CIPTAKAN POLA BELAJAR EFEKTIF DI RUMAH

I.              Pengantar
Hari ini, Senin tanggal 18 Mei 2020 pukul 13.00 sampai 15.00 wib ada pembelajaran menulis daring yang akan disampaikan oleh Pak Munif Chotib. Tapi beliau tidak bisa karena dalam perjalanan berangkat ke Surabaya, maka materinya akan dibawakan oleh Omjay. Materi yang disajikan Omjay adalah Menciptakan Pola Belajar Efektif dari Rumah.

II.           Materi Pembelajaran
Assalamu alaikum Warahmatullahi wabaraktuh. Selamat siang guru guru hebat Indonesia. Siang ini Omjay akan berbagi pengalaman dalam menciptakan pola pembelajaran yang fektif dari rumah.
Narasumber kita sebenarnya adalah Bapak Munif Chotib, dengan tema: “Merancang Pola Pembelajaran Efektif dari Rumah.” Akan tetapi sehubungan dengan berhalangannya Pak Munif Chotib, karena harus berangkat ke Surabaya, maka materi beliau akan digantikan oleh Omjay, semoga masih bisa diterima oleh kawan-kawan semuanya. Marilah kita simak dan mendengarkan pemaparannya Omjay.
Saat belajar di rumah, seharusnya guru dan siswa sama-sama senang, di sana senang dan di sini senang. Itulah inti dari pola pembelajaran yang efektif di rumah, baik di rumah guru maupun di rumah siswa. Bagaimana pembelajaran itu bisa terjadi? Pertama, karena akses internetnya lancar. Kalau akses internetnya tidak lancar, maka pembelajaran menjadi tidak menyenangkan akan tetapi menjadi menegangkan. Hal ini pernah dilihat langsung oleh Omjay terhadap anaknya yang belajar di rumah, ketika internetnya mati maka anaknya tidak bisa berkomunikasi dengan gurunya. Akibatnya, pembelajaran yang awalnya menyenangkan menjadi menegangkan.

·      Definisi dan Pengertian
a.      Pola. Menurut KBBI, pola adalah suatu sistem kerja atau cara kerja sesuatu. Sedangkan menurut Kamus Antropologi, pola adalah rangkaian unsur-unsur yang sudah mantap mengenai suatu gejala dan dapat dipakai sebagai contoh dalam menggambar atau untuk mendeskripsikan gejala itu sendiri.
b.      Menciptakan adalah membuat sesuatu yang baru, dari yang belum ada menjadi ada, dari sesuatu yang benar-benar tercipta karena kondisi yang dibuat oleh guru itu sendiri sesuai dengan teknologi yang ada.
c.       Efektif bisa diartikan sebagai suatu yang dapat mencapai tujuan maksimal yang diharapkan. Pengertian efektif merupakan suatu usaha yang maksimal sesuai dengan yang diharapkan. Atau efektif bisa diartikan sebagai salah satu usaha yang tidak pernah lelah, sebelum apa yang diusahakan belum tercapai.
d.     Sementara rumah, adalah salah satu bangunan yang dijadikan sebagai tempat tingal dalam jangka waktu tertentu. Rumah yang nyaman dapat memberikan ketentraman bagi yang menempati rumah tersebut. Ada ungkapan yang menyatakan “Rumahku Surgaku.”
e.      Pola pembelajaran yang efektif di rumah adalah suatu susunan kegiatan yang dapat dilakukan untuk membentuk perubahan tingkah laku yang maksimal dari suatu tempat yang nyaman agar sesuai dengan yang diharapkan, pembelajaran harus nyaman semua. Dengan demikian, peserta didik atau siswa yang melakukan pola pembelajaran efektif di rumah dapat membuat rencana kegiatan belajar dengan membuat perencanaan, penjadwalan yang terus menerus di dalam rumah. Jadwal ini harus diikuti secara konsisten dan disiplin. Rumah sebagai tempat tinggal dijadikan sebagai sarana pembelajaran yang nyaman bagi siswa. Penjadwalan kegiatan dapat dibuat sebagai patokan untuk kegiatan belajar, misalnya dengan membuat jadwal dari bangun tidur sampai tidur lagi.
Kalau anak-anak kita sudah terbiasa menjalankan pembelajaran yang baik dari rumah, maka mereka dilatih untuk mandiri mencari pengetahuan yang mereka dapatkan dari internet, tentu dalam hal ini dibutuhkan pendamping, yakni orang tua di rumah dan guru memantau dari rumah masing-masing dengan cara menghubungi orang tua siswa melalui WA group.
Prinsip yang harus diperhatikan dalam menciptakan pola pembelajaran dari rumah adalah harus menyenangkan semua. Siswa senang, orang tua senang dan gurunya juga senang. Akses internet lancar, dan guu bisa menggunakan berbagai aplikasi yang sesuai dengan kondisi siswa di rumah.
Gunakan teknologi yang ada untuk menciptakan pola pembelajaran yang efektif dari rumah. Bila adanya hanya WA Group, gunakan WA Group tersebut dengan memadukan antara teks, foto dan video.
Saya menyarankan bapak ibu untuk melejitkan keterampilan menulis siswa lewat blog di internet. Sebab siswa dapat belajar menulis secara online melalui blognya masing-masing. Siswa harus dibiasakan untuk menulis apa yang ingin disampaikannya, dengan begitu bukan hanya lisan saja yang terlatih, tapi juga tulisan.
Kesimpulan materi hari ini adalah dalam menciptakan pola pembelajaran efektif dari rumah, guru harus mempunyai peta kelas atau kondisi siswa di rumah dan disesuaikan dengan kondisi guru di rumah. Artinya, komunikasi guru dan siswa dari rumah masing-masing harus membuat mereka saling berinteraksi dan berdiskusi sehingga pembelajarn menjadi menyenangkan dan bermakna. Semua itu bisa dilakukan bila kegiatan Pembelajaran jarak jauh dibuat secara terjadwal. Kegiatan harus membuat siswa menjadi mandiri dan menemukan kemerdekaan belajar,
Semoga materi yang omjay sampaikan siang ini bermanfaat buat kawan kawan semua. Bila ada yang ingin ditanyakan, kita bisa diskusi melalui WA Group ini. Nanti kawan kawan bisa bertanya kepada pak bambang Purwanto sebagai moderator sesuai dengan nomor WA yang dibagikan di atas, terima aksih.

III.        Tanya Jawab
Pertanyaan 1: “Jadwal belajarnya ditentukan oleh guru berdasarkan jadwal pelajaran seperti hari-hari biasa ataukah dirubah? Pembelajarannya lebih menekankan kepada pembentukan karakter mandiri yang berefek pada keseharian siswa? Lalu untuk pencapaian ranah kognitifnya dapat kita ukur dalam satu hari satu mata pelajaran atau bagaimana untuk jenjang SD?
Jadwal jelas harus berubah, tidak sama dengan tatap muka di sekolah, pembelajaran lebih kepada 3 hal yaitu literasi, numerasi, karakter dengan memadukan iptek dan imtak. Untuk peneilian guru dapat melakukan penilaian berbasis proyek atau potofolio, disesuaikan dengan kondisi murid SD.
Pertanyaan 2 dari Candra, MTsN 1 Langkat Sumatera Utara: “Menurut Om, mungkin tidak bila sistem pembelajaran daring nantinya bila rasa siswa atau guru lebih nyaman akan memberi efek pada pembelajaran konvensional yang lazim kita laksanakan sebelum wabah Corona terjadi? Kalau memang ada efek tidak baiknya, apa kira-kira langkah yang bisa kita lakukn Om?
Mungkin nanti akan terjadi pembelajaran blended learning, ada tatap muka di kelas dan ada tatap muka di dunia maya, oleh karena itu guru harus belajar sepanjang hayat supaya tidak tergantikan oleh teknologi modern.
Pertanyaan 3: “Untuk keberhasilan pembelajaran daring yang efektif kepada siswa yang terkendala tidak memiliki HP atau jaringan yang lemot  bagaimana solusinya?
Solusinya gunakan teknologi yang ada. Kalau yang ada kertas atau buku, maka gunakan itu, sebab mau tidak mau, suka atau tidak suka, siswa dan guru akan dipaksa menggunakan teknologi baru untuk meningkatkan SDM unggul.
Pertanyaan 4 dar Wiji, Malang: “Selama BDR ini, di sekolah kami melaksanakan pembelajaran melalui group WA. Di akhir pertemuan, guru memberi tugas sebagai instrumen penilaian. Namun sayang, ternyata yang mengumpulkan tugas hanya maksimal 75% siswa saja. Bagaimanakah cara yang bisa kita tempuh agar siswa juga aktif mengumpulkan tugas tersebut?
Jangan dipaksa, biarkan mereka mengerjakan tugasnya dengan sukarela. Kita cukup mengingatkan saja bila ada murid atau siswa yang belum mengumpulkan tugasnya, orangtua harus diberitahu karena kerjasama guru dan orantua sangat penting dalam pembelajaran yang efektif dari rumah.
Pertanyaan 5 dari Safitri, Purbalingga: “1. Bagaimana cara mengatasi pembelajaran apabila anak-anak memiliki minim sarana daring? 2. Untuk anak TK pembelajaran yang dinilai adalah proses bukan tergantung hasil. Sementara kadang anak tidak mau mengirimkan tugas misalnya merekam hafalannya, bercerita dan mengerjakan tugasnya. Bagaimana menilainya untuk ditulis di Rapot?
1. Harus sabar dan gunakan fasilitas yang ada, ingatlah film laskar pelangi, di tengah keterbatasan, justru Bu Muslimah bisa melahirkan anak anak yang hebat dan bisa berkeliling dunia. 2. Hal itu juga kami alami, jadi tetap sabar menunggu mereka menyelesaikan tugasnya bukan sebagai beban tapi sebagai kebutuhan siswa untuk mendapatkan pengetahuan. Tetap komunikasi dengan orangtua siswa.
Pertanyaan 6 dari Wahyu Susilowati, Sidoarjo: “1. Bagaimana penilaian siswa yang tidak aktif dikarenakan beberapa kendala dalam pembelajaran daring untuk saat ini walaupun sudah terjadwal? 2. Penilaian yang tepat untuk pembelajaran daring seperti ini yang cocok itu seperti apa? Mengingat pak Menteri pernah mengatakan jika pembejaran daring ini tidak boleh dimasukkan dalam penambahan penilaian pada e-rapor.
Pertanyaan 7 dari Sumarjiyati, GK: “Dalam menciptakan pola belajar yang efektif dari rumah itu kita sudah membuat jadwal dan berharap siswa juga bisa melaksanakan pembelajaran sesuai jadwal tersebut. Tapi pada kenyataan yang kami alami di sekolah ada sebagian siswa yang kurang memperhatikan sehingga dapat menghambat kelancaran proses pembelajaran sesuai jadwal yang disampaikan. Bagaimana sikap kita untuk hal tersebut? Mengingat siswa belum bisa mengikuti pembelajaran sesuai jadwal secara konsisten. Banyak wali siswa mengeluhkan untuk pmbelajaran dari rumah ini siswa tidak menurut kata orantua shingga tugas-tugas yang diberikan tidak dapat terselesaikan dengan cepat. Akhirnya pembelajaran ini dirasa tidak efektif. Bagaimana tindakan kita sebagai guru? Mengingat peserta didik kami masih pada kelas rendah (SD).
Guru harus melakukan evaluasi dan refleksi diri, mungkin ada yang kurang tepat disampaikan kepada murid. Kolaborasi guru sangat penting dalam memecahkan masalah ini. Oleh karena itu, komunikasi dengan teman sejawat sangat diperlukan dalam menciptkan pola pembelajaran yang efektif dari rumah. Pembelajaran jarak jauh harus membuat murid dekat dengan gurunya, bukan justru menjauhkan murid dengan guru. Perlu ada komunikasi dengan orangtua murid yang terus menerus.
Pertanyaan 8 dari Suminar, Tangerang: “Apakah ada kendala yang dialami dalam Pembelajaram Jarak Jauh selain jaringan internet, dan mohon arahannya dalam mengatasi nya?
Pasti ada, bukan hanya akses internet tapi juga fasilitas yang dimiliki siswa dan guru di rumah. Kalau akses internet tidak ada gunakan teknologi yang ada di sana, misalnya cuma ada sms, belum ada WA, siswa punya HP tapi tanpa kamera, maka telpon langsung adalah solusinya walaupun guru harus keluar biaya pulsa cukup besar. Jadi setiap guru akan mengalami hal yang beragam, inilah diamalkannya dan jangan lupa pengalaman kita dituliskan di blog sehingga dapat menginspirasi guru lainnya.
Pertanyaan 9 dari Rusmin, Kabupaten Barito Kuala KALSEL: “Keluhan siswa tidak konsisten guru menggunakan aplikasi, sehingga selain harus belajar lagi cara menggunakan aplikasi juga terlalu banyak kapasitas penyimpanan data yang terpakai. Berdasarkan pengalaman aplikasi yang paling cocok, mudah, dan efektif yang mana?
Omjay saat ini menggunakan aplikasi zoom dan anak anak suka, walaupun ada aplikasi yang lain, tapi berdasarkan pengalaman pakai zoom itu murah dan mudah cara pemakaiannya.
Pertanyaan 10 dari Muh. Said, Makassar: “1. Di sekolah saya masih banyak siswa belum punya HP Android. 2. Ada yang punya HP tapi alasan tidak mampu beli kuota. 3. Pembelajaran di rumah terjadwal. Bagaimana trik/solusi guru dalam menghadapi siswa seperti ini?
1. Gunakan HP yang ada dulu, dan sederhana saja, buat modul khusus untuk kondisi seperti ini dengan penugasan yang tak terlalu sulit. 2. Kalau ini guru harus coba cari donatur atau sponsor, peran komite sekolah harus diberdayakan sehingga guru terbantu dengan adanya komite sekolah. 3. Pembelajaran di rumah terjadwal. Bagaimana trik/solusi guru dlm  menghadapi siswa seperti ini?
Pertanyaan 11 dari Komang Eli Mahayani, Negara Bali: “Yang saya alami saat masa pandemi ini sungguh dilematis. Dengan zonasi sekolah kami dengan para siswa tinggal di daerah terpelosok dan kondisi ekonomi siswa kami. Ini kendala besar pembelajaran daring yang dilakukan. Adakah solusi menarik untuk tetap menciptakan belajar efektif di rumah dengan menyenangkan?
Kondisi seperti ini sebenarnya bukan hal baru buat Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Kreativitas dan inovasi guru sangat diperlukan dalam memberikan solusi dari masalah yang dihadapi. Bila pembelajaran jarak jauh tidak bisa dilaksanakan, maka gunakan pembelajaran jarak dekat, guru bisa mengunjungi rumah muridnya bila alat komunikasi tidak ada. Memang dibutuhkan pengorbanan luar biasa untuk menjadi guru tangguh yang bisa mengunjungi rumah muridnya bila alat komunikasi tidak ada. Memang dibutuhkan pengorbanan luar biasa untuk menjadi guru tangguh berhati cahaya. Apalagi bila rumah siswa dan guru sangat jauh. Itu adalah resiko dari sebuah pengabdian, terutana buat guru di daerah 3T. Omjay salut dan memberikan penghormatan dengan guru-guru tangguh seperti ini. Mereka selalu datang dengan solusi dari masalah yang dihadapi walaupun peran pemerintah di daerah sangat kurang. Tapi yakinlah dengan pesan Pak Harfan dalam film Laskar Pelangi. hiduplah dengan memberi sebanyak-banyaknya, bukan menerima sebanyak-banyaknya.
Pertanyaan 12 dari Sri Yatun, Gunungkidul: “Belajar dari rumah kami sebagian besar melalui WAG, kendala belajar dari rumah kami adalah sinyal lemah dan guru belum punya  laptop yang mendukung. Bagaimana solusi belajar dari rumah yang efektif dan berapa prosentase pembagian materi pembelajaran antara imtaq dan iptek agar tujuan pembentukan karakter peserta didik tercapai?
Pakai WA juga efektif kok, buktinya Omjay gunakan WA Group untuk belajar menulis dan murah biayanya.
Pertanyaan 13 dari Siti Fatimah, Mojokerto: “Pembelajaran online ada plus minusnya. Terutama pada penggunaan kuota internet. Dengan pola on off bisa membantu pelaksanaan belajar. Yang saya tanyakan adakah pola lain yang lebih hemat di era pandemi ini bapak? Mengingat ekonomi rakyat sedang terpuruk.
Ada. Gunakan WA group atau line group. Saya sering menggunakannya dengan bentuk teks, karena bentuk teks ini tidak makan kuota banyak.
Pertanyaan 14 dari Fitriani, MAN IC Tanah Laut: “Apakah dengan penjadwalan belajar siswa yang sudah dirancang sedemikian rupa oleh guru dan bekerja sama dengan orangtua ini menunjukkan setiap siswa memiliki jadwal yang berbeda-beda? Apakah maknanya sudah mengorganisir semua mata pelajaran yang ada pada kurikulum? Dan apakah penjadwalan ini bisa memfasilitasi setiap siswa yang memiliki kemampuan belajar berbeda misalnya ada siswa yang lebih condong ke tipe pembelajar visual, kinestetik, naturalis, dan lain-lain?
Setiap penjadwalan disesuaikan dengan kesepakatan guru di sekolah tersebut dengan memeprhatikan gaya belajar siswa.
Pertanyaan 15 dari Rachmi, Banyuwangi: “Pembelajaran daring dari rumah dikaitkan dengan kenaikan kelas apakah cukup dari nilai daring atau bagaimana karena tatap muka juga tidak pernah?
Penilaian hanya guru yang bersangkutan yang lebih tahu, kalau dirasa dengan online sudah cukup nilainya, maka gunakan itu. Tapi bila belum cukup bisa gunakan waktu e-remedial melalui online. Hal itu saya lakukan bila ada nilai siswa yang kurang dengan menghubungi wali kelas dan orang tua siswa, biasanya kami rapat dengan dewan guru untuk meberikan solusi terbaik buat siswa yang jarang hadir.



Yolis Y. A. Djami (Tilong-Kupang, NTT)
Senin, 18 Mei 2020 (21.21 wita)

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

TEACHER

BERIRING

AKU ADA SEBAGAIMANA AKU ADA KARENA MEREKA ADA BAGIKU