COMBRO

Tadi pagi aku tinggalkan rumah sejenak, jalan-jalan menghirup udara segar di luar. Aku tidak berkendara. Hanya jalan kaki. Hitung-hitung, sekalian melemaskan otot-otot tubuh yang kaku akibat selalu duduk terpaku di bangku dengan mata melotot ke laptop. Setelah sekian lama berjalan dan mulai lelah, aku berniat berhenti untuk rehat sejenak sebelum kulanjutkan.

Baru saja berniat rehat aku melihat di depan ada beberapa orang sedang bergiliran menerima bungkusan hasil belanjaan. Lalu aku dekati dan membuntut di belakang pembeli paling belakang. Kami sedang menyerbu ibu penjual dengan dandanan sederhana, ala kadar, mengenakan baju bercorak dominan abu-abu. Setelah menjadi terdepan berhadapan dengan sang penjaja baru aku sadar bahwa semuanya adalah jajanan pasar yang murah meriah menggiurkan.

Ada beraneka macam kue yang ditawarkan, seperti: Cucur, lontong, bacang, pisang goreng, lepet, buras, dan lain-lain. Semuanya ditata secara apik nan menarik dalam sebuah akuarium tak berair. Salah satu yang menggugah selera tamak mataku adalah combro yang ditata berjejer dalam kemasan kotak pelastik. Aku membeli dua kotak dan melenggang pulang seusai transakasi.

Kawan, perkenankan aku memberitahumu sedikit seputar combro yang barusan kubeli untuk kami sekeluarga. Sekalipun aku guru profesional, namun ketahuilah aku tak bermaksud mengguruimu. Anggaplah aku sedang melatih memperhalus kemampuan mendeskripsikan si combro. Maka, tolonglah aku dengan cara mendengarkan saja. Bila aku salah usai berujar, sudilah Anda, teman-temanku yang baik hati ini meresponi membetulkan. Untuk itu, terimalah sembah hormatku yang tulus.

Teman, combro adalah sebuah akronim yang menjelaskan siapa dirinya sesungguhnya yaitu onCom di jeRo. Oncom di jero artinya oncom di dalam. Karena keberadaan dirinya yang ber-oncom di jero, maka disingkat combro. Ia terbuat dari adonan berbahan dasar parutan ketela atau ubi kayu atau singkong, kemudian dibentuk bulat lonjong pemalut oncom untuk digoreng sebelum disantap.

Ketika membeli, aku iseng bertanya pada sang penjaja kue bernama Jeng Keren yang membuka menjajakan jajanannya di emper toko Mas Nober.

“Jeng, nama kue ini apa?”
“Comro!” Jawabnya.
“Tapi kenapa orang bilang combro?” Aku mengejarnya dengan pertanyaan bernada penasaran.

“Sama aja, Mas. Mau dibilang combro atau comro, gak ngaruh. Rasanya tetap sama. Apalagi buatanku, maknyus krenyes susah dilupain. Liat aja, besok si Mas bakal datang lagi nyari saya!” Ceplosnya berseloroh.

“Okelah. Maksud saya yang benar itu combro atau comro. Kan sudah jelas singkatannya, oncom di jero. Ya, seharusnya comro bukan combro dong.” Aku bergeming ingin tahu yang benar. Ya, namanya juga guru. Pasti mencari menelusur hal yang benar untuk disampaikan lagi dengan cara yang benar.

“Gini. Kan si Mas, guru to? Guru kan mesti orang yang cerdik cendikia juga kreatif. Sederhananya, tidak mempersulit hal sepele. Pun sebaliknya, tidak menyepelekan hal yang sulit. Gampangain aja.” Ulas Jeng Keren keukeuh. Belum juga kusanggah, dia lanjutkan: “Misalnya kata orang combro, ya, oncom bagian jero. Atau oncom berada di jero. Lalu ada yang bilang comro, oncom di jero. Sama kan, Gak ada bedanya to!” Paparnya taktis dihias senyum tipis yang membias dari bibirnya.

“Jeng Keren kok hebat banget jelasinnya. Maaf, jangan marah kalau saya tanya lagi, ya.”
“Oh, ya. Silakan, Mas!” Jawabnya lembut meneduhkan
“Kegiatan sehari-hari Jeng Keren cuma jualan kue?”

“Ya, ndak. Saya sehari-harinya ngajar di STIBA – Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Asing. Dua bulan lalu baru rampung S3 saya. Konsentrasi Linguistik. Cuma karena corona, saya ngajar daring sambil dagang. Gitu, Mas.” Jawabnya ringan menempelak.

Yolis Y. A. Djami (Tilong-Kupang, NTT)
Minggu, 19 April 2020 (16.16 wita)

Comments

  1. Mantap diksinya....
    https://sanggarorlinblog.blogspot.com

    ReplyDelete
  2. combro memang makanan favorit yg banyak disukai orang

    ReplyDelete
  3. Combro

    Combro adalah makanan enak yang terbuat dari singkong. Bisakah anda membuat tulisan yang menarik dari foto di atas?
    Terbit liurku melihat combro. Dikirim orang lewat wa group. Untung teringat nasehat istri. Singkong kubeli serta combronya. Kubawa pulang untuk istriku. Singkong diparut, combro digeprek atau ditumbuk. Singkong dibentuk lonjong dan ada combro dan cabe di dalamnya tambah bumbu. Lalu digoreng oleh istriku. Sayang ini hanya imajinasiku saja. Nanti kucari tukang combro di depan alfamidi. Semoga masih ada penjualnya.
    Combro.. Oh.. Combroo... Makanan ala kampung singkatan "Oncom Dijeoro". Salah satu makanan kesukaanku. Pertama singkong diparutt. Combro ditumbuk. Masukkan cabe rawitt. Goreng. Ditemani sambal terasi buatan ibu. Nikmatnyaaa combroo disantap saat masih hangat.
    Combro makanan murah meriah yang lezat. Enak untuk teman minum teh atau kopi, di pagi atau sore hari. Bentuknya yang lonjong kecil bisa untuk sekali hap langsung masuk ke mulut, tapi woaaah ada "ranjau" si rawit yang disisipkan di tengah si combro. Segera kuraih gelas berisi teh hangat tuk menetralisir si "ranjau".
    Combro

    Nama itu membawaku bernostalgia ke puluhan waktu silam, kala aku menghabiskan masa kecilku bersama adikku di salah satu tempat di Jawa Barat. Hampir setiap sore ibuku menggorengnya untuk camilan kami ditemani secangkir teh. Sembari menatap jingganya langit kami bercengkrama bersenda gurau bersama. Kadang cengkerama itu berujung pertengkarangan dinantara kami (aku dan adikku) gegara berebut untuk bergelayut di pundak ibu. "Ini ibuku," kata adikkku. "Ibuku", kataku tak mau kalah. Ibu hanya tersenyum melihat tingkah kami. Ketika kemudian adikku menangis, barulah ibu bilang, "Ibu milik kalian semua". "Yee ... ", seruku dan adikku. "Yuk kita masuk, sudah adzan Maghrib itu", ajak ibuku kala adzan berkumandang.
    Masa indah itu kini tinggal kenangan. Ibuku sudah tak bisa kami jumpai lagi. Namun kasih dan cintanya masih terus terbayang. Hanya doa yang bisa kami panjatkan semoga segala amal kebaikan, serta jerih payah mendidik kami diterima Allah Subhanahu wa ta'ala.
    Combro, juga tinggal kenangan. Entah kapan aku bisa menikmati lezatnya penganan ini lagi.

    Salam,

    Nur Syamsiah
    Semarang, 19 April 2020

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wow...luar biasa. Terima kasih sudaa berbagi cerita denganku.

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

TEACHER

BERIRING

AKU ADA SEBAGAIMANA AKU ADA KARENA MEREKA ADA BAGIKU