PUASA


Jumat ini adalah hari pertama puasa. Semua umat Islam di se antero jagad raya ini sedang berarak memasuki bulan Ramadhan, bulan penuh rahmat – Rahmatan Lil Alamin. Mereka menapaki memasuki bulan penuh pengampunan ini dengan suatu tekad tulus nan murni untuk mencapai kesucian. Tekad bukanlah nekad. Tekad adalah sebuah kesiapan mental, jiwa dan raga yang dilandaskan pada keimanan yang amanah yang tak goyah yang tak menyerah pasrah.

Puasa adalah suatu tindakan syafaat penuh keyakinan karena beriman teguh pada Sang Khalik. Tindakan syafaat adalah sebuah keberanian kerendahan hati untuk memperoleh kemurahan dan perkenanan Tuhan atas apa yang kita pinta. Karena dengannya, berpuasa, kita sedang merajuk mengetuk pintu surga agar Tuhan yang Mahakasih dan Mahamurah itu berkenan menuangkan rahmat-Nya atas bumi dan segala isinya, terutama atas umat manusia.

Puasa hanya dapat dijalankan oleh orang-orang yang memiliki keberanian kerendahan hati. Yaitu keberanian kerendahan hati untuk menjalankannya selama sebulan penuh tanpa jenuh. Keberanian kerendahan hati untuk bangun sahur tanpa mengeluh di saat orang banyak ngelindur tertidur pulas. Keberanian kerendahan hati menahan lapar dan dahaga seharian tanpa komplen sementara orang lain sedang lahap menyantap makanan lezat di depan matanya. Keberanian kerendahan hati tanpa iri mengikuti sembahyang berjamaah – Salat Tarawih – di Masjid. Keberanian kerendahan hati tanpa henti mengekspresikan amar makruf nahi mungkar.

Puasa kali ini mengalami, menghadapi dan melewati suatu tatangan tersendiri. Tantangan yang tidak main-main karena pemerintah menganjurkan menetapkan jangan beraktivitas secara berkelompok. Istilah Inggrisnya, social and physical distancing – selalu menjaga jarak dengan orang lain, kecuali yang serumah. Ini terpaksa dilakukan demi menghimpit pergerakan covid yaitu wabah coronarius yang sangat serius. Dengan sendirinya akan menjadi kurang rasa bila ibadah puasa tanpa salat berjamaah. Tapi tak apalah. Semua demi kemaslahatan umat.

Sekalipun tantangan berat menghadang sepanjang bulan Ramadhan, janganlah meradang. Tetaplah berpuasa dengan ikhlas senantiasa sebab telah tersedia upah bagi mereka yang berserah. Ya, teruslah berpuasa dari makan, minum dan segala hal negatif, tapi janganlah puasa menulis!

Selamat menunaikan ibadah puasa penuh berkah
bagi saudara-saudaraku sebangsa setanah air!

Yolis Y. A. Djami (Tilong-Kupang, NTT)
Jumat, 24 April 2020 (11.07 wita)

Comments

  1. Bahasanya tertata rapi, pilihan kata menarik mampu membawa pembacanya masuk kedalam cerita, bagus bpk, sdh bisa dijadikan buku dg artikel 2 lain

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Bu Nani. Siap, semoga terwujud jadi buku.

      Delete
  2. Keren pak, penyampaian dan penulisannya menurut saya pas.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

TEACHER

BERIRING

AKU ADA SEBAGAIMANA AKU ADA KARENA MEREKA ADA BAGIKU