AKUNTANSI
Akuntasi adalah salah
satu mata pelajaran utama siswa SMA jurusan IPS. Karena merupakan mata pelajaran
utama maka ia harus dikuasai dengan baik. Dikuasai agar siswa memiliki
pengetahuan keterampilan yang bisa diterapkan kelak ketika berkarir. Atau
dikuasai agar bisa menyelesaikan ujian di akhir pendidikan sekolah menengah
atas.
Akuntansi dapat
disetarakan dengan fisikanya anak IPA. Ia berisi hitungan yang membuat
anak-anak bingung limpung. “Susah.” Selalu kata mereka kalau ditanya tentang
Akuntansi. Sebenarnya bukan susah. Anak-anak kurang sabar sehingga membuat
mereka tergopoh-gopoh menyelesaikannya dengan kurang teliti.
Sabar dan teliti
diperlukan semua orang dalam menjalani hidup. Sabar dan teliti menyikapi
situasi. Sabar dan teliti dalam membuat keputusan. Sabar dan teliti dalam menentukan pilihan. Sabar dan teliti dalam
bercakap berujar dengan orang lain. Sabar dan teliti dalam berespon. Sabar dan
teliti menghadapi ujian, ujian sekolah formal dan sekolah kehidupan. Apalagi
seperti saat ini ketika corona membuat banyak orang merana. Di semua lini hidup
memerlukan kesabaran dan ketelitian bukan hanya dalam mata pelajaran Akuntansi.
Kesabaran dan
ketelitian adalah karakter terpuji yang teruji. Karakter terpuji berasal sikap
perilaku terpuji yang selalu dilakukan sekalipun dicaci. Ia terbentuk atau
membentuk dalam diri seseorang melalui proses. Karakter kesabaran terbentuk
dari ujian yang datang dari orang-orang yang tidak sabaran. Karakter ketelitian
didapat dari lingkungan manusia yang kurang dan tidak teliti. Benar kata-kata
ini: “Besi menajamkan besi, manusia menajamkan manusia.” Maka bersyukurlah jika
Anda sekarang sedang berada di tengah-tengah atau lingkungan orang-orang yang
tidak memiliki kesabaran dan ketelitian.
Ini yang terjadi pada
Lorin. Karena ketidaksabaran dan ketidaktelitiannya, ia gagal mencapai ambang
batas bawah standar kelulusan mata pelajaran Akuntansi saat ujian akhir. Tidak
sabar dan teliti menyikapi informasi. Tidak sabar dan teliti mendengar dan
menyampaikan berita. Berita yang menyatakan ia tidak lulus Akuntansi. Akibatnya,
ia kehilangan konsentrasi dan kehabisan energi untuk menghadapi tantangan yang
lebih berat dan masih panjang. Dia putus asa.
Di dalam
keputusasaannya, dia menyampaikan berita negatif itu kepada Papanya dengan
keberanian yang tak utuh. Ia takut dimarahi. Lewat telepon genggam ia bilang:
“Lorin gak lulus Akuntansi, Pa!”
Katanya dengan kata-kata terbata sambil menangis.
“Emangnya udah abis
ujian semuanya?”
“Belum selesai. Masih
ada tiga hari lagi ujiannya!” Urainya sesenggukan.
“Ya, udah. Berhenti menangis. Lupakan
Akuntansi. Konsentrasi untuk ujian selanjutnya. Siapkan diri betul-betul
menghadapi mata-mata pelajaran yang masih tersisa. Kalau akhirnya saat
pengumuman nanti Kakak tidak lulus, biarlah. Tak masalah. Gak apa-apa. Lulus atau tidak, Kakak tetap anak Papa!” Suara
Papanya memberi ketenangan dan kekuatan. Akhirnya dia lulus.
Bayangkan kalau
berita itu datang kepada Papanya dan diterima dengan tidak sabar dan tidak
teliti. Sebaliknya, jika Papanya marah-marah dengan kabar itu, kemungkinan
anaknya tidak lulus betulan karena tidak bisa konsentrasi dan tidak bisa
belajar dengan baik.
Sabarlah!
Telitilah!
Yolis Y. A. Djami (Tilong-Kupang)
Minggu, 26 April 2020 (14.17 wita)
Comments
Post a Comment