CORONA SINYAL

SINYAL, hem, “makhluk” paling berkuasa di era teknologi canggih ini yang menurut para pakar sebagai era digital 4.0. Dia maya tapi nyata. Dia bisa dilihat, dirasa tapi tak bisa diraba. Bagi kami yang tinggal di kampung terpencil, sinyal bisa menjadi penawar sukacita, pembuka jendela adventur keliling dunia. Sebaliknya, dia bisa menyebabkan dukacita yang tak terperikan yang me-lockdown semua akses bertualang. Dia menjadi pembunuh kejam “berdarah dingin” melebihi corona yang ditakuti manusia seantero semesta alam.

Manusia jaman now senang memanjakan dirinya dengan berbagai teknologi canggih hasil kreasi dan daya cipta serta inovasi kreatifnya. Memang, teknologi memanjakan manusia. Alat transportasi memanjakan manusia untuk tidak lelah berjalan. Alat audio-visual memanjakan telinga dan mata manusia untuk meronakan hidupnya. Alat komunikasi memanjakan manusia dalam memperoleh dan menyampaikan informasi.

Salah satu alat komunikasi canggih tapi praktis adalah telepon genggam. Dengan telepon genggam, segala apapun yang kita inginkan seputar komunikasi dan informasi ada dalam genggaman, seperti namanya. Kita dapat berinteraksi dengan siapa saja di mana saja kapan saja dalam hitungan detik. Tapi kawan, perlu dicatat bahwa interaksi akan lancar bermakna bermartabat tanpa hambatan kalau ada “si SINYAL.” Tanpa sinyal semuanya sial, sia-sia. Tak berarti. Mati.  Corona sinyal tak tebal orang jadi kesal. Mual. Sebal.

Saat ini, saya salah satu contoh soal di-lockdown oleh si sinyal yang nakal. Saya tidak bisa menerima dan/atau mengirim berita tentang keberadaan dan aktivitas terkini. Apalagi mau ngeblog atau mengisi absensi sebagai refleksi eksistensi diri di grup Belajar Menulis Daring Gelombang 7 di bawah arahan Omjay, itu hanya cita-cita buta belaka. Mungkin si sinyal tak rela memberi kesempatan kepada orang kampung seperti saya menjadi cerdas bernas cergas setara teman-teman di kota besar. Entahlah!
Ah, semoga si corona mau berpihak membantu menohok blok kedengkian si sinyal nakal memualkan itu supaya kami bisa ngeblog lagi. Semoga!

Tilong-Kupang, 11 April 2020 (22.22 wita)

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

TEACHER

BERIRING

AKU ADA SEBAGAIMANA AKU ADA KARENA MEREKA ADA BAGIKU