ketatnya pengawasan orangtua. Demi kesembuhan sang buah hati, orangtua siapapun pasti melakukan optimal sepenuh hati seperti itu.
Richard selain pandai sehingga berada di kelas IPA, juga adalah ketua Osis. Tingkah lakunya sangat terpuji. Sopan. Rapi. Rajin. Tidak banyak bicara yang tidak penting. Semua orang jatuh cinta padanya. Guru jatuh cinta padanya. Murid-murid jatuh cinta padanya. Penjaga sekolah jatuh cinta padanya. Tukang kantin jatuh cinta padanya. Tidak terkecuali, tukang parkir pun jatuh cinta padanya. Dia memang luar biasa. Kalau mau disimpulkan dengan satu kata untuk Richard, sempurna.
Karena sudah satu minggu tidak masuk sekolah orang-orang yang jatuh cinta padanya pergi mengunjungi di rumah. Ada perwakilan guru atas nama kepala sekolah. Ada perwakilan siswa atas nama Osis. Ada perwakilan penjaga sekolah, tukang kantin, juga tukang parkir. Perwakilan-perwakilan datang tidak bersamaan. Bergantian. Satu hari satu perwakilan. Mereka lakukan itu semua sebab rindu dan sayang pada Richard.
Sabtu sore adalah kegiatan ekstra kurikuler. Kegiatannya antara lain: Musik, Lukis, Elektro, English club, Drama, Tenis Meja dan Basket. Saya menangani basket. Maka setelah jam pelajaran berakhir, anak-anak diberi waktu setengah jam persiapan sebelum kegiatan ekstrakurkuler. Ketika saya sudah berhadapan dengan anak-anak yang mengikuti basket ada Richard. Saya heran juga kagum. Heran karena tidak masuk sekolah tiba-tiba ikut latihan basket. Kagum karena nekat latihan basket walau sakit. Saya panggil dan menanyakan kenapa dan bagaimana dia bisa ada di tengah lapangan basket di antara anak-anak lainnya.
Kamu kok bisa ikut, bukannya sakit?” Tanya saya heran.
Iya, Pak. Bosan di rumah melulu. Kepengen main basket.
Kan Mama melarang dan jaga ketat. Gimana caranya keluar rumah?
Saya kunci pintu kamar dari dalam trus lompat dari jendela, Pak!
Wow, luar biasa. Itu dia. Sikap mental suka yang sangat dalam yaitu gandrung membuat Richard nekat lompat jendela – walau tidak etis, tinggalkan rumah dan pergi main basket. Karena gandrung ia lupa sikap manisnya yang terpuji. Karena gandrung ia membelakangkan kesulitannya yaitu sakitnya dan bergabung bersama dan berada di antara teman-temannya demi bermain basket. Tapi gandrung ini masih berkisar di zona alias areal positif. Apakah gandrung ini dapat ditolerir dan/atau diacungi jempol? Biarlah ilalang yang bergoyang yang menjawabnya.          
Berawal dari rasa suka. Bila kesukaan itu makin lama makin dinikmati akan berubah menjadi gandrung. Gandrung bisa positif, bisa negatif. Positif bila ia tidak mencelakakan orang yang gandrung atau orang lain. Sebaliknya negatif, jika mengarah pada adiksi atau ketagihan yang merusak dirinya, orang lain dan lingkungan. Percayakah Anda bahwa tidak semua kecanduan itu negatif? Ada kecanduan yang tidak negatif, tidak merusak, tidak mencelakakan. Apa itu? Profesor Fuad Hassan, Mendikbud di masa orde baru berkata: “Kecanduan yang tidak mencelakakan adalah kecanduan pada buku bacaan.” Hari ini saya tambah satu lagi kecanduan yang tidak mencelakakan yaitu: Kecanduan menulis. Bagaimana menurut Anda?


   
Yolis Y. A. Djami (Tilong-Kupang, NTT)
Kamis, 14 Mei 2020 (13.13 wita)

Comments

Popular posts from this blog

TEACHER

BERIRING

AKU ADA SEBAGAIMANA AKU ADA KARENA MEREKA ADA BAGIKU