TERCEKIK
Hari ini aku merasa
seperti tercekik. Eh, maksudnya bukan merasa, tapi memang tercekik. Dan rasanya
tak perlu kudefinisikan tercekik itu seperti apa dengan bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Tapi seandainya Anda penasaran dan ingin tahu kondisi tercekik
seperti apa, maka biarlah kumohon Anda pejamkan mata sejenak. Setelah itu,
bayangkanlah seekor rusa di padang yang sedang dikejar terjang singa dan
berakhir dengan lehernya, kerongkongan tepatnya, telah berada di antara taring
tajam singa, sang predator lapar. Itu dia! Tercekik itu sakit, mematikan!
Atau seandainya Anda
merasa kejam dan tidak manusiawi contoh rusa dan singa di atas, maka biarlah
kuberi analogi lain. Sekali lagi pejamkan mata dan biarkan pikiranmu
memvisualisasikan ini. Ada seseorang yang dihadang dan diserang sekawanan
orang. Setelah terjepit tak berkutik dan terduduk pasrah, mereka melingkarkan
tali di leher orang malang tadi kemudian menarik kejut talinya bersamaan dari
segala penjuru. Setelah memperoleh gambar jelas tentang tercekik dalam pikiran,
sekarang bukalah mata dan deskripsikan perasaan rusa atau orang yang tercekik
itu. Seolah-seolah Anda yang mengalaminya. Begitulah kondisi yang kurasakan saat ini. Tercekik, tak berkutik!
Aku dicekik oleh
pilihan-pilihan yang sama-sama menantang menggiurkan! Kata orang dilema atau
supaya dramatis, dilematis. Dilematis mau kerjakan yang mana? Menulis bebas
mengikuti alur nalar yang liar mengembara untuk menghasilkan tulisan yang
menyayat rasa? Menyelesaikan resume perkuliahan menulis daring dari Omjay? Merampungkan
tantangan menulis buku dari Prof. Ekoji? Atau mau mengunjungi blog teman-teman
dan tinggalkan komen? Atau harus keluar cari posisi biar sinyal penuh
berbual? Semuanya seolah sedang mengarahlingkarkan
telapak tangannya ke leherku.
Di dalam keterpojokan
memilih keputusan, aku memberanikan diri menceritakan pada Anda tentang
situasiku. Inilah ceritaku yang mungkin tidak laikbaca karena berasal dari
energi pikiran yang tidak laras. Tapi tak apa. Asalkan aku sudah mengeluarkan uneg-uneg yang terpaksa kusodorkan ke
hadapanmu. Dan percayalah, aku tak berniat membebani memaksamu membacanya. Hanya
sepotong permohonan kecil, relakanlah waktumu sedikit menengoknya. Sebab aku
sedang berusaha meluruskan niat menerbitkan buku.
Yolis Y. A. Djami (Tilong-Kupang, NTT)
Rabu, 22 April 2020 (16.25 wita)
Teruslah menulis agar engkau tak pernah tercekik dan bebas memainkan kata
ReplyDeleteSiap, Omjay. Terima kasih untuk motivasinya.
Delete