MEMBACA
Hari
ini saya hanya membuka-buka berkas tulisan membaca sepintas kilas. Tidak baca
mendalam. Sekedar untuk melihat alur nalar dan gaya tulisan sendiri. Kalau ada
yang kebetulan kurang pas, saya hapus dan/atau
menambahnya. Asalkan tulisan itu tidak kehilangan jatidirinya. Atau dalam
bahasa kerennya, jangan sampai substansinya direduksi, apalagi dikebiri.
Membaca
selintas tulisan sendiri memberi kesempatan otokriktik. Memberi kebangaan diri
yang menuntun kepada percaya diri. Ini akan memotivasi diri untuk berprestasi lebih
baik lagi. Berprestasi di sini bukan hanya dalam konteks memperoleh hadiah di
sebuah kompetisi. Tapi yang terpenting berprestasi memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan menulis yang lebih lancar mengalir dan, pastinya, bermanfaat. Bermanfaat
bagi sidang pembaca tentunya – tidak hanya bagi diri sendiri.
Membaca
tulisan sendiri memberi ruang berefleksi dari apa yang ditulis. Ia memberi
peluang untuk menggali dan menemukan ide baru. Ide baru untuk melahirciptakan
tulisan-tulisan yang anyar segar. Membaca tulisan sendiri juga memberi dorongan
untuk berkreasi mengukir kata dan merangkai kalimat yang makin hemat namun
padat makna. Membaca tulisan sendiri ibarat bercermin demi menata kerapian
diri.
Membaca
itu penting. Ia merupakan pangan jiwa untuk memperindah budi dan meluhurkan
perangai. Apalagi saya sedang belajar menulis, membaca adalah energi. Kata para penulis senior, membaca dan menulis
ibarat dua sisi mata uang. Tidak bisa dipisahkan. Tidak bisa berdiri
sendiri-sendiri. Dia menyatu. Dia padu, bahu membahu. Kegiatan seorang penulis
jika tidak menulis, membaca. Sehabis membaca, menulis. Begitulah siklus hidupnya.
Dengan
membaca akan menambah pengetahuan dan meningkatkan kreativitas. Membaca
membangun logika berpikir yaitu kecakapan menguraikan sesuatu secara runut
runtut. Membaca membangun kemampuan berpikir kritis yaitu keterampilan memilah
milih ihwal yang substantif lalu menempatkannya secara sesuai, proporsional.
Istilah
bahasa Inggris untuk membaca adalah reading
yang dalam Cambridge Advanced Learner’s
Dictionary (2007:1053),
dijelaskan:”The skill or activity of
getting information from books.” Sedangkan istilah bahasa Arabnya adalah iqra. Kata iqra, menurut Sri Wulandari (Kompasiana.com.), memiliki arti yang
bermacam-macam, di antaranya: Membaca, menganalisa, mendalam, merenungkan,
menyampaikan, meneliti. Jadi membaca menurut kedua pendapat tadi adalah keterampilan
atau kegiatan mencari dan mendapatkan informasi, menganalisis, merenungkan
kemudian menyampaikannya lagi – kepada orang lain.
Membaca, membaca dan terus membaca. Suatu
aktivitas rohani yang menuntun menunjukarahkan kepada pemerkayaan aktivitas
ragawi. Membaca membangun daya nalar atau kemampuan berpikir yang baik.
Kemampuan berpikir yang baik akan mewujud menjadi ucapan dan tindakan atau
tingkah polah positif konstruktif. Atau kalau mengikuti siklus hidup penulis,
maka membaca dengan baik aktif akan mewujud menjadi tulisan yang baik pula.
Tidak hanya baik, tapi juga bergizi.
Perkenankan
saya mengakhiri tulisan ini dengan tiga pasang kata bahasa Inggris berikut: “Deep thinking, good writing, easy reading.”
Kalau diindonesiakan versi saya yang tidak berlatar belakang bahasa secara
akademis, kira-kira berarti: “Cara berpikir
kritis taktis kreatif melahirkan tulisan yang baik bagus indah bergizi sehingga
menyebabkan enak ringan bersahaja kala dibaca.” Bacaan renyah datang dari
tulisan bernas yang – pastinya – berasal dari daya nalar cerdas cergas.
Yolis Y. A. Djami (Tilong-Kupang, NTT)
Selasa, 28 April 2020 (13.50 wita)
Malas membaca akan lumpuh menulis
ReplyDeleteSiap. Betul sekali, Omjay. Terima kasih!
Delete