SI TOU TIMOU TUMOU TOU
Proses memanusiakan manusia atau usaha pemanusiaan
manusia adalah filosofi pendidikan yang dikumandangkan
oleh Immanuel
Kant ratusan, bahkan mungkin ribuan tahun silam. Dan sampai
saat ini rasanya masih tetap berlaku dan, mestinya, tak boleh diabaikan. Pernyataan dan konsep
Immanuel Kant ini pula yang – mungkin – mendasari kerangka berpikir Dr. G.S.S.J. Ratulangie sehingga ia menciptakan suatu
ungkapan cantik dalam bahasa Bohusami (Minahasa, Sulawesi Utara), “SI TOU TIMOU TUMOU TOU,” yang saya
pakai sebagai judul tulisan ini.
Olah nalar sang Gubernur Sulawesi
pertama ini awalnya hanya diimpelementasikan untuk membangun manusia
Minahasa. Konsep keren ini sering dikutip kembali oleh banyak ahli untuk mengupas dan menelisik sisik melik pembangunan
manusia, Indonesia khususnya, di antaranya Prof. Dr. H.A.R. Tilaar dan Alif Danya Munsyi.
Kumpulan kata tersebut, menurut Prof. Dr. H.A.R. Tilaar mengandung arti yang dalam
yaitu manusia (Minahasa) tidak hanya sekedar ada di suatu tempat, kemudian bertumbuh, berkembang lalu mati. Tetapi
pertumbuhan dan perkembangannya mempunyai arah tujuan
yaitu memiliki citra yang berpengaruh secara positif konstruktif. Suatu pertumbuhan yang membawa dampak pada
masyarakat sekelilingnya ke arah yang makin luhur.
Kemudian pernyataan dari ungkapan yang sama di atas
disarikan secara menawan provokatif yang menantang oleh Alif Danya Munsyi:
“Membangun manusia ideal harus tumbuh dari kemanusiaan yang manusiawi.”
Yolis Y. A. Djami (Tilong-Kupang, NTT)
Sabtu, 11 April 2020 (11.05 wita)
Terima kasih, Bang!
ReplyDelete